Dhaka , Balikini. Net - Negara-negara termiskin di dunia membutuhkan akses listrik untuk keluar dari kemiskinan, menurut laporan PBB.
Dalam laporannya, PBB mendesak negara-negara maju untuk menghormati
komitmen bantuan dengan membantu menjembatani kesenjangan energi.
Laporan dari Konferensi PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan
mengatakan 60 persen warga di 47 negara paling miskin di dunia atau
sekitar 577 juta orang secara keseluruhan, tidak mendapat akses listrik.
Akses ke pasokan listrik yang stabil sangat penting untuk membantu bisnis di negara-negara berkembang, agar bisa tumbuh.
Lebih dari 40 persen bisnis di negara-negara yang tercakup di dalam
laporan, tidak mendapatkan pasokan listrik yang cukup, andal dan dengan
harga terjangkau, menurut laporan yang dirilis Rabu (22/11). Mereka
melaporkan mengalami pemadaman listrik sebanyak 10 kali dalam sebulan.
Setiap pemadaman bisa berlangsung selama lima jam, yang menimbulkan
kerugian 7 persen dari nilai penjualan mereka, menurut laporan tersebu.
“Energi sebagai sumber transformasi adalah salah satu isu utama
pembangunan ekonomi dan ini yang kami coba menyumbang, khususnya untuk
negara-negara paling tidak berkembang, kata Mukhisa Kituyi, sekretaris
jenderal UNCTAD, mengatakan kepada para wartawan di Bangkok.
Ada kekurangan pembiayaan sebanyak 1,5 triliun dolar untuk memenuhi target akses listrik universal pada 2030, kata Kituyi.
Menurut laporan tersebut, negara-negara tersebut diperkirakan akan
membutuhkan 12 miliar hingga 40 miliar dolar investasi tahunan dan lebih
dari tiga kali laju peningkatan akses listrik.
Negara-negara yang disebutkan dalam laporan termasuk 33 di Afrika, sembilan di Asia dan lima di Pasifik Selatan dan Karibia.
PBB mendorong pemerintah di negara-negara tersebut untuk mengadopsi
kebijakan-kebijakan yang bisa menarik investor dan memperbaiki
penggunaan sumber energi mereka. Kituyi mengatakan masih sulit untuk
negara-negara tersebut mendapatkan sumber-sumber pembiayaan swasta untuk
mengentaskan kemiskinan.
“Dunia sudah mencapai satu titik di mana kita mengatakan bahwa banyak
solusi masalah pembangunan yang lebih baik dipicu oleh sektor swasta,”
kata Kituyi. “Namun anda tidak bisa mengatakan hal yang sama untuk
negara-negara paling tidak berkembang. Anda tidak menyerahkan masalah
ini ke sektor swasta untuk memperbaiki Laos, Bangladesh dan Kamboja.”
Energi terbarukan memiliki potes untuk memainkan peran revolusioner
di negara-negara seperti itu. Namun sejauh ini, kebanyakan
inisiatif-inisiatif itu masih dalam skala kecil. PBB mendesak agar
penggunaan teknologi itu dapat ditingkatkan agar berguna untuk
pembangkitan listrik umum. [sub/ voa/ fw/au]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram