-->

Minggu, 05 November 2017

Umat Hindu di Jakarta Diharapkan Tetap Menjaga Tatanan Nilai Sosial Religus

Umat Hindu di Jakarta Diharapkan Tetap Menjaga Tatanan Nilai Sosial Religus

Jakarta, Balikini.Net- Dalam Era kemajuan IT dan globalisasi dewasa ini, umat Hindu dihadapkan pada suatu tantangan terutama pergeseran paradigma sosial, sehingga berdampak pula pada sikap dan cara pandang masyarakat dalam menghayati dan mengimpelementasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta dalam sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dewa Mantra mengharapkan agar umat Hindu tetap menjaga dan sekaligus menyelaraskan perkembangan IT tersebut dengan kondisi dan tatanan nilai – nilai sosial yang saat ini telah terbangun dengan baik. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri Upacara Nyusun Panca Datu di Pura Dalem Purnajati Tanjung Puri, Jakarta Utara, Minggu (5/11).

“Berbagai pandangan mulai timbul dikalangan masyarakat kita terhadap tatanan nilai-nilai sosial religius yang dijiwai oleh agama Hindu. Dan paradigma pengembangan nilai-nilai sosial religius ini jangan sampai melemahkan tatanan nilai-nilai sosial religius  yang sudah ada, dan bahkan harapan saya bisa dapat diselaraskan,” tegas Sudikerta. Lebih lanjut disampaikan Sudikerta, bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu adanya suatu rekonstruksi pemikiran yang membangun integritas diri untuk mewujudkan keharmonisan dan keselarasan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu ia mengingatkan agar seluruh umat selalu berpegang pada norma agama dan tatanan nilai-nilai religius demi penguatan Sradha dan Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Sehubungan dengan apa yang saya kemukakan ini, maka melalui pelaksanaan Upacara yadnya Besar ini kita mohon waranugraha Beliau agar kita senantiasa diberikan tuntunan serta perlindungan lahir bhatin sehinga dalam diri kita akan tumbuh suatu konsep pemikiran yang universal sehingga melahirkan suatu pandangan konsisten dan konsekuen dalam rangka menegakkan kemanusiaan, nilai-nilai spiritual, sekaligus nilai-nilai estetika,” imbuhnya. Sudikerta juga mengharapkan, pelaksanaan Upacara Yadnya ini juga dapat dijadikan ajang pembelajaran menempa diri dan membuka wawasan umat tentang konsep beryadnya, berbudaya dan beragama Hindu. “Lebih-lebih pada masa globalisasi ini yang penuh dengan tantangan sehingga kita harus banyak mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widi diantaranya melalui pemahaman akan sastra-sastra agama Hindu khususnya, sebagai tempat pengendalian diri dalam mencapai keseimbangan jasmani dan rohani, sekaligus dalam mengantisipasi dampak ncgatif dari era globalisasi ini,” pungkasnya.

Sementara itu Ketua Panitia Upacara Nyoman Gede Gustiana menyampaikan bahwa upacara tersebut dilaksanakan mengingat pura tersebut baru saja usai dipugar. Menurut Gustiana, secara geografis lokasi pura terletak di bawah permukaan laut. Sehingga perlu direnovasi lantaran umat Hindu se-Jabodetabek seringkali kebanjiran saat air pasang atau hujan turun. Pemugaran pura yang merupakan pura pertama di Jakarta tersebut sudah dimulai sejak tahun 2011 tersebut. Pemugarannya, ujar Gustiana meliputi peninggian pondasi bangunan dan renovasi beberapa bagian bangunan seperti padmasana, pangkurah, gedong sthana bethara siwa, piasa, bale pawedaan, melanting, bangunan prapajati, dana tembok penyengkernya.

Sebelum  upcara tersebut dimulai, Pura tersebut sebelumnya telah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang ditandai dengan penanda tanganan prasasti. [pr/r5]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved