-->

Jumat, 03 Juli 2020

DPRD Bali Lakukan Pembahasan Awal Ranperda RUED-P

DPRD Bali Lakukan Pembahasan Awal Ranperda RUED-P

Denpasar,BaliKini.Net - Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali Dr I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi WS. Memimpin pembahasan Ranperda Tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Bali Tahun 2020-2050, di gedung dewan Renon, Kamis (2/7).

Pembahasan yang dihadiri Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali, Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali, serta Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali, itu membahas soal potensi energi yang bisa dikembangkan di Bali hingga lima tahun ke depannya.

Pada kesempatan itu, Kepala Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan, memaparkan sejumlah potensi energi baru dan terbarukan (ETB) di Bali. 

Dari yang bersumber tenaga air, mini hidro dan mikrohidro, hingga bioenergi untuk listrik yang terdiri dari biomass, biogas, surya, angin, panas bumi, dan energi laut dipaparkan dihadapan para wakil rakyat ini.

Potensi ini, demikian Setiawan, tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Untuk RUED (Rencana Umum Energi Daerah), yang menurut Setiawan, tergantung potensi lokal dan kemampuan daerah.

"Dari semua itu pasti ada prioritas dan yang bisa dikembangkan mana?. Saat ini yang lebih visibel adalah surya,” jelas Setiawan, yang hadir mendampingi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali IB Ngurah Arda. 

Namun, dikatakannya bahwa tenaga surya atau matahari memiliki kelemahan intermittent. Yakni tidak ada di malam hari atau saat mendung. Karena itu, kata dia, diperlukan sistem dan jaringan yang kuat pada saat on grid. Artinya, kalau sinar matahari hilang atau tidak ada, tetap ada penggantinya.

“Listrik itu dalam 24 jam kan harus selalu mengalir. Kalau surya kan ada batasannya, intermittent. Jadi kita juga beriringan dengan PLN untuk memperkuat sistem grid-nya di Bali,” paparnya.

Untuk potensi EBT lain, lanjut Setiawan dinilainya masih kecil walaupun buaa dikatakan ada. "Sebagai contoh air, karena prioritas utamanya adalah untuk layanan dasar air baku. Prioritas berikutnya, untuk irigasi lahan pertanian, baru kemudian untuk energi," jelasnya.

Setiawan menambahkan, hampir semua wilayah Bali sesuai kajian Universitas Udayana, potensial untuk pengembangan PLTS. Kecuali di daerah yang agak berawan seperti Kintamani, Bangli, potensi itu tidak akan maksimal. 

"Teknologi sekarang bisa tidak hanya di atap, di farming, tapi juga bisa di dinding. Terus ada juga untuk genteng, sudah ada riset dan model. Cuma tinggal secara komersial seperti apa,” ujar Setiawan.

Untuk energi angin, dengan teknologi yang ada ternyata tidak optimal. Sebab dari 12 bulan, hanya 3 bulan saja bisa menghasilkan energi, sehingga tidak layak secara ekonomi. Kecuali ada penemuan melalui riset terkait teknologi yang tepat untuk kondisi angin di Bali agar menghasilkan listrik sepanjang tahun.

Mengenai potensi panas bumi, dikatakannya saat ini sudah dimanfaatkan untuk wisata air panas atau bukan pembangkit listrik. 

"Kalau itu ternyata lebih bagus untuk masyarakat, itu yang harus ditingkatkan supaya wisatanya makin banyak,” demikian Setiawan. (Ar/R5)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved