Surabaya,BaliKini.Net - Untuk menghancurkan sampah tidak hanya
menggunakan mesin-mesin yang menghasilkan suara meraung-raung, juga bisa
mempergunakan sarana ulat. Hasilnya luar biasa, sampah ini menjadi pupuk
organic berkualitas tinggi.
Inilah yang dilakukan Pusat Daur Ulang
(PDU) yang berlokasi di Jambangan. Awalnya lokasi ini merupakan tempat pembuangan
sampah. Tetapi karena penduduknya sudah padat dan merapat ke daerah ini,
akhirnya Pemkot Surabaya menyulap kawasan ini menjadi Taman yang kemudian di
dalamnya ada pengolah sampah lengkap dengan laboratoriumnya.
Di sini juga dilakukan pengolahan sampah
menjadi energy listrik yang jumlahnya masih terbatas. Energy listrik ini didistribusikan kepada masyarakat. Dan
khusus untuk pupuk didistribusikan kepada masyarakat secara gratis.
“Kami tidak memperjualbelikan pupuk di
sini,” jelas Hadi Waskito penanggung jawab pengelolaan sampah di DPU Jambangan.
Dikatakan sampah yang diolah di sini berasal dari sampah rumah tangga, yang
dikumpulkan pengepul. Begitu masuk ke PDU semua sampah dipilah menurut jenis,
sampah plastic digabung dengan sampah plastic begitu juga sampah organic
dijadikan satu dengan sampah organik,
Proses ini mempergunakan tanaga manusia
dan mesin. Dari sini semua sampah plastic dihancurkan untuk kemudian
dikumpulkan. Sampah orgnik seperti daun dan sebagainya dihancurkan dengan
mempergunakan ulat.
Proses penghancuran sampah dengan
mempergunakan ulat ini menghasilkan pupuk organic yang cukup bagus. Pupuk inilah
yang kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Adalah Dwijo Warsito kordinator rumah
kompos Surabaya yang menyebutkan, penghancuran sampah dengan mempergunakan
lalat ini sangat aman dan nyaman,. Tidak ada polusi dan suara. Lagi pula dengan
mempergunakan ulat ini ada dua penghasilannya: pupuk dan pakan ternak dan lele.
Katanya, untuk sampah yang sudah
dihancurkan oleh ulat ini bisa dijadikan sampah dan untuk ulatnya agar tidak
berkembang menjadi lalat, maka dia harus segera diolah menjadi pakan ternak.
Hasilnya bisa dimakan ikan dan ternak lainnya seperti burung dan lain-lain. Dan
ini menjadi pakan yang sangat digemari oleh peternak lele, jelas Waskito.
Menurut Dwijo, untuk mendapatkan ulat
ini pihaknya memelihara lalat hitam yang didatangkan dari China. Lalat ini
kemudian akan bertelur, telur ini dirawat agar menjadi ulat. Setelah ulat itu
cukup besar dimasukkan ke dalam sampah organic. Mereka inilah yang akan
menghancurkan sampah-sampah tersebut. Dikatakan teori ini pertama kali ini
dipraktekkan China, karena sudah berhasil, diterapkan diri Surabaya.
Lalat ini kami perhatikan betul, agar
jangan sampai keluar, kalau keluar dia akan mengganggu, karena itu lalat dikurung
dalam tempat khusus, agar mereka menetaskan telur-telur ini kemudian
ditetaskan.
Karo Humas dan Protokol Pemprov Bali,
Anak Agung Sutha Diana kepada Balikini mengungkapkan, sejatinya cara-cara baru
inilah yang ingin dikembangkan di Bali. Dan untuk ini pun kami sudah siap
melakukan, karena itulah kami melibatkan wartawan dan media untuk menimba pengalaman
dari kunjungan ini, nanti ini kita pelajari. Dan bentuk tim untuk
melaksanakannya.
[KS Wendra/r5]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram