-->

Rabu, 28 Juli 2021

Kisah Petani Miskin I Nengah Jimbaran Antarkan Karangasem Raih Juara II se-Bali

 Kisah Petani Miskin I Nengah Jimbaran Antarkan Karangasem Raih Juara II se-Bali


Karangasem , Bali Kini  -
Kisah cerita petani miskin I Nengah Jimbaran yang ditinggalkan mati oleh istrinya disebabkan wabah penyakit kolera antarkan Ni Putu Ayu Karisma Dewi raih predikat pemenang juara II lomba bertutur (bercerita) tingkat SD se-Provinsi Bali 2021 mewakili Kabupaten Karangasem.  


Karena masih suasana pandemi Covid-19, lomba digelar secara virtual, Rabu (28/7/2021). Saat virtual Karsima Dewi menggunakan latar Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispustaka) Kabupaten Karangasem. Tiga orang dewan juri yang memiliki kompetensi bidang literasi dan kepustakawanan, yakni Drs. I Dewa Gede Windu Sancaya, M.Hum, Luh Putu Aryani, S.E, M.M, dan Drs. I Wayan Westa. 

  Karisma Dewi, siswi kelas V SDN 4 Pertima, Kecamatan Karangasem itu mewakili Karangasem ke tingkat Provinsi Bali lomba bertutur setelah memenangkan juara I mengungguli 12 peserta  lawan-lawannya dari perwakilan masing-masing kecamatan di Kabupaten Karangasem bulan Juni lalu. Peserta hanya memilih 1 dari 2 materi/judul cerita rakyat  yang ditetapkan panitia masing-masing “I Nengah Jimbaran”dan  “I Ceker Cipak”.


Aspek penilaian peserta lomba meliputi teknik bertutur, penguasaan materi, kemampuan/skill, dan durasi waktu 15 menit. Keberhasilan memenangkan lomba, Karisma yang bercita-cita jadi dokter putri dari pasangan suami-istri I Made Sudiarsa dan Ni Wayan Purnayanti memiliki beberapa prestasi. Pernah sebelumnya menggondol beberapa juara, pemenang I bercerita digelar Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karangasem, juara III melukis tingkat Kabupaten Karangasem dan juara I kelas. 

Semnatara itu, juara I dan III lomba bertutur tingkat Provinsi Bali dinobatkan Made Anggun Eza Putri dari wakil Kabupaten Klungkung dengan judul cerita “I Ceker Cipak” dan Ni Wayan Erni Purwantini peserta dari Kabupaten Gianyar juga memilih judul cerita “I Ceker Cipak”.


Kepala Dispustaka Karangasem, Drs. I Wayan Astika, M.Si, mengatakan, Rabu (28/7/2021) saat saksikan lomba bertutur secara virtual di Dispustaka Karangasem, sangat bangga dan mengapresiasi serta menyampaikan terimakasih kepada sekolah dan pembinanya atas prestasi anak anak yg sungguh sangat luar biasa. Walaupun belum bisa sampai pada puncak sebagai juara I Bali. Astungkara para siswa siswi tingkat SD cukup berantusias. Ini sebuah motivasi dan inovasi yang kita bangun dalam memajukan masyarakat Karangasem melalui literasi.

“Pada hakekatnya lomba bertutur ini dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan kegemaran membaca dan kecintaan anak terhadap budaya lokal, sekaligus upaya membangun karakter, kecerdasan, kreativitas, dan inovasi generasi muda. Selain itu juga untuk mendukung upaya pelestarian dan pengembangan pesan-pesan  serta nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita sebagai salah satu kekayaan bangsa,“ jelas Wayan Astika. 


Wayan Astika yang juga merupakan mantan Ketua Parisadha Hindu Dharma Kabupaten Karangasem, berharap untuk mengembangkan budaya gemar membaca melalui berbagai kegiatan pendukung pendidikan karakter, kecerdasan, inovasi, serta daya kompetetif bangsa dengan dasar literasi. Pembudayaan dan kegemaran membaca adalah dua hal yang bersinergi dan menjadi faktor penting bagi suatu bangsa atau generasi dalam membangun karakter bangsa.


Berikut sepenggal cerita rakyat kisah petani mskin I Nengah Jinbaran.  Di Banjar Tampakgangsul hidup seorang petani bernama I Nengah Jimbaran, sawahnya ada di wilayah Yang Batu. Ia memang petani miskin, dan kini dirundung kesedihan karena setelah beberapa lama kawin ia ditinggal mati oleh istrinya karena terserang wabah kolera. I Nengah Jimbaran menaruh cinta yang mendalam terhadap istrinya maka ia menghalangi anggota banjar untuk mengubur mayat istrinya. Namun anggota banjar memberi penjelasan kepadanya yang akhirnya dapat menyadarkan untuk mengikhlaskan istrinya di kubur. I Nengah Jimbaran pun lalu menghibur dirinya ditanah persawahannya. Namun demikian lingkungan persawahan yang cukup indah itu tidak dapat menghibur dirinya, sehingga dia kembali menunggui kuburan istrinya. Siang malam ia berada di situ, tanpa makan tanpa minum, dan tidak pula tidur. Kecintaannya kepada istrinya tak pernah surut sekalipun ia diterpa hujan dan angin ribut di kuburan itu. (Ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved