-->

Selasa, 06 Juli 2021

Dilema Masyarakat Terhadap TPA Butus, Ini Jawaban DLH Karangasem

 Dilema Masyarakat Terhadap TPA Butus, Ini Jawaban DLH Karangasem


Photo: sidak Kadis DLH Karangasem bersama rombongan DPRD Karangasem


Bali Kini, Karangasem -
Masyarakat Karangasem dilema dengan Sampah di TPA Butus, Bhuwanagiri. Pro kontra masyarakat pun bermunculan terhadap kondisi tersebut. 


Untuk itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Karangasem, I Made Yudiantara, Selasa (6/7/2021) turut serta ikut dalam sidak yang di laksanakan Ketua DPRD Karangasem meninjau langsung kondisi di lapangan. Juga ikut mendengar seperti apa sebenarnya aspirasi dari masyarakat di sekitar lokasi TPA yang disanding oleh Desa Adat Nangka, Desa Adat Butus dan Desa Adat Komala tersebut.


Kepala Dinas Lingkungan Hidup Karangasem, I Made Yudiantara, pada media menegaskan pembuatan sistem pengolahan sampah di TPA memang perlu, mengingat tumpukan atau volume sampah jauh lebih besar dibanding dengan kapasitas tampung TPA.


Dirinya merasa dengan adanya kajian yang telah dilakukan memang solusi yang tepat untuk pengolahan sampah di TPA Butus adalah Solid Recover Fuel (SRF). Nantinya kata dia pengolalah sampah tersebut untuk menjadi bahan bakar padat seperti Cicket Batubara dilakukan di dalam ruangan dan bukan di ruang terbuka.


"Kami tidak membangun TPA, dengan adanya teknologi SRF Solid Reservoar Fool itu merubah sampah menjadi energi. Jadi rencana kami akan membangun sesuatu unit atau pengolahan sampah menjadi bahan bakar itu murni dari investor,"Tegasnya. Dirinya mengungkapkan akan mensupport hal tersebut karena ia merasa tidak adanya jalan lain dalam menangani kondisi sampah, di samping masyarakat Butus juga ribut berargumen masalah sampah. 


Melihat kondisi dan kapasitas tampung TPA Butus, memang pembangunan SRF sangat dibutuhkan, dimana berdasarkan hitung-hitungan pihak ketiga, dalam sehari SRF bisa mengolah 200 ton sampah. “Kecuali besi dan kaca yang dipisahkan! Sisanya termasuk karet dan ban diolah menjadi bahan bakar padat,” sebutnya. Artinya dalam hitungan mereka (pihak ketiga SRF,red) dalam satu setengah bulan sampah di TPA Butus akan habis.


Kendati demikian apa yang menjadi aspirasi dari  warga memang harus tetap direspon guna bisa dicarikan solusi terkait sistem dan upaya tepat apa yang bisa diambil untuk pengolahan sampah di TPA Butus tersebut. (Ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved