-->

Jumat, 03 November 2017

Pujawali Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya Digelar Sederhana

Pujawali Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya Digelar Sederhana

Denpasar (Balikini.Net) - Berbagai persiapan telah dilakukan oleh anggota Korem 163/Wirasatya selaku pihak Pangempon menjelang pelaksanaan persembahyangan bersama dalam rangka Pujawali atau Pidodalan di Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya.

Pasi Intel Korem 163/Wirasatya, Mayor Inf Ida Bagus Putu Swatama selaku Ketua Panitia Pujawali seizin Danrem 163/Wirasatra menjelaskan, bahwa Pujawali atau Piodalan di Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya digelar setiap 1 tahun sekali yakni setiap hari bulan Punama Kalima (ke-5) dalam hitungan kalender Bali yang mana untuk tahun ini bertepatan pada Jumat (3/11). Namun, berbagai persiapan telah dilakukan sebelumnya diantaranya dimulai pembentukan Panitia Pujawali, dan sebagainya. Setelah itu, Panitia Pujawali inilah yang selanjutnya akan menyiapkan segala sesuatunya termasuk menyusun rangkaian (dudonan) Pujawali, diawali dari Matur Piuning (ritual permakluman) dilanjukan nunas (memohon) Tirtha di beberapa Pura Kahyangan Jagad yang ada di Bali. Setelah semua Tirtha dari beberapa Pura Kahyangan Jagad terkumpul, kemudian Tirtha tersebut disemayamkan di Pura Ksatria Raksa Bhuana untuk digunakan sebagai pesucian Ida Bhatara Sesuhunan sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa yang distanakan di Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya.

"Pelaksanaan Pujawali tahun ini, dihadiri oleh Danrem 163/Wirasatya Kolonel Arh I Gede Widiyana, SH dan juga mantan Danrem 163/Wirasatya, Mayjen (Purn) I Gusti Putu Buana serta segenap anggota Korem 163/Wirasatya yang beragama Hindu penuh hikmat melangsungkan prosesi Pujawali yang digelar secara sederhana dengan menghaturkan Banten Pula Gembal diiringi pementasan tarian wali (sakral) Rejang Dewa sebagai pengantar jalannya Yajna yang dipuput oleh Ida Pedanda Nanak Keling Geriya Batubulan Gianyar, serta pementasan tarian topeng wali Sidakarya sebagai penutup Yajna", jelas Swatama.

 
Di sela-sela pelaksanaan Pujawali juga dilaksanakan penobatan Pemangku dari Jro Mangku Pelda I Nyoman Wardika karena sudah nenjelang masa pensiun dari kedinasannya dan sekarang dinobatkan Jro Pelda I Ketut Suparmita dan Jro Mangku Kopka I Made Sujapa yang nantinya akan bertugas memimpin anggota Korem 163/Wirasatya yang beragama Hindu dalam setiap pelaksanaan persembahyangan bersama di Pura Ksatria Raksa Bhuana Korem 163/Wirasatya.

Salah seorang pamedek, yakni anggota Korem 163/Wirasatya yang beragama Hindu, Kopda I Gede Mahardika menuturkan dimana pagi ini cuaca sangat cerah namun tiba-tiba mendung datang dan tak lama angin bertiup disertai hujan beberapa saat untuk kemudian reda dengan sendirinya tepat ketika pelaksanaan Pujawali di Pura Ksatria Raksa Bhuana. "Kami berkeyakinan ini adalah pertanda baik, karena seperti apa yang tersurat pada kitab suci agama Hindu yaitu dalam Bhagavad Gita.III.14 bahwa dari makananlah munculnya mahluk hidup dan makanan ada karena hujan, adanya hujan berasal dari yajnya dan yajna itu ada karena adanya karma, hingga turunnya hujan ini diyakini sebagai cap sattwika (utama) dari yajna yang dilakukan dalam penyelenggaraan Pujawali ini", jelasnya.

Sementara itu, Danrem 163/Wirasatya, Kolonel Arh I Gede Widiyana, SH menjelaskan, piodalan adalah wujud bhakti sebagai usaha untuk mencapai jagadhita yang dalam Babad Bali, dijelaskan bahwa piodalan juga disebut sebagai Patirthayan, Patoyan, atau Pujawali. Piodalan yang utamanya sebagai kelompok upacara dewa yajna ini merupakan upacara yang ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waça (Tuhan Yang Maha Kuasa) dengan segala manifestasinya. Dalam piodalan atau pujawali dilaksanakan persembahyangan bersama.  Dimana persembahyangan pada piodalan yang jatuh pada hari ini adalah digelar guna memohon keselamatan buat kita semua dan menyeimbangkan alam Skala dan Niskala.

"Hal yang paling penting adalah bagaimana kita memaknai hakekat dari pelaksanaan Piodalan ini sebagai perbuatan dharma (kebajikan), hingga seluruh makhluk haruslah bekerja sama dalam melakukan kebajikan disini sebab dari sinilah rasa aman dan damai akan memperoleh pijakan yang sangat kuat seperti yang tersurat dalam kita suci Hindu adalah mencapai tujuan akhir Hindu ialah kedamaian (santih).

Menurutnya, kedamaian adalah bermula dari jiwa manusia dan manusia tidak akan menemukan kedamaian kalau ada cekcok atau terjadi perselisihan, bahkan ia sirna saat terjadi sengketa, walau dengan diri sendiri. Karena itu, rasa persatuan atau kesatuan kepribadian maupun kerukunan diawali dari setiap individu haruslah dapat diwujudkan. Persatuan dan kerukunan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab terciptanya persatuan dan kerukunan dalam suatu negara akan menjadikan rakyat nyaman dan tenteram serta kesuksesan dalam bekerja, menuntut ilmu, melaksanakan ajaran agama, melaksanakan pembangunan juga dalam setiap pelaksanan tugas-tugas kedepan yang semakin kompleks dan lain sebagaianya termasuk dalam menciptakan kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai interaksi dari wujudnya persatuan dan kesatuan tadi. Hingga menjadi benar seperti apa yang dikatakan, bersama Rakyat TNI kuat memang demikan adanya demi terciptanya perdamaian (santih) dalam berbagai aspek kehidupan", jelas Danrem.

Dalam kesempatan ini, Danrem 163/Wirasatya juga mengucapkan Selamat merayakan hari suci Galungan dan Kuningan kepada seluruh umat Hindu. (JMS)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved