-->

Jumat, 09 Februari 2018

Panglukatan Tiga Warna Ratu Niang Jero Gerembeng

Panglukatan Tiga Warna Ratu Niang Jero Gerembeng

Panglukatan Tiga Warna Ratu Niang Jero Gerembeng

Terdapat Goa dan Air Terjun, ‘Paica’ Bethara Gunung Agung


KARANGASEM ,balikini.Net - Sebuah jembatan tua buatan Belanda saat penjajahan masih berdiri kokoh di atas telabah (sungai kecil) yang menghubungkan Desa Antiga dengan Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Di jembatan itu masih terlihat jelas tulisan ‘Telabah Gerembeng, 1933’, sehingga warga desa setempat menyebut telabah itu dengan nama Gerembeng, persisnya terletak di Banjar Kaler, Desa Antiga.


Namun tak banyak yang tahu, 50 meter di timur jembatan tua beraspal itu, terdapat tempat panglukatan yang sakral dari tiga sumber mata air (tiga warna). Menariknya di tempat itu juga terdapat air terjun setinggi 15 meter, gua dan cubang alami penampungan air suci.


"Saya warga asli desa di sini, tapi beda banjar. Saya baru tahu ada tempat melukat dan air terjun. Mungkin karena ditutup semak belukar," ungkap Nengah Nuarta, warga desa setempat , belum lama ini.



Pemangku panyungsung Jero Sekar Manik membeberkan, tempat pangelukatan itu bernama Ratu Niang Jero Gerembeng. Karena yang berstana di sana menurutnya, Ratu Niang Lingsir, Ratu Kakyang, Betara Lingsir Gunung Agung, Betara Luhur serta Betara penguasa Gunung Padang yang menjadi sumber air terjun setempat. “Buktinya, air di sini mengandung belerang. Sehingga ada kaitannya dengan Gunung Agung,” kata Jero Sekar.

Untuk duwe di tempat itu, lanjut Jero Sekar, secara sekala (nyata) berupa ular poleng, katak, dan tokek. Sedangkan secara niskala (kasat mata) berupa unen-unen memedi. “Pengalaman saya waktu kecil pernah diculik memedi, dan diajak tinggal di rumahnya. Jadi saya punya saudara angkat memedi,” imbuh dia.

Menyoal khasiat, Jero Sekar mengungkapkan, Tirta Tiga Warna memiliki beraneka fungsi, seperti mohon keturunan, kelancaran bisnis, ketentraman, melebur mala, serta mengatasi penyakit susah tidur atau insomnia. Selain itu, pamedek bisa nunas tirta dari sumber air untuk diminum sehari-hari di rumah.

Jero Sekar mengakui, Panglukatan Tiga Warna Ratu Niang Jero Gerembeng belum banyak yang mengetahui, kendati lokasinya hanya beberapa meter dari jalur utama desa. Warga yang menggunakan kendaraan tidak akan ‘ngeh’ dengan keberadaan tempat itu karena terhalang semak. “Hanya warga di sekitar banjar ini yang tahu. Karena sering nunas tirta untuk mebayuh, ngotonin, untuk minum dan mencuci di bagian bawah telabah,” sebutnya. 

Hal senada diungkapkan suaminya, Jero Lanang Sekar Manik. Menurut dia, sumber mata air di sana tidak pernah berhenti, meski saat kemarau panjang melanda desa. Ketika warga Desa Antiga belum mendapatkan fasilitas air bersih ke rumah-rumah melalui pipa BumDes, air di Panglukatan Ratu Niang Jero Gerembeng dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.


Ditambahkannya, warga yang melukat hanya ramai saat hari raya Hindu, seperti Galungan dan Kuningan. Untuk sehari-hari relatif masih sedikit. Ia mengimbau kepada warga yang ingin tangkil, agar membawa canang pejati sebagai sarana, serta dilarang mengeluarkan kata-kata jorok, mamisuh, layaknya di tempat suci pada umumnya.


Made Arna, seorang pamedek dari Denpasar mengaku sangat takjub akan pemandangan di tempat itu. Goa, air, air terjun, dan tembok alami khas bebatuan vulkanis gunung berapi seolah dibuat oleh manusia. “Saya diajak teman ke sini. Sungguh luar biasa. Airnya alami, tempatnya sejuk, aura magisnya langsung terasa dari baru tiba di sini. Aksesnya juga sangat mudah dijangkau,” kata dia.[gd/r5]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved