DENPASAR-Bali Kini – Keberhadaan Universitas Warmadewa (Unwar) sebagai lembaga pendidikan swasta bahkan terbesar Bali Nusra saat ini memiliki lebih dari 60 doktor, namun jumlah guru besar (profesor) baru 13 orang yang menyandang . Sehingga Unwar terus mendorong lahirnya guru besar, salah satunya dengan menggelar Seminar Nasional Tentang Peningkatan Jabatan Akademik ke Guru Besar di Perguruan Tinggi , pada Kamis (20/9) di Auditorium Sri Ksari Mandapa, Kampus Unwar.
Seminar yang mendatangkan pembicara Dirjen Sumber Daya Manusia dan IPTEK, Kemenristek Dikti Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., P.hD.ini pun semakin membuat sejumlah Dokter yang hadir dalam seminar ini bersemangat mengikuti mengingat banyak masukan yang di dapat sebagai bekal untuk meraih guru besar .
Bahkan Rektor Unwar Prof.dr. I Dewa Putu Widjana, DAP&E., SP. Park., di sela seminar mengatakan, tahun 2019, ia memasang target mengukuhkan setidaknya satu atau dua guru besar bahkan lebih di lingkungan Unwar. Ia menilai, apa yang di sampaikan dalam pemaparan Prof. Ali Ghufron dan Ir. Panji Pujasajti, MT., mampu menjawab masalah dan kendala yang dihadapi para doktor yang saat ini masih belem melangkah ke guru besar ." Kita tidak boleh tidur, harus digenjot lagi. Tahun depan harus ada guru besar yang kita kukuhkan, paling tidak dua atau satu orang," ujar Rektor Widjana.
Namun Wijana mengakui banyaknya dokter yang ada di Unwar saat ini begitu juga dengan ratusan kandidat guru besar dari PTS se-Bali masih memiliki kendala yang variatif, dan yang paling krusial adalah penelitan dan publikasi jurnal internasional. Untuk sebagai motivasi para dokter ini harus tetap memiliki keinginan meraih posisi jabatan akademik tertinggi, yakni professor apalagi kalau orang sudah memutuskan megabdi jadi dosen harus memiliki obsesi jadi guru besar .
Sementara Menurut Prof. Ali Gufron saat ini proses dari doktor menuju guru besar lebih bagus dan transparan. "Asalkan seluruh persyaratan terpenuhi, kami jamin kuran dari dua bulan, sudah beres," ujarnya . ia mengimbau seluruh doktor maupun dosen yang belum memiliki gelar doktor tapi punya karya ilmiah yang bagus, agar segera mengajukan diri.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BP PTSI) Prof. Dr. Thomas Suyatno menyebut, seminar nasional merupakan forum besar karena mandatangkan para doktor dari seluruh PTS se-Bali.
Permasalahan kekurangan guru besar di masing-masing Perguruan Tinggi , kata dia, tidak hanya terjadi di Kopertis Wilayah VIII, namun di wilayah lain. untuk itu pihaknya terus melakukan seminar serupa keliling wilayah Indonesia. "Di mana-mana saya selalu katakan, pasang target, setiap prodi itu minimal 10 persen dari total dosen tetap harus bergelar guru besar," ujarnya .
Ketua Yayasan Kesejahteraan KORPRI Propinsi Bali (YKKPB) Dr. Drs. Aa Gede Oka Wisnumurti, M.Si., yang juga sebagai Ketua Wilayah Asosiasi (BP PTSI) Bali mengungkapkan. PTS se-Bali saat ini memiliki lebih dari 300 doktor. sebagai tindaklanjut seminar, pihaknya segera melakukan "coaching clinic" tentang cara membuat jurnal yang bisa tembus di jurnal internasional oleh tim dari Dikti. ‘’Segera lengkapi persyaratannya. Bagaimana kita berkompetisi jika SDM kita belum memenuhi salah satu ketentuan, salah satunya guru besar," ungkapnya .Wisnumurthi menambahkan , guru besar sangat berpengaruh pada reputasi institusi. (*/r5)
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram