-->

Sabtu, 21 September 2019

Mengemas Sampah Menjadi Rupiah (2) Ulat Penghacur Sampah Organik

Mengemas Sampah Menjadi Rupiah (2)  Ulat Penghacur Sampah Organik

Surabaya,BaliKini.Net - Untuk menghancurkan sampah tidak hanya menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan suara meraung-raung, juga bisa mempergunakan sarana ulat. Hasilnya luar biasa, sampah ini menjadi pupuk organic berkualitas tinggi.
Inilah yang dilakukan Pusat Daur Ulang (PDU) yang berlokasi di Jambangan. Awalnya lokasi ini merupakan tempat pembuangan sampah. Tetapi karena penduduknya sudah padat dan merapat ke daerah ini, akhirnya Pemkot Surabaya menyulap kawasan ini menjadi Taman yang kemudian di dalamnya ada pengolah sampah lengkap dengan laboratoriumnya.
Di sini juga dilakukan pengolahan sampah menjadi energy listrik yang jumlahnya masih terbatas. Energy listrik  ini didistribusikan kepada masyarakat. Dan khusus untuk pupuk didistribusikan kepada masyarakat secara gratis.
“Kami tidak memperjualbelikan pupuk di sini,” jelas Hadi Waskito penanggung jawab pengelolaan sampah di DPU Jambangan. Dikatakan sampah yang diolah di sini berasal dari sampah rumah tangga, yang dikumpulkan pengepul. Begitu masuk ke PDU semua sampah dipilah menurut jenis, sampah plastic digabung dengan sampah plastic begitu juga sampah organic dijadikan satu dengan sampah organik,
Proses ini mempergunakan tanaga manusia dan mesin. Dari sini semua sampah plastic dihancurkan untuk kemudian dikumpulkan. Sampah orgnik seperti daun dan sebagainya dihancurkan dengan mempergunakan ulat.
Proses penghancuran sampah dengan mempergunakan ulat ini menghasilkan pupuk organic yang cukup bagus. Pupuk inilah yang kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Adalah Dwijo Warsito kordinator rumah kompos Surabaya yang menyebutkan, penghancuran sampah dengan mempergunakan lalat ini sangat aman dan nyaman,. Tidak ada polusi dan suara. Lagi pula dengan mempergunakan ulat ini ada dua penghasilannya: pupuk dan pakan ternak dan lele.
Katanya, untuk sampah yang sudah dihancurkan oleh ulat ini bisa dijadikan sampah dan untuk ulatnya agar tidak berkembang menjadi lalat, maka dia harus segera diolah menjadi pakan ternak. Hasilnya bisa dimakan ikan dan ternak lainnya seperti burung dan lain-lain. Dan ini menjadi pakan yang sangat digemari oleh peternak lele, jelas Waskito.
Menurut Dwijo, untuk mendapatkan ulat ini pihaknya memelihara lalat hitam yang didatangkan dari China. Lalat ini kemudian akan bertelur, telur ini dirawat agar menjadi ulat. Setelah ulat itu cukup besar dimasukkan ke dalam sampah organic. Mereka inilah yang akan menghancurkan sampah-sampah tersebut. Dikatakan teori ini pertama kali ini dipraktekkan China, karena sudah berhasil, diterapkan diri Surabaya.
Lalat ini kami perhatikan betul, agar jangan sampai keluar, kalau keluar dia akan mengganggu, karena itu lalat dikurung dalam tempat khusus, agar mereka menetaskan telur-telur ini kemudian ditetaskan.
Karo Humas dan Protokol Pemprov Bali, Anak Agung Sutha Diana kepada Balikini mengungkapkan, sejatinya cara-cara baru inilah yang ingin dikembangkan di Bali. Dan untuk ini pun kami sudah siap melakukan, karena itulah kami melibatkan wartawan dan media untuk menimba pengalaman dari kunjungan ini, nanti ini kita pelajari. Dan bentuk tim untuk melaksanakannya.
[KS Wendra/r5]




Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved