-->

Senin, 30 Oktober 2017

Rayakan Sumpah Pemuda, 18 Ribu Civitas Akademika se-Bali Deklarasikan Lawan Radikalisme

Rayakan Sumpah Pemuda, 18 Ribu Civitas Akademika se-Bali Deklarasikan Lawan Radikalisme

Denpasar, Balikini.Net - Sebanyak 18.000 Civitas Akademika dari 42 Perguruan Tinggi (PT) se-Bali merayakan Peringatan ke-89 Hari Sumpah Pemuda, Sabtu, 28 Oktober 2017, dengan menggelar "Kuliah Akbar Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme", di Stadion GOR Ngurah Rai, Denpasar.

Terselenggaranya  kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan aktif Koordinator Kopertis Wilayah VIII Bali-Nusra dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Provinsi Bali, yang telah meyakinkan segenap PTN dan PTS di Bali untuk bergabung dalam barisan besar PT melawan radikalisme.

Kegiatan ini bertujuan untuk mempertegas sikap PT se-Bali untuk melawan radikalisme dan intoleransi, serta menjadi benteng bagi empat konsensus kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Juga untuk menyosialisasikan lebih luas di kalangan civitas akademika khususnya, dan masyarakat secara umum, agar Deklarasi Kebangsaan PT Melawan Radikalisme, ini bersama-sama diaktualisasikan secara kongkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berlandaskan semangat Tri Dharma PT.

Acara diawali dengan Upacara Bendera. Pembina Upacara I Nyoman Gde  Antaguna (Ketua DPD KNPI Bali) menjelaskan, acara ini juga digelar serempak di 33 provinsi lainnya, sebagai tindak lanjut dari salah satu rekomendasi yang dihasilkan pada Deklarasi Kebangsaan PT Se-Indonesia Melawan Radikalisme, yang dihadiri 3000 pimpinan PT se-Indonesia, dan ditutup Presiden Joko Widodo, pada 25-26 September lalu di Nusa Dua.

Sejumlah tokoh yang hadir menyampaikan orasi, di antaranya Kapolda Bali Irjen. Pol. Petrus Reinhard Golose, tokoh pendidikan tinggi Bali dan tokoh pemuda, yaitu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) (Rektor Universitas Udayana), Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si. (Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali), Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd (Rektor Univ. Mahasaraswati), Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, SH, MH (Ketua Yayasan Pendidikan Handayani Denpasar), Shri I G. N. Wira Wedawitry M.S. S.Sos, SH, MH (Sekretaris DPD KNPI Prov. Bali) dan Oktav N. S. (tokoh pemuda/aktivis ’98).

Dalam orasinya, Kapolda Bali Irjen. Pol. Petrus Reinhard Golose menegaskan,  Bali adalah sumber inspirasi keharmonisan bagi Indonesia. Hidup dalam keberagaman telah menjadi bagian sehari-hari di Bali. Ia mengatakan, semua komponen bangsa harus melawan radikalisme. "Apapun alasannya, tidak ada tempat bagi radikalisme di Indonesia. Radikalisme dan kekuatan yang ingin mengganti Pancasila harus kita lawan. Polda Bali siap bersama masyarakat mencegah dan melawan unsur-unsur radikalisme
sejak dini," tegas Golose, yang sebelum berorasi terlebih dulu mengajak peserta menyanyikan lagu “Bangun Pemuda Pemudi”.

Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si mengawali orasi dengan menyampaikan bahwa para mahasiswa yang hadir sesungguhnya sedang memperingati “janji suci” para pemuda 1928 pada "Satu Nusa-Satu
Bangsa-Satu Bahasa". Pemuda, mahasiwa dan dunia akademik selalu mengambil peranan penting dalam sejarah Indonesia.

Ia mengatakan, Pancasila adalah warisan terbaik bagi generasi penerus, dan karenanya wajib diaga dan perjuangkan. "Pancasila-lah yang terbukti menyatukan keberagaman suku,
agama, bahasa di Indonesia," tegasnya. Ia melanjutkan, Indonesia adalah bangsa besar yang tak henti-hentinya menghadapi ancaman. "Karena itu kita harus waspada terhadap bahaya radikalisme bagi keutuhan NKRI dan sendi-sendi kehidupan bangsa," tegasnya.

Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dalam orasinya mengatakan, Pancasila dan kebhinekaan Indonesia merupakan kekuatan bangsa yang harus terus dirawat dan dipupuk. Mahasiswa sebagai tulang punggung generasi muda, kata dia, sudah sepantasnya terus mengasah diri dan menjadi garda terdepan melawan ancaman-ancaman terhadap empat konsensus kebangsaan.

Ketua Yayasan Pendidikan Handayani dan pengajar di STIMI Handayani Denpasar Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, SH,MH  dalam orasinya mengatakan, Pancasila adalah ideologi yang tepat untuk Indonesia. Ia pun menegaskan bahwa bahaya radikalisme dan intoleransi sesungguhnya sudah di depan mata, sehingga harus dilawan. “Radikalisme dan intoleransi harus benar-benar kita lawan!” serunya berapi-berapi di hadapan belasan ribu mahasiswa.

Ia menambahkan, radikalisme hanya akan melahirkan kekerasan dan perpecahan di antara  sesama anak bangsa. “Mahasiswa dan dunia kampus harus bersih dari unsur-unsur radikalisme, sehingga kampus tetap menjadi sumber kejernihan kemanusiaan bagi rakyat Indonesia," tegas Radendra, yang pada kesempatan itu didaulat membaca naskah Deklarasi Kebangsaan Perguruan Tinggi Se-Indonesia Melawan Radikalisme diikuti ribuan peserta. Naskah tersebut telah dibacakan di hadapan Presiden RI pada tanggal 26 September lalu di Nusa Dua.

Tokoh Pemuda dari PENA 98, Oktav N. S., membakar semangat mahasiswa dengan gaya orasinya yang khas seorang aktivis ‘98. Ia menggugah kesadaran mahasiswa akan tanggung jawab sejarah yang melekat dalam identitas mahasiswa. Kesadaran untuk menjaga dan merawat konsensus-konsensus besar bangsa yang telah dicetuskan pemuda tahun 1928 dan tidak mudah menyerah menghadapi kendala-kendala. “Panas terik matahari hendaknya tak menyurutkan semangat Saudara untuk menjaga republik ini,” kata Oktav.

Menurutnya, tantangan tiap jaman pasti berbeda. "Sekaranglah saatnya pemuda dan mahasiswa bersatu kembali, menegaskan sikap melawan radikalisme. Radikalisme adalah tantangan terbesar kita saat ini, karena cenderung pada kekerasan, pemaksaan kehendak, penyeragaman, dan pengingkaran pada kemanusiaan,” tegas Oktav.

Sekretaris Umum DPD KNPI Bali Shri I G. N. Wira Wedawitry M.S. S.Sos, SH, MH
mengingatkkan betapa Bangsa Indonesia sepantasnya belajar dari Bali, bagaimana beragam suku dan agama di Bali hidup dalam harmoni di atas dasar saling menghormati. Ia mengingatkan siapun untuk memcoba mengganti idiologi Pancasila. "Siapapun kelompok sana (pendukung radikalisme, red.), jangan coba-coba memaksakan kehendaknya untuk mengganti ideologi Pancasila dan menghilangkan kebhinekaan, karena akan menghadapi kekuatan rakyat Indonesia yang mencintai satu nusa-satu bangsa," tegasnya.

Orasi ditutup oleh Ketua Umum DPD KNPI Bali I Nyoman Gde Antaguna. Mangde, begitu panggilannya, mengingatkan kembali pentingnya peranan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan sejarah. “Kemerdekaan Republik ini dipertaruhkan dengan darah dan air mata. Dan fakta membuktikan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara dengan kebhinekaan terbesar di
dunia yang masih mampu bertahan,” katanya.

Ia mengajak mahasiswa untuk bersatu, merapatkan barisan melawan radikalisme dan intoleransi sejak dari lingkungan kampus masing-masing, agar Indonesia bisa terhindar dari konflik seperti di Uni Soviet, Afrika, dan Timur Tengah "Tidak ada tempat bagi pendukung radikalisme mana pun untuk hidup dan berkembang di Indonesia," tegas Mangde.

Selain orasi, Kuliah Akbar Kebangsaan ini juga menampilkan atraksi Marching Band (Universitas Warmadewa dan Mahasaraswati), musik, tari, puisi, beat box dari STIKI Denpasar, Universitas Mahendradatta, UNHI, dan STIKES Advaita Tabanan. Polda Bali tak ketinggalan menampilkan tarian kolosal “Bali Gemilang” oleh 400 orang anggota Polda Bali, diikuti oleh Kapolda Bali dan seluruh peserta.***

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved