-->

Jumat, 24 Agustus 2018

Workshop Tari Rejang Renteng, Bupati Suwirta Minta Tarian Sakral Tidak Dijadikan Lawakan

Workshop Tari Rejang Renteng, Bupati Suwirta Minta Tarian Sakral Tidak Dijadikan Lawakan

Klungkung,Balikini.Net - Serangkaian HUT ke-12 Yayasan Sabha Budaya Bali dan dirangkaikan dengan HUT ke-7 Sabha Purohito yang jatuh pada 24 Agustus 2018, digelar workshop Tari Rejang Renteng dan diskusi kelompok terfokus(FGD),membahas hubungan sejarah Bali dengan Papua, Jumat (24/8). Bertempat di Ruang rapat Praja Mandala kantor bupati Klungkung, acara ini dibuka oleh Kadis Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, didampingi Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta yang ditandai dengan pemukulan gong.

Ketua Panitia Workshop yang sekaligus Ketua Umum Yayasan Sabha Budaya Bali DR. DRS. I Gusti Made Ngurah M,Si. dalam laporannya mengatakan,  pihaknya tertarik dengan fenomena semakin maraknya  kelompok ibu-ibu menarikan Rejang Renteng di sela-sela pelaksanaan Dewa Yadnya. Selama ini masyarakat dirasakan belum memahami dengan jelas bagaimana, di mana dan kapan sepatutnya membawakan tarian tersebut.

Workshop rejang renteng bertujuan untuk memberika batas batas dalam menampikan tari Rejang Renteng. Karena dewasa ini penampilan Rejang Renteng masih belum ada aturan yang baku tentang fungsi dan tempat yang pantas untuk dibawakan. “Melalui workshop ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang benar tentang Tari Rejang Renteng, serta hasilnya bisa digunakan  sebagai refrensi oleh lembaga, instansi yang berwenang yang berkaitan dengan pelestarian adat dan kesenian di Bali yang dijiwai oleh agama Hindu.” Ujar  Gusti Made ngurah. Selain itu dalam seminar ini dibahas pula pengunaan burung cendrawasih yang kerap digunakan dalam upacara hindu di Bali.

Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya yang dibacakan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan tari rejang rejang renteng yang marak dibawakan oleh ibu ibu dalam berbagai prosesi keagamaan sangat menarik untuk dibahas. Menurutnya semua pihak harus tahu menempatkan fungsi tarian tersebut secara baik dan benar. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang benar tentang tari Rejang Renteng.

Bupati Suwirta dalam wawancaranya mengatakan keberadan tari rejang renteng dari asli hingga seperti yang marak ditarikan sekarang ini supaya diketehui seluruh masyarakat, sehingga ada penafsiran yang benar tentang tarian ini. "kita sangat apresiasi kegiatan ini, beragamnya tari renjang renteng di Bali,menunjukan keberagaman kesenian budaya kita. Fenomena membawakan tari rejang renteng  disetiap upacara yadnya belakangan ini menunjukan tingginya semangat para ibu ibu untuk melestarikan kesenian adat dan tari rejang renteng ini." ujar Bupati asal Nusa Ceningan. Terkait seringnya tarian sakral yang diplesetkan dan dibawakan dengan tidak benar Bupati Suwirta  menghimbau supaya ada tuntunan dan himbauan dari tokoh masyarakat setempat sehingga pembawaaan tari sakral tidak menjadi lawakan yang bisa dianggap melecehkan budaya dan kesenian.

Dalam acara tersebut selain diisi dengan pemotongan tumpeng, juga dipentaskan dua tari Rejang Renteng dari Karangasem dan Rejang renteng asli Nusa Penida. Meskipun memiliki nama yang sama namun terdapat perbedaan yang mencolok dari segi gerakan dan peralatan menari hingga alunan gamelan. Turut hadir dalam workshop itu para sulinggih, Bendesa Agung MUDP Provinsi Bali, Ketua PHDI, Kepala Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, Ketua Listibia serta pihak terkait lainnya. [jim/r4]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved