-->

Selasa, 07 Agustus 2018

BPBD Denpasar Terjukan Relawan Penuh Bantu Evakuasi Wisatawan Dari Gili Trawangan

Denpasar,Balikini.Net - Gempa bumi dengan magnitudo 7 SR melanda kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) turut berdampak pada beberapa obyek wisata. Seperti halnya kawasan wisata Gili Trawangan. Dimana, beberapa wisatawan yang sedang mengunjungi obyek wisata terjebak lantaran transportasi terhenti akibat bencana gempa. Karenanya, BPBD Kota Denpasar bersama Polair Polda Bali, Polresta Denpasar dan insan pariwisata turut melaksanakan evakuasi bagi wistawan yang sedang berada di Gili Trawangan dan sekitarnya pada Senin (6/8) malam.

Kalak BPBD Kota Denpasar, IB Joni Ariwibawa saat dikonfirmasi Selasa (7/8) pagi mengatakan bahwa sedikitnya terdapat 1.500 wisatawan yang berhasil di evakuasi dengan menggunakan Kapal Bounty dan Pantagonia.
"Kami bersinergi dengan segala instansi terkait untuk membantu evakuasi wisatawan yang terjebak di Gili Trawangan dan sekitarnya menuju titik aman," paparnya.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa keseluruhan proses evakuasi berjalan lancar pada pukul 24.00 wita dan pukul 02.00 Wita dinihari. Dalam kesempatan tersebut BPBD Kota Denpasar turut menerjunkan dua unit mobil ambulance dan tenaga kesehatan guna memastikan kesehatan para wisatawan yang terdiri dari wisatawan domestik dan mancanegara

"Sebagai daerah terdekat, tentu sesuai dengan arahan pimpinan kami wajib membantu segala proses terkait kebencanaan ini, salah satunya adalah membantu evakuasi wisatawan dengan memberikan beragam pelayanan seperti akomodasi dan cek kesehatan," ungkapnya.

Pihaknya menambahkan bahwa dari hasil evakuasi ini seluruh wisatawan dalam keadaan baik. Dimana beberapa ada yang memilih kembali ke daerah atau negaranya masing-masing dan ada yang melanjutkan wisatanya di Pulau Bali. (Ags/r4)


Senin, 06 Agustus 2018

91 ORANG MENINGGAL DUNIA AKIBAT GEMPA 7 SR DI NTB, BANTUAN TERUS DIKIRIMKAN

Lombok,Balikini.Net - TIM SAR Gabungan teus menyisir daerah-daerah terdampak gempa untuk melakukan evakuasi, penyelamatan dan pertolongan kepada korban gempa 7 SR di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Data sementara hingga 6/8/2018 pukul 10.00 WIB, tercatat 91 orang meninggal dunia, 209 orang luka-luka, ribuan jiwa masyarakat mengungsi dan ribuan rumah rusak. Diperkirakan jumlah korban dan kerusakan akibat dampak gempa akan terus bertambah. Pendataan masih terus dilakukan oleh aparat.

Dari 91 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Lombok Utara 72 orang, Kota Mataram 4 orang, Lombok Timur 2 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Barat 9 orang dan Bali 2 orang. Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh.  Semua korban meninggal dunia adalah warga negara Indonesia. Belum adanya laporan wisatawan yang menjadi korban akibat gempa.

Daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa. Kerusakan rumah dan bangunan terjadi luas. Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya rusak ringan diguncang gempa 6,4 SR pada 29/7/2018 menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa 7 SR. Berdasarkan laporan pertugas di Kabupaten Lombok Utara perkiraan kerusakan rumah di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Bayan, Kecamatan Kayangan, Kecamatan Gangga, KecamatanTanjung dan Kecamatan Pemenang mencapai lebih dari 50 persen. Artinya banyak rumah yang rusak. Masih dilakukan pendataan.

Ribuan pengungsi tersebar di banyak tempat. Belum semua pengungsi memperoleh bantuan. Pengungsi masih berada di lapangan dan di halaman rumahnya sebagai pengungsi mandiri. Penanganan terkendala beberapa hal yaitu terbatasnya alat berat, luasnya daerah yang terdampak, listrik pada di Lombok Utara dan Lombok Timur, saluran komunikasi mati, rusaknya jembatan di tiga tempat yaitu jembatan Tampes, jembatan Lokok Tampes dan jembatan Luk yang menyebabkan aksesibilitas terganggu, terbatasnya ketersediaan logistic dan lainnya.

[kondis lombok utara ]
Upaya penanganan terus dilakukan. Masa tanggap darurat penanganan dampak gempa telah diperpanjang hingga 11/8/2018 baik di Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur. Tambahan personil dan logistik terus dikirimkan. BNPB mengirimkan 21 ton bantuan logistik dan peralatan melalui cargo.  2 helikopter BNPB diperbantukan untuk penanganan darurat. TNI memberangkatkan 3 pesawat Hercules C-130 untuk mengirim satgas kesehatan dengan membawa obat-obatan, logitik, tenda, dan alat komunikasi. KRI dr Suharso diberangkatkan dari Surabaya ke Lombok untuk dukungan kapal rumah sakit. Basarnas mengirimkan personil, helikopter, kapal dan peralatan untuk menambah kekuatan operasi SAR. Polri mengirimkan personil, tenaga medis dsn obat-obatan dan 2 helikopter. Kementerian Pariwisata mengaktivasi Tim Crisis Center untuk memantau kondisi wisatawan. Kementerian Pu Pera menggerakkan alat berat, menambah air bersih dan sanitasi. Kementerian/Lembaga dan NGO mengirimkan personil dan bantuan.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan khususnya makanan siap saji, air mineral, air bersih, tenda, terpal, tikar, selimut, pakaian, makanan penambah gisi, layanan trauma healing, dapur umum, obat-obatan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi.
 [ BNPB/r3]

Minggu, 05 Agustus 2018

Gempa Lombok Potensi Tsunami, BMKG : Jauhi Bibir Pantai

JAKARTA (5 Agustus 2018) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat meminta warga Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap tenang dan menjauhi bibir pantai pasca gempa 7 Skala Richter (SR) mengguncang Lombok Utara pukul 18.46 WIB, Minggu (5/8).

Gempa yang berlokasi di 8.37 LS, 116.48BT dengan kedalaman 15 Kilometer tersebut berpotensi terjadinya tsunami.

"Meski prediksi gelombang paling tinggi hanya setengah meter, tapi kami minta masyarakat segera jauhi bibir pantai dan mencari tempat yang jauh lebih tinggi. Upayakan untuk tetap tenang dan tidak panik," ungkap Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu (5/8).


[vidoa situasi kepanikan dan kerusakan di bali ]

Dwikorita mengatakan gelombang tsunami yang tiba bisa saja berbeda-beda. "Gelombang yang pertama bisa saja bukan yang terbesar," tuturnya.

Diungkapkan, hingga saat ini BMKG terus memantau kondisi terkini pasca gempa dan berkoordinasi dengan pihak- pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Terus kami pantau dari Pusat Gempa Nasional di Jakarta, termasuk potensi terus terjadinya gempa susulan," terangnya.

Dwikorita memaparkan hingga pukul 19.51 WIB, telah terjadi 16 kali gempa susulan namun dengan magnitudo yang jauh lebih kecil. Namun demikian, Ia meminta masyarakat untuk terus waspada dan tidak mendiami bangunan atau rumah yang rawan runtuh. (*)

Rabu, 29 November 2017

‘Malukat’ di Tengah Lahar Dingin Jero Gimbal Temukan Batu Mancawarna

Denpasa, Bali Kini. Net  - Jero Kuncir Gimbal, asal Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng yang mengaku Bhakta Siwa Sejati melakukan tindakan nyeleneh yakni ‘malukat’ (ritual memberishkan diri) di aliran Sungai Unda, Klungkung, tepat saat sungai terbesar di Kabupaten Klungkung itu dialiri lahar dingin muntahan Gunung Agung, Selasa (28/11).

Jero Gimbal mengaku, aksi nekatnya itu tak pernah direncanakan sebelumnya. Saat melintas di Jembatan Sungai Unda, ia menyuruh sopirnya menghentikan kendaraan. Selanjutnya, ia turun mendekati sungai dengan maksud ber-swafoto (selfie). “Tiba-tiba ketemu pemangku di sana. Dan kami melukat bersama di Pura Beji setempat,” ungkap dia saat ditemui di Denpasar, Rabu (29/11).

Usai melukat di Beji, Jero Gimbal merasa ditarik oleh pusaran energi kuat yang berasal dari aliran lahar dingin di sungai. Niatnya ‘malukat’ di tengah sungai tak terbendung, seketika ia menyuruh sopirnya membelikan canang dan pejati. “Itu petunjuk niskala. Saya masuk ke lahar dingin, kedalamannya se-leher saya lah. Saya haturkan sesajen, awalnya saya berkumur, minum (lahar dingin) tiga kali, cuci muka dan berbagai gerakan lain di tengah derasnya arus sungai, durasinya sekitar 30 menit,” tuturnya.

Jero Gimbal membantah jika kegiatan spiritualnya itu dikatakan mencari sensasi semata. “Jika saya mencari sensasi, saya cari tempat ramai,” ujarnya. Ia berdalih, ‘melukat’ di tengah lahar adalah panggilan jiwa dari Hyang Siwa, dengan tujuan memohon keselamatan untuk alam semesta, serta untuk membersihkan, melebur, dan memurnikan raganya. “Lahar itu kan sangat murni sekali, berasal dari kedalaman perut bumi,” imbuhnya.

Menariknya, di tengah ritual berlangsung, Jero Gimbal mengaku menemukan lima buah batu berwarna lima macam atau batu mancawarna di salah satu genangan dangkal. Ia meyakini, batu mancawarna itu sebagai anugerah Tuhan untuk dirinya. “Sore harinya, langsung ada yang datang ke tempat saya minta ‘malukat’ dari ‘wangsuhan’ batu mancawarna. Ini benar-benar ajaib, karena palukatan saya di sungai tepat pukul 12.00, waktu di saat Brahma, Wisnu, Siwa bersatu menuju Hyang Tunggal,” kata dia.


Foto-foto malukatnya menjadi viral di media sosial (medsos) facebook setelah ia menggunggah sejumlah foto saat prosesi di tengah lahar dingin berlangsung. Warga internet (Netizen) menanggapi dengan komentar beragam, namun sebagian besar menganggap Jero Gimbal hanya mencari sensasi. “Biarkan orang berkata apa. Saya balas dengan doa yang baik-baik saja. Saya sudah siap dibully. Bahkan anak dan istri saya pun sempat komplain dengan saya. Ini sudah jalan saya,” terangnya.

Saat itu, lanjut Jero Gimbal, dirinya sudah berpasrah diri menyerahkan jiwa dan raganya kepada Sang Penguasa Dunia (Siwa). “Mati pun, saat itu saya sudah siap,” sebutnya. Setelah keluar dari lahar dingin, ia mengaku mendapatkan energi baru, namun harus menjalani sejumlah ritual pemurnian lainnya sesuai kepercayaan yang ia anut.

Dalam kesempatan yang sama, pengusaha sanggah yang sudah memiliki sembilan cabang ini menegaskan, jika ada warga yang meniru aksinya, ia mengaku tak ikut bertanggungjawab. Bapak dua anak ini juga meminta maaf apabila ritualnya dianggap aneh atau ‘buduh’ yang mengganggu masyarakat. “Saya fokus dengan keyakinan saya. Mohon maaf jika ada yang tak berkenan,” kata Jero Gimbal memungkasi.[bu/r8]

Selasa, 28 November 2017

Bupati Eka “Ngayah Nari Rejang” di Pura Puseh lan Desa Banjar Anyar, Kediri

Tabanan , Balikini.Net  – Dengan gerak gemulainya, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti “Ngayah Nari Rejang Renteng” di Pura Puseh lan Desa Banjar Anyar, Desa Banjar Anyar, Kediri, Selasa (28/11), kemarin.

Selain gerakanya yang nan gemulai, Bupati yang akrab disapa Eka tersebut juga menari penuh dengan kebahagian bersama puluhan Ibu-ibu pengayah setempat. Begitupun dengan para Ibu-ibu, sangat bahagia dan merasa sangat bangga karena baru pertama-kalinya menari ditemani orang nomer satu di Tabanan.

Hingga salah satu penari mengatakan bahwa merupakan suatu kehormatan menari dengan Bupati. Dan dirinya merasa terharu dan sangat bangga bisa menari dengan Srikandi Asal Tegeh, Angseri ini.

“Suatu kehormatan buat tiang, pertama kalinya buat tiang menari dengan Ibu Bupati Tabanan. Tidak pernah sebelumnya saya menari dengan pejabat, padahal saya penari. Baru kali ini saya merasakan, luar biasa terharu dan sangat bangga sekali tentunya”, aku Ibu yang akrab disapa Bu Irma ini.

Kehadiran Bupati Eka ke Pura Puseh lan Desa Banjar Anyar dalam rangka memenuhi undangan masyarakat atas digelarnya Upacara Dewa Yadnya Ngusaba Desa lan Ngusaba Nini oleh Masyarakat Desa Banjar Anyar di Pura setempat.

Setelahnya, di sela-sela acara Bupati Eka mengatakan permohonan maaf karena baru bisa memenuhi undangan masyarakat karena begitu padatnya acara. Dan sekarang dengan tidak mengurangi rasa hormat, Dirinya menyaksikan Karya masyarakat Banjar Anyar hari ini.

“Yang penting Tiang sampun polih manggihin taler nyarengin muspa wawu. Ngerejang sampun, sampun lengkap kayaknya Tiang niki ngayah sareng masyarakat iriki”, ucap srikandi cantik ini.

Meskipun itu sederhana, namun hal seperti itulah yang disebutnya pengabdian. Diungkapnya bahwa pengabdian itu bisa dimana saja dan bantu sebisa dan semampu mungkin dan Pemerintah pasti akan selalu mendukung kegiatan masyarakat yang bersifat positif, tandas Bupati Eka

“Itulah arti dari seorang Pemimpin, harus bisa apapun, dimanapun, kapanpun siap, itulah pemimpin. Jadi, tiang nunas dumogi tiang sehat, presida tiang ngayah, tiang mohon doanya dari hati yang tulus dan ikhlas. Nika yang penting, karena doa adalah kekuatan, dan tiang yakin nika”, tegas Eka.

Dirinya juga menambahkan setelah melihat bangunan dan upacara yang dilaksanakan begitu megah, Dirinya menyebut itulah yang merupakan Karya Agung. Ditambah masyarakat yang bersatu membuat Karya tersebut semakin penuh hikmah.

“Saya sangat salut dan bangga sekali dengan masyarakat disini, tepuk tangan dulu, semangatnya luar biasa, rasa memilikinya luar biasa. Diastun kita niki berbanyak tapi kalau pecah tidak ada artinya. Tapi kalau kita sudah bersatu. Cumpu sami mesikian kayun, ngayah sareng sami nyarengin, titiang yakin apapun beban nika pasti ada solusinya”, jelas orang nomer satu di Tabanan ini.

Tidak lupa dirinya juga meminta kepada seluruh masyarakat Banjar anyar agar tetap mempertahankan persatuannya. Tanpa persatuan semua tiada artinya, dan hanya menimbulkan perpecahan. Sehingga pembangunan di Desa menjadi terhambat.

“Mohon niki dipertahnkan, karena membuat lebih mudah namun mempertahankan pasti sulit. Nah nika semua harus saling menjaga, saling mengingatkan, kenten nggih? Sehingga kebersamaan nika bisa kita rawat terus menerus”, pinta Bupati Eka.

Tambahnya “Setiap Karya pastilah ada beban, bebannya pasti tentang anggaran kurang. Titiang berharap mudah-mudahan sama-sama kita pikirkan solusinya. Kalau mentok tolong ingatkan tiang, tiang pasti nyarengin”, tambahnya.

Sebelumnya Ketua Panitia Karya melaporkan bahwa sebelum melaksanakan karya ini tidak ada membeli Banten (sarana upacara). Dikatakannya semua sarana upacara dibuat oleh masyarakatnya sendiri.  Dan disekitar pekarangan masyarakat, apapun yang bisa dipakai dalam sarana upacara, itu yang dipakai.

Dijelaskan juga bahwa sebelum menapaki Karya ini, warganya sudah melakukan pembangunan secara bertahap dari bulan April 2014. Hingga sampai rampung seperti saat ini, dijelaskan menghabiskan dana untuk bangunan fisik sebesar Rp. 3 Miliar. Untuk Upakara menghabiskan dana sebesar Rp. 1,5 Miliar.

“Sumber dana niki, adalah kraman tiang. Dari urunan Rp. 2,5 Juta sane tahap pertama Rp. 1 Juta untuk pembangunan, dan Rp. 1,5 juta untuk Upakara tahap kedua. Kewentenan kirang langkung 750 Kepala Keluarga dari empat Banjar Pengempon Pura niki”, jelas pihaknya.

Pihaknya juga menegaskan sumber dana juga berasal dari Punia (sumbangan) masyarakat luar dan Desa Tetangga. Dan terimakasih yang sebesar-besarnya diberikan pihaknya karena telah mensuport Karya yang telah dilaksanakan oleh pihaknya.

“Suksma aturang titiang ring Ibu Bupati, sampun nyarengin sekadi pemargi nyanggra karya titiang niki. Inggih sapunika atur piuning titiang, akidik , mangda presida ngiring sareng-sareng ngaturan Bhakti, ngaturan ayah mangda presida Karya Ageng puniki memargi antar lan labda karya sidaning don”, tutup pihaknya.[tbn/r7]

Senin, 27 November 2017

Destinasi Wisata Spiritual Baru Penglukatan Pura Taman Campuhan Sala

Bangli,Balikini.Net--Sebagai destinasi  wisata spiritual baru,Minggu (26/11/2017)  dilaksanakan acara peletakan cupu atau payuk di Penglukatan Pura Taman  Campuan Sala ,Desa Pekraman Sala,Desa Abuan,Kecamatan Susut Bangli. Prosesi peletakan jatu ini dihadiri Ketua PHRI ( Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ) Bali Cok Oka Arta Ardana Sukawati ,di dampingi Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, bersama DPRD Prov. I Nyoman Budi Utama , I Nyoman Adnyana, DPRD Kab.Bangli I Wayan Kriasa , Satria Yudha ,Prajuru Adat dan Masyarakat Desa Pakraman Sala.

Menurut Bendesa Pakraman Adat Sala I Ketut Kayana, diawali dengan prosesi peletakan jatu berupa batu yang didatangkan  langsung dari sungai Gangga India, Watu Klotok,  Besakih ,Pura Ponjok Batu  dan   kemudian dimasukan ke dalam 108 guci yang nantinya akan digunakan untuk mudra di gelung kori tempat Penglukatan Pura Taman Campuhan Sala Kecamatan Susut Bangli.

 Semetara itu Ketua PHRI Bali Cok Oka Arta Ardana Sukawati / Cok Ace sangat berterima kasih atas kepercayaan seluruh warga Sala kepada dirinya.  Didaulat sebagai krama anyar Banjar Sala dari 108 guci Cok Ace diberikan kesempatan untuk meletakan Jatu pada satu guci sedangkan sisanya diisi oleh krama pengarep untuk Mudra Gelung Kori Penglukatan Pura Taman Campuhan Sala, pihaknya berharap  semoga genah atau tempat penglukatan suci  ini  menjadi peneduh, penerang dan penenang jiwa kepada pemedek yang tangkil apalagi akses jalan sudah baik ,tatanan disekitar sudah bagus penuh dengan alam yang relegi, dan mudah-mudahan  penglukatan suci ini cepat dikenal oleh wisatawan domestik bahkan manca negara.’ungkapnya.

Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta  dalam kesempatan ini mengatakan merasa bangga kepada warga masyarakat Sala dimana  pelestarian alam seperti  pura sejatinya untuk tempat suci  mendekatkan diri kehadapan Ida Sanghyang Widhi, dibalik itu  masyarakat Sala mampu mengkemas dan mengembangkan melalui destinasi wisata spiritual yang tetap menjaga kesucian pura dan alam sekitar, niscaya dengat niat yang kuat dan tulus ini akan menjadi berkah untuk kita semua.”ungkapnya.” lanjut Wabup berpesan kepada seluruh warga, kita sadar dijaman era globalisasi sekarang ini  banyak pengaruh budaya luar yang belum tentu baik untuk budaya kita, untuk itu kita harus mampu memfilterisasi pengaruh negatif , mari bersatu  agar budaya kita tetap ajeg dan lestari. mudah-mudahan apa yang di kembangkan oleh Banjar Sala menjadi inspirasi bagi desa-desa yang lain di Kabupaten Bangli ini.’imbuhnya.

Sedana Arta pun  berharap kepada Ketua PHRI Bali sebagai jembatan dari wisatawan lokal maupun internasional, untuk memperkenalkan Kabupaten Bangli yang telah memiliki destinasi wisata spiritual baru dengan menampilkan keasrian alam dan kesucian Pura yaitu Penglukatan Pura Taman Campuhan Sala” harapnya.

Jumat, 17 November 2017

Bangkitkan Inner Beauty dengan Ilmu Leak

Bali Kini - Ilmu leak tak selamanya berkonotasi negatif. Ilmu yang dikembangkan dari ajaran Tantra Baerawa ini ternyata bisa digunakan untuk membangkitkan kecantikan atau Inner Beauty, seperti apa lelakunya?
  
Selama ini leak cenderung berkonotasi negatif. Leak dianggap sebagai ilmu sihir atau black magic yang dapat mengubah pikiran orang sesuai pikiran si penyihirnya. Orang yang mempraktikkan ilmu leak akan dapat mengubah wujudnya menjadi seperti bhutakala atau binatang. Karena itu, penekun ilmu leak sering dikucilkan dari kehidupan sosial masyarakat di Bali, bahkan tidak jarang diteror atau dibunuh. Sebab, menekuni ilmu leak di Bali dianggap sebagai sebuah kejahatan, kendati tanpa bukti.
Konotasi negatif tersebut berasal dari cerita yang mendiskriditkan keberadaan ilmu leak, sebagai ilmu sesat. Dalam lontar Durga Purana Tatwa, seperti disebutkan Prof. Dr. Ngurah Nala, MPH, cerita  cerita tentang ilmu leak tersebut bermula dari kisah istri raja Dirah, Maya Kresna yang dikhianati suaminya. Sang suami sangat suka mencari wanita-wanita cantik untuk pelampiasan hawa nafsunya. Maya Kresna kemudian memuja Bhatari Durga dan Kalika Maya di kuburan. Ia memohon agar suaminya kembali ke pangkuannya dan mencintai dirinya sedangkan wanita-wanita simpanan suaminya agar diberi penyakit dan mati. Permohonan Maya Kresna dikabulkan dan dia dianugerahi ilmu leak Calonarang. Ia dapat mengubah wujudnya menjadi sosok Bhatara Durga. Namun sebagai gantinya, ia harus mempersembahkan kakak perempuannya yang sulung, anak kandungnya, suami dan seorang berkasta brahmana, kestria, waisia dan sudra sebagai tumbal. Tidak hanya itu, setelah menekuni ilmu leak, timbul keinginan dalam dirinya untuk memakan hati, ginjal, jantung, paru dan organ tubuh orang yang sudah mati. 

Karena cerita itulah akhirnya ilmu leak dikultuskan sebagai ilmu sesat atau black magic. Namun sebenarnya tidak demikian. Ilmu itu tergantung dari pribadi orang yang mengamalkannya. Kalau untuk tujuan baik, ilmu itu akan menjadi baik atau sebaliknya.
Prof. Nala menambahkan, leak ada yang baik dan jahat. Leak yang baik disebut leak sari, leak petak atau leak putih yang diturunkan Dewa Brahma, sedangkan ilmu leak yang jahat disebut leak pamoroan, leak badeng atau leak selem.

Mangku Teja Kandel dari Desa Bangbang, Bangli berpendapat, leak adalah sebuah ilmu kaweruhan sebagai anugerah Tuhan untuk meningkatkan spiritual guna mencapai moksa – terbebasnya atma dari ikatan duniawi. Namun pelaksanaannya tergantung manusia itu sendiri. Kalau dibawa ke kiri ia akan menyakiti, sebaiknya bila dibawa ke kanan, ia dapat digunakan untuk kemuliaan.
Hal itu terbukti dari beberapa ilmu leak yang ditulis dalam lontar yang dapat digunakan untuk kepentingan positif. Salah satunya adalah membangkitkan inner beauty.

Kecantikan Dari Dalam
Inner beauty adalah kecantikan yang muncul dari dalam sebagai pancaran aura. Aura adalah pancaran cahaya tubuh sebagai medan energi elektromagnetik yang mengelilingi sekujur tubuh manusia. Bentuk aura berlapis-lapis, tetapi berhubungan satu sama lainnya. Aura paling dalam disebut aura eterik, kemudian aura astral/emosional, aura mental dan yang paling luar disebut aura spiritual. Aura berhubungan erat dengan emosional pribadi manusia sehingga kepadatan, kejernihan, dan daya tarik aura masing-masing orang berbeda. Aura akan berkembang seiring perbaikan moralitas dan perubahan watak. Berkembangnya aura akan menjadi kekuatan inner beauty.
Pancaran aura diakibatkan gerakan cakra dalam tubuh. Ada tujuh cakra mayor yang terdapat dalam tubuh yaitu cakra muladara yang terletak di tulang ekor, cakra swadistana (seks) di atas kemaluan, cakra manipura di pusar, cakra anahata di jantung, cakra visudha di tenggorokan, cakra ajna di antara kedua alis, dan cakra mahkota di ujung kepala. Sedangkan di wajah terdapat 14 titik cakra minor, di antaranya terletak di dahi empat titik, di pipi kiri dan kanan empat titik, di bawah mata dua titik, di hidung dan bibir dua titik, di dagu dua titik. Untuk membangkitkan cakra ini dibutuhkan energi, tetapi tidak sembarang orang bisa melakukan.  Dibutuhkan orang yang mengerti dan profesional tentang cakra untuk mengaktifkan aura tersebut. Salah satunya adalah dengan transfer energi melalui ilmu leak.

Rajah dan Mantra
Ada beberapa ilmu leak yang bisa digunakan untuk membangkitkan inner beauty yang ditulis dalam lontar-lontar pangiwa dan kawisesan. Pentransferan ilmu tersebut, selain menggunakan lelaku, juga dalam bentuk rajah dan mantra. Rajah bisa berupa gambar atau huruf-huruf magis yang ditulis di kertas, lempengan emas, perak atau tembaga, atau ditulis langsung di bagian tubuh seseorang.
Menurut salah seorang penekun lontar ilmu leak, I Made Pasek, ilmu leak untuk membangkitkan inner beauty ditulis dalam lontar Campur Tala. Kata lelaki dari Jl. Pekandelan, Krobokan, Badung ini, ilmunya disebut Guna Semara Tantra.
Adapun lelakunya dengan  ritual khusus memakai sesaji. Ritual dilakukan pada hari tertentu yang disebut Lulut (menurut kalender Bali), oleh orang yang profesional di bidangnya. Sarana lainnya adalah tebu ireng, madu dan pakaian dalam wanita. 

Dengan tebu ireng sebagai alat tulis dan madu sebagai tintanya, bagian gigi dirajah dengan huruf  magis Ung dan Mang. Lidah juga dirajah huruf magis Ongkara Merta, sedangkan kedua tangan dirajah huruf  Ang dan Ah. Sementara itu, pakaian dalam dirajah gambar kepala laki-laki dijepit kaki wanita. Saat merajah juga dirafalkan mantra-mantra gaib oleh orang yang profesional ini. Rajah disertai mantra ini akan membangkitkan kekuatan diri seseorang  sehingga tampak cantik di mata lawan jenisnya. Ada sebuah pantangan bagi yang menekuni lelaku ini, pakaian dalam yang telah dirajah tidak boleh dicuci karena kekuatannya akan hilang saat dicuci. Pakaian ini dipakai manakala diperlukan untuk menarik satu orang lawan jenis secara lebuih khusus.
Rerajahan lain yang bisa digunakan untuk membangkitkan inner beauty adalah rajah Ratna Mangali. Tentang ilmu dan lelakunya, menurut Pasek, ditulis dalam lontar Aji Piolas. Yang menggunakan rerajahan ini, katanya, akan mampu menarik dan memikat setiap hati pria. Rerajahannya berwujud wanita cantik yang ditulis di kertas. Kemudian rerajahan itu dibakar lalu dimakan  disertai sesaji dan mantra-mantra gaib dari yang mentransfer dan memberi energi rerajahan itu. Setiap makan, minum dan mandi nama rerajahan itu “Ratna Manggali” harus disebut agar selalu menyertai. Dalam kurun waktu 11 hari setelah melaksanakan lelaku itu, inner beauty akan memancar dari dalam tubuh. Si pemakai rerajahan ini akan tampak bagai Dewi Ratna Manggali, anak Walunatengdirah.
Ajian lain sebagai pembangkit inner beauty adalah Pangasih Jagat yang ditulis dalam lontar Aji Kawisesan. Sesuai isi lontar tersebut, kata Pasek, memakai sarana air putih dan bunga lima warna (merah, kuning, hijau, putih, dan hitam). Air dan bunga itu diberi mantra-mantra dan dimohonkan kekuatan kepada Bhatara Guru.

Adapun mantranya berbunyi: “Om idep aku rumawak bhatara Iswara, rumawak ring sariranku, sang jaya semara tejan awak sariranku, wastu wong kabeh asing ring awak sariranku …”. Setelah mantra-mantra dirafalkan, air suci diperciki ke kepala sebanyak lima kali, diminum lima kali dan dipakai membasuh muka sebanyak lima kali. Suarna [sb/r5]




Sabtu, 11 November 2017

Puncak Pujawali Pura Sakenan

Denpasar , Balikini.Net - Bertepatan dengan Saniscara Kliwon Kuningan Sabtu (11/11) , sejak pagi Umat Hindu dengan berpakaian adat kepura sudah memadati Pura Sakenan Desa Pekraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan. Umat Hindu sangat antusias menyambut dan merayakan hari Raya Kuningan, selain sembahyang di merajan rumah masing-masing, umat juga tangkil ke sejumlah pura, salah satunya Pura Sakenan. Tak terkecuali Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra berserta Pimpinan dan staf OPD di Lingkungan Pemkot Denpasar tampak hadir serta melakukan persembahyangan di Pura Sakenan yang juga bertepatan dengan puncak Karya Pujawali di pura setempat.

Persembahyangan bersama yang dipuput dua sulinggih yakni Ida Pedanda Gede Putra Telaga dan Ida Pedanda Sari Arimbawa serta pelaksanaan puncak pujawali ini terasa sangat khusuk  diiringi dengan tarian wali, topeng, kekidungan dan gambelan . Pujawali ini merupakan suatu wujud rasa syukur yang dilaksanakan Pemkot Denpasar dalam upaya melanjutkan pembangunan di Kota Denpasar. Walikota Rai Mantra mengatakan Dengan selalu memohon petunjuk kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa dari pelaksanaan upacara ini mampu memantapkan Sradha Bhakti kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari namun tak terlepas dari hal tersebut, diharapkan kepada pemedek yang tangkil agar tertib dan mematuhi aturan yang ada, selalu menjaga kebersihan lingkungan Pura serta membuang pada tempatnya sarana-sarana persembahyangan yang telah selesai dipakai sehingga tercipta kenyamanan bersama.

Panitia Karya Pujawali Pura Sakenan Ida Bagus Gede Pidada yang ditemui disela-sela kegiatan mengatakan Pujawali kali ini menggunakan pebangkit disertakan pula pakelem alit ke segara. Lebih lanjut dikatakan seperti pujawali sebelumnya, Pujawali kali ini didukung oleh pemkot Denpasar dengan segala fasilitas. Menurutnya Pura Sakenan diempon oleh Puri Kesiman dan didukung empat desa adat yakni Desa Adat Serangan selaku pemiliki wilayah, Desa Adat Pemogan, Desa Adat Kepaon dan Desa Adat Kelan.

Sedangkan Lurah Serangan Wayan Karma mengatakan, Upacara pujawali ini secara rutin dilaksanakan  bertepatan pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan dilaksanakan selama 5 hari dan penyineban pada hari Selasa mendatang. “Kami berharap pemedek tidak berbondong-bondong tangkil pada puncak pujawali ataupun Manis Kuningan karena Ida Bathara akan ngejer selama tiga hari dan pada hari Selasa (14/11) karya baru masineb sehingga masih ada kesempatan untuk tangkil dan terhindar dari suasana ramai serta berdesak-desakan, demi kenyamanan bersama,” harapnya.

Terkait dengan penataan parkir maupun kenyamanan pemedek pihaknya mengaku sudah melaksanakan langkah intensif yang sudah dikoordinasikan dengan pengempon, pengemong, serta bantuan dari Pemkot Denpasar, demi kenyamanan dan keamanan pemedek yang setiap tahunnya bertambah. “Melalui bantuan dari Pemerintah Kota Denpasar serta seluruh komponen masyarakat agar selalu menjaga lingkungan areal Pura serta penataan parkir yang rapi diharapkan dapat memberi rasa nyaman dan aman dalam melaksanakan persembahyangan”, katanya. (Eka/r5)

Senin, 30 Oktober 2017

Semeton Karangasem di Kukuh Terima Bantuan Babi

Tabanan ,Balikini-Net - Perbekel Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, I Made Sugianto serahkan satu ekor babi seberat 116 kilogram kepada semeton Karangasem yang tinggal sementara di desa tersebut. Satu ekor babi itu diserahkan dan dipotong langsung di kantor Desa Kukuh, Marga, Senin (30/10). Babi untuk semeton Karangasem yang terdampak status awas Gunung Agung itu merupakan sumbangan salah seorang warga Tabanan.
Perwakilan pengungsi, Ketut Purna sampaikan terima kasih atas sumbangan satu ekor babi yang diserahkan Perbekel Kukuh Marga. Menurut warga asal Kecamatan Kubu, Karangasem ini, selama mereka tinggal sementara di Desa Kukuh telah banyak mendapat perhatian dari warga setempat, relawan, dan aparat desa. Selain dapat bantuan sembako, seragam sekolah, juga pemeriksaan dan pengobatan dari Puskesmas Marga II yang rutin ke tempat tinggal pengungsi. Termasuk pendampingan dari aparat Desa Kukuh saat dua semeton Karangasem rawat inap dan rawat jalan di BRSUD Tabanan. “Kami berterima kasih atas perhatian dari Pemerintah Desa Kukuh Marga,” ungkap Purna.
Perbekel Desa Kukuh, I Made Sugianto menjelaskan, jumlah semeton Karangasem yang tinggal sementara di Kukuh karena status awas Gunung Agung sebanyak 113 jiwa. Mereka tinggal mandiri dan di rumah keluarga di 6 titik yakni Banjar Lodalang, Banjar Tengah, Banjar  Munggal, Banjar Tegal, Banjar Denuman, dan Banjar Tatag. Hanya saja saat Pengejukan Galungan, Senin (30/10) sebagian telah pulang ke kampung halaman untuk merayakan Galungan. “Hari ini masih ada 17 kepala keluarga yang tinggal di Desa Kukuh. Hanya yang menetap dapat bagian daging babi,” ungkap Sugianto.
Sugianto mengaku berupaya berikan perhatian kepada semeton Karangasem di Kukuh. Selama hampir sebulan mereka tinggal di Kukuh, ia mengajak para relawan salurkan bantuan untuk para pengungsi. Mulai dari alumni SMPN Penebel, alumni SMAN 2 Tabanan, warga setempat, travel agent, hingga anggota DPRD Tabanan salurkan bantuan untuk semeton Karangasem. “Karang Taruna di desa kami bahkan ngelawang barong bangkung dan ngamen di jalan untuk menggalang dana. Saya bangga tumbuh jiwa-jiwa peduli sesama di desa,” ungkap perbekel yang gemar menulis cerita berbahasa Bali ini. [sgt/r6]


Jumat, 27 Oktober 2017

Bupati Eka Ngeratep Ratu Gede di Pura Dalem Cacab Jangkahan, Biaung

Tabanan ,Balikini.Net  – Masyarakat Banjar Cacab Jangkahan, Biaung, Penebel, Tabanan melaksanakan Upacara Melaspas dan Ngeratep, pada rahina Sukra Kliwon Sungsang, Jumat (27/10) kemarin. Serangkaian telah selesainya perbaikkan Tapakan Barong, Ida Ratu Hyang Bethari, Ida Ratu Mas Sakthi dan Ida Ratu Bagus Sakti.
Upacara Dewa Yadnya tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, sebagai bentuk dukungan terhadap upacara yang digelar masyarakat Cacab Jangkahan di Pura Dalem setempat. Didampingi Cokorda Anglurah Tabanan dan Pinesepuh Siwa Murti Bali Jero Mangku Subagya.
Hadir juga Anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi, I.GA. Supartiwi selaku Camat  Penebel serta Perbekel dan tokoh adat setempat.
Kehadiran Bupati perempuan pertama di Bali ini dan juga selaku Penasehat Perguruan Siwa Murti bisa dibilang sangat special, selain sebagai penyaksi, Bupati Eka juga diberi kehormatan Ngeratep tapakan Ida Ratu Hyang Bethari, Ida Ratu Mas Sakthi dan Ida Ratu Bagus Sakti, didampingi oleh Jero Mangku Subagya. Hal tersebut diberikan atas dukungan total Bupati berparas Cantik ini kepada Masyarakat Cacab Jangkahan.
Disela-sela acara Bupati yang akrab disapa Eka ini mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Cacab atas kesempatan yang telah diberikan. Hal ini dikatakannya merupakan suatu kebangkitan masyarakat Cacab menyambut kehidupan baru.
“Tiang Matur Suksema sareng semeton sami. Ini merupakan kebangkitan. Kebangkitan artinya, kehidupan baru antuk kayun sane becik, manah sane becik, lan laksana sane becik. Dumogi Ida mesueca, ngicenin pemargi ida dane Titiang sareng sami cumpu masikian”, ucap Eka.
Bupati Eka juga menegaskan bahwa selain berharap bisa selalu berbuat baik. Juga selama dirinya diberi kesehatan, apapun akan dia jalankan asal Ngayah terhadap masyarakat. Dikatakannya kesehatan yang diberikan Tuhan padanya adalah anugerah yang tidak bisa dibeli. Selama Beliau sehat, beliau takkan ada henti-hentinya membantu meringankan beban masyarakat.
“Yang penting Tiang sehat, seger, presida Tiang ngayah Tiang siap. Karena puniki paici Ida Betara yang luar biasa ring dewek Tiang. Dumogi Titiang Presida melaksana sane becik, ngayah ring sekala lan niskala”, pungkas Srikandi Cantik asal Tegeh, Angseri tersebut.
Dia-pun meminta masyarakat agar selalu menjaga kekompakan, menjaga persatuan. Karena kompak adalah hal sangat penting. Ditegaskan juga bahwa membuat itu mudah namun merawat dan menjaga itu yang sulit. Merusak itu cepat namun mejaga itu susah.
“Mangkin tunas Titiang idadane sareng sami mangde kompak dan bersatu. Kompak niki penting dan bersatu niki penting, karena mebuat nika mudah merawat nika sulit. Ngae wuug lima menit ngidang, ngae boya-boya lima menit ngidang namun merawat nika sulit. Artinya nanti dirawatlah dengan baik, merawat niki harus rawat dengan hati yang bersih serta rasa yang tulus ikhlas”, pinta Eka.
Dalam kesempatan tersebut, sebagai bentuk dukungan Bupati Eka juga melakukan persembahyangan sembah bakthi cihna bukti sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, dan memberikan punia yang diterima oleh panitia. Serta setelah acara usai Beliau juga tida lupa bercengkerama dengan masyarakat sembari melakukan sesi photo bersama, sesuai permintaan Ibu-ibu setempat.

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved