-->

Jumat, 10 Agustus 2018

Minimalisir Dampak Gempa Standar Bangunan Mesti Dinaikkan

Minimalisir Dampak Gempa  Standar Bangunan Mesti Dinaikkan

FOTO: Dr (c). Nyoman Diah Utari Dewi, A. Par., MAP.,
DENPASAR-Balikini.Net - Akademisi dari Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar Dr (c). Nyoman Diah Utari Dewi, A. Par., MAP., mengungkapkan, pemangku kebijakan (pemerintah) sudah seharusnya mengevaluasi standar bangunan terhadap potensi gempa bumi di Tanah Air, menyusul rentetan gempa yang terjadi belakangan ini yang sangat meresahkan dan menyisakan trauma di masyarakat beberapa daerah.

Gempa yang berpusat di Lombok, NTB akhir-akhir ini tergolong cukup keras dengan kekuatan maksimal 7 Skala Richter (SR) mengakibatkan ratusan nyawa melayang serta ribuan bangunan hancur. “Sudah saatnya pemerintah pusat maupun daerah mengevaluasi standar bangunan, misalnya dengan menggunakan acuan gempa berkekuatan minimal 10 SR, karena selama ini rata-rata standarnya 6 SR,” kata Diah di Denpasar, Jumat (10/8).

Diah mengingatkan, ada dua hal yang tidak bisa diprediksi dalam gempa yaitu waktu terjadinya dan kekuatan gempa. Ia mencontohkan yang terjadi di Fukushima, Jepang. Pemerintah setempat pernah menggunakan standar kekuatan 7 SR, namun faktanya gempa yang terjadi berkekuatan 9 SR lebih. Saking banyaknya korban jiwa dan kerugian material, pemerintah negeri ‘Matahari Terbit’ itu menerapkan standar bangunan 12 SR, sebagai antisipasi ke depan.

Sehingga, masih menurut Diah, bangunan yang mengundang konsentrasi manusia harus tahan gempa. "Paling tidak harus ada Peraturan Daerah untuk bangunan tersebut," katanya. Aturan ini bukan mewajibkan bangunan tidak roboh atau rusak ketika gempa, karena itu mustahil. Tapi, minimal bangunan tersebut memberikan kesempatan untuk orang didalamnya bisa menyelamatkan diri atau evakuasi. "Seperti orang-orang di Jepang itu, di bangunan tingkat tinggi enjoy aja, walaupun ada gempa bumi," imbuh dia.

Direktur Dua Program Pascasarjana UNR ini menambahkan, dengan keilmuan yang ada, dalam pembangunan gedung harus dibarengi dengan kopetensi mahasiswa yang menimba ilmu dibidang jasa kontruksi, yakni teknik sipil dan arsitektur. Dehingga diharapkan kepada mahasiswa yang nantinya berhadapan langsung dengan proyek pembangunaan gedung wajib menguasai kalkulasi pembangunan gedung.

Dari sisi keilmuan, pihaknya telah mengeloala Konsentrasi Kebencanaan pada Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Administrasi, yang mana salah satu dosennya adalah alhi bencana dan konsultasn di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBP) Bali. “Ilmu ini khusus mendalami kebijakan kebencanaan. Bukan pada teknisnya,” kata Diah memungkasi.*/r3

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved