-->

Senin, 12 Juni 2017

AGAMA UNTUK HIDUP

AGAMA UNTUK HIDUP

oleh: Made Mangku Pastika

( Balikini,Net ) - Hari minggu (11/6) yang lalu, saya diundang untuk memberikan keynote speech pada pembukaan “World Hindu Wisdom Meet 2017” di Denpasar, yang dihadiri cendikiawan Hindu dari berbagai negara di dunia. Pertemuan ini sangat penting dan strategis, yang turut menentukan perjalanan Hindu dalam percaturan global. Penyelenggaraan pendidikan hindu, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia Hindu akan sangat menentukan eksistensi agama Hindu ke depan. Pada era globalisasi saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena sosial yang mendegradasi keluhuran ajaran agama mulai merebak, mulai dari konflik antar umat, sampai pada gerakan radikalisme. Kita harus melakukan langkah nyata untuk menyelamatkan Hindu, serta turut menjaga harmoni keberagaman di muka bumi.

Saya menyampaikan “kerisauan” saya atas kondisi Hindu saat ini. Bukan untuk menggurui para cedikiawan atau bahkan rohaniwan yang hadir, tetapi semata-mata “membangunkan dan menyadarkan” kita semua bahwa Hindu berada dalam tantangan global yang sangat kompleks.

Saya memulai dari gambaran sering terjadinya konflik antar umat Hindu, tidak hanya di Bali, tetapi juga di luar Bali, bahkan hampir di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena umat Hindu masih memahami agama pada tingkat ritual atau upacara. Umat belum memahami betul unsur susila (etika) dan tatwa (filsafat), apalagi mampu melaksanakannya. Padahal agama terdiri atas tiga unsur sebagai satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu: tatwa (filsafat), susila (etika), dan upacara (ritual).

Pada tataran tatwa (filsafat), sumber tatwa agama Hindu adalah Weda. Weda adalah sumber ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan material (aparavidya) dan spiritual (paravidya) yang juga merupakan penjabaran “natural law” meliputi seluruh aspek kehidupan, yang tidak dapat dibantah kebenarannya. Weda adalah sebuah ajaran dharma, kebenaran yang universal, sekaligus abadi (sanatana dharma). Hanya dalam proses internalisasi kepada umat, metode yang diterapkan mungkin kurang tepat, sehingga belum mengarah pada terbangunnya kemauan dan kemampuan umat untuk mempraktikkan ajaran Hindu dalam kehidupan nyata, apalagi mampu membuatnya menjadi Hindu.

Dalam tatwa, secara universal semua manusia di muka bumi percaya adanya Tuhan, adanya atman, adanya hukum karma, adanya kelahiran kembali, dan percaya moksa.  Dengan demikian, tatwa bagi agama Hindu adalah nilai-nilai kebenaran universal.

Pembelajaran agama Hindu secara berjenjang harus diarahkan agar umat mengetahui (to know), kemudian mampu mempraktikkan dalam hidup (to do), setelah itu barulah untuk menjadi Hindu (to be). Semua praktik konsepsi Hindu juga mengarah pada tiga tahapan tersebut, seperti: catur asrama: mulai dari Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta, sampai pada Bhiksuka.

Pada tataran susila (etika), Hindu sudah mengajarkan tata susila dalam berbagai konsep seperti: Tri kaya parisudha, Tri hita karana, Vasudewa kutumbakam, Tat wam asi, serta desa, kala, patra. Di samping konsep tersebut, tentu masih banyak konsep yang sudah diimplementasikan sebagai nilai etika Hindu.

Pada tingkat upacara, “kulit luar” dari agama, sangat tergantung pada desa, kala, patra. Inilah yang membedakan Hindu di Bali dengan Hindu di luar Bali, bahkan Hindu di seluruh dunia.

Pada akhir tahun 2016 yang lalu, saat Konferensi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama di Bali, seorang pemuka agama Islam dari Medan bertanya kepada saya, “Apakah berbeda agama Hindu di Medan dengan agama Hindu di Bali?” Saya menjawab “berbeda, karena unsur upacaranya itu”. Bahkan di Bali saja, ada paling sedikit “1.488 agama Hindu” yang berbeda,  karena ada 1.488 desa pakraman, yang dengan otonominya masing-masing memiliki konsep upacara walaupun tetap mengacu pada tatwa Weda.

Ketiga unsur ini, tatwa, etika dan upacara, harus diajarkan dan diterapkan seluruh umat secara utuh dalam kehidupan beragama. Orang belum beragama, kalau hanya memahami dan melaksanakan satu atau dua unsur tersebut. Oleh karena itu, Hindu mengajarkan umat untuk menempuh jalan sesuai dengan kemampuan menuju atau menyembah Tuhan, melalui catur marga, yaitu bhakti marga melalui upacara, karma marga melalui etika, serta jnana dan raja marga melalui Tatwa.

Menghadapi zaman global, yang menurut Prof. Rhenald Kasali, bercirikan 3S, yaitu: speed, surprise, and suddenshift, ada pertanyaan besar, “Apa yang sedang terjadi?” dan  “Mengapa Hindu kelihatannya berangsur-angsur menghilang?”

Di zaman global ini, umat Hindu harus dapat hidup, memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewujudkan kesejahteraan hidup, berlandaskan ajaran agama. Ajaran agama dan ilmu harus mampu membuat umat untuk “hidup”. Tanpa mampu untuk itu, agama akan ditinggalkan. Kita harus berhenti berdebat dan berhenti berkonflik. Mari kita buat agama menjadi praktis, Mari kita jabarkan ajaran Weda untuk dipedomani umat, sekaligus mampu mewujudkan kehidupan umat menjadi lebih baik. Ajaran Hindu adalah bersifat universal, sehingga harus mampu menjadi jembatan, baik jembatan antar agama atau keyakinan, maupun jembatan antar generasi Hindu. Kita harus hindari Hindu yang menjadi sekat, yang mengkotak-kotakkan dan memisahkan antar umatnya, atau bahkan memisahkan umatnya dengan umat lain di muka bumi.

Tantangan bagi para guru-guru, para rohaniwan, dan para cendikiawan Hindu saat ini adalah:

“Bagaimana mengajarkan kepada umat Hindu  agar tidak hanya tahu dan paham ajaran Hindu, tetapi juga dapat mempraktikkan, dan pada akhirnya dapat menjadi Hindu yang sesungguhnya?”

Diperlukan pola pendidikan yang tepat, serta diperlukan tauladan dari para rohaniwan, dari para cendikiawan, serta dari semua yang sudah merasa Hindu.

Penyelenggaraan pendidikan yang terintegrasi, antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pembinaan karakter dan budi pekerti berdasar nilai-nilai Hinduism, harus mulai dikembangkan. Sekolah-sekolah atau perguruan tinggi Hindu harus memiliki pola pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya umat, serta mampu menerapkan ajaran Hinduism, sehingga akan melahirkan lulusan yang tidak hanya pintar menyebarkan ajaran Hindu dan memberikan pencerahan kepada sesama, tetapi juga mampu membuat lulusannya “menjadi Hindu”, dan pada akhirnya mampu membuat umat hidup dan sejahtera, serta mampu bersaing dalam zaman globalisasi ini. Pola pendidikan pasraman, sangat tepat dikembangkan pada semua jenjang sekolah, sebagaimana yang saya terapkan pada SMAN dan SMKN Bali Mandara di Buleleng.  

Agama ditinggalkan  juga karena masih dipandang sebagai dogma atau doktrin, belum dipahami sebagai sumber ilmu, dan sumber kehidupan. Hindu akan ditinggalkan umatnya apabila tidak memberikan manfaat nyata bagi kehidupan umatnya. Sebagaimana ilmu marketing, produk akan diterima konsumen apabila produk itu good, useful, reliable, applicable, practical, dan easy, compact, pretty serta attractive. Inilah sebetulnya penjabaran filosofi “satyam, shivam, sundaram” dalam kekinian.

Memang, agama bukan produk, tetapi dengan mengkemas ritualnya sebagai sesuatu yang tidak memberatkan dan dapat dicintai umatnya, maka Hindu akan semakin berkembang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umatnya dan bagi perdamaian dunia.  Semoga!

Minggu, 19 Maret 2017

Bupati Mas Sumatri Presentasikan "Karangasem The Spirit of Bali"

Balikini.Net  - Dalam upaya memperkenalkan berbagai potensi wisata kepada dunia, Kabupaten Karangasem melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem mengikuti Table Top Nusa Penida Travel Mart 2017, Jumat (10/03/2017) kemarin  di Museum I AM Bali, Monumen Bajra Sandi, Denpasar. Menariknya, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri, dalam kesempatan tersebut, mempresentasikan langsung seluruh potensi pariwisata, seni dan budaya dengan keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Karangasem, dengan tagline "Karangasem the Spirit of Bali".
Mas Sumatri dalam presentasinya mengatakan, Karangasem memiliki beraneka ragam seni, budaya dan tempat wisata yang telah dikenal oleh dunia. "Kami memiliki Pura Besakih, Gunung Agung, Taman Ujung, Tirta Gangga, pemandangan bawah laut yang indah untuk diving dan snorkling serta potensi wisata lainnya yang sangat menarik untuk dikunjungi", jelasnya. Dikatakannya, semua potensi wisata tersebut tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kabupaten yang terletak paling timur Pulau Bali.

Mas Sumatri menambahkan, Karangasem saat ini menitikberatkan pariwisata spiritual berbasis desa adat dan kearifan lokal. "Keberadaan Pura Besakih yang berada di Kaki Gunung Agung, Pura Andakasa, Pura Lempuyang pula ada di Karangasem, semua itu  menjadikan Karangasem adalah sebagai Hulunya  atau Kepalanya Pulau Bali,  sehingga menjadikan Kabupaten Karangasem sebagai Spirit of Bali", terang Bupati. 

Lanjut dikatakan, dari Karangasem The Spirit of Bali, dengan tanah sucinya di Pura Besakih menyebabkan sejumlah fibrasi positif yang nantinya akan menjadi daya tarik Kabupaten Karangasem,”Jadi tidak akan lengkap kalau umat Hindu pada khususnya dan Non Hindu pada umumnya kalau tidak berkunjung ke Karangasem,”kata Bupati
Mas Sumatri kembali menuturkan, secara menyeluruh  Kab. Karangasem terdiri dari 8 Kecamatan 75 Desa dan 3 Kelurahan serta 190 Desa Adat. Masing-masing kecamatan di Kab. Karangasem memiliki potensi  khas, dari tagline “Karangasem The Spirit of Bali” memunculkan fibrasi  pengembangan pariwisata  berbasis desa adat, salah satunya  pengembangan taman Tuhan di kaki Gunung Agung yang terletak di Kecamatan Rendang yang merupakan juga tempat  Pura terbesar Pura Besakih. Dibalik kebesaran dan Tanah Suci di Pura Besakih  ternyata menyebarkan fibrasi  yang luar biasa yakni sejumlah bunga menarik dan unik yang hanya bisa tumbuh di bebukitan tandus. Bunga itu adalah bunga Kasna, bunga yang disebut bunga Abadi,”Taman Tuhan ini adalah anugerah, selain bunga Abadi, juga tumbuh bunga Gumitir,”jelasnya.
“Itu baru potensi satu kecamatan saja, belum lagi kecamatan lainnya seperti, Kecamatan Selat yang memiliki emas hitam, batu cadas hasil dari muntahan Gunung Agung yang bisa dimanfaatkan oleh warganya untuk menghasilkan yang memiliki nilai spiritual tinggi. Kec. Sidemen dengan  kerajinan tradisional warisan leluhur, Kain Tenun Endek dan Songket. Kecamatan Manggis dengan Pelabuhan Rakyatnya. Kecamatan Karangasem  ada Taman Ujung, Tirta Gangga dan kawasan Candidasa, Kecamata Abang  dan Kec. Kubu dengan panorama bawah lautnya untuk diving dan snorkling serta di Kec. Kubu  ada Buah Mete dengan berbagai olahannya dan Kec. Bebandem sebagai agro wisata perkebunan Salak yang buahnya akan menjadi salah satu maskot Karangasem juga akan didaftarkan ke  FAO sebagai salah satu buah Warisan Budaya Dunia,”paparnya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Mas Sumatri mengajak semua peserta yang hadir untuk berkunjung dan melihat potensi Karangasem secara langsung. "Saya mengundang para peserta semua pada bulan Mei mendatang untuk bisa bersama-sama berkunjung ke Kabupaten Karangasem, dimana kami akan mengadakan acara seperti ini untuk lebih memperkenalkan lebih dekat kekayaan alam dan potensi wisata yang kami miliki", tandasnya.
Ajang yang mempertemukan antara "buyer" dan "Seller" ini akan berlangsung hingga tanggal 12 Maret 2017 mendatang. Table Top Nusa Penida Travel Mart 2017 mempertemukan 40 seller lokal dan 80 buyer yang merupakan para travelagent dari dalam maupun luar negeri. Acara yang akan digelar hingga 12 Maret mendatang ini dihadiri pula oleh Kementerian Pariwisata RI Jualita, Asisten bidang Administrasi Umum Kabupaten Karangasem I Wayan Purna, dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung I Nengah Sukasta sebagai pihak penyelenggara.*

Jumat, 07 Oktober 2016

Hut TNI 2400 Prajurit Ngopi Bareng

Balikini.Net - Sebanyak 24.000 orang melakukan seruput serentak, atau disingkat menjadi Ser..ser.. di 1200 warung kopi (warkop) untuk pecahkan Muri (Museum Rekor Indonesia). Kegiatan minum kopi ini dilakukan secara serentak di 4 kota di Jawa Timur, antara lain di Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya. Malam Ser…Ser… kopi gratis sumbangan dari sponsor dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, di pusatkan di lapangan Kodam V Briwijaya, Surabaya, Sabtu (1/10).

Dalam kesempatan itu, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo beserta Pangdam V Brawijaya  Majen TNI I Made Sukadana, Panglima Armada Timur Laksamana Muda Darwanto, Dan Lanud Abdurrahman Saleh Marsekal Pertama Djoko Suseno, Kapolda Jawa Timur Mayjen Anton Setiadji, Pangpasmar Laksamana Pertama Lukman, jajaran Forpimda Jawa Timur, prajurit TNI dan Polri serta masyarakat Surabaya ikut serta dalam pemecahan rekor minun kopi serentak.

Menurut Ketua Panitia, Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul yang juga merupakan Wakil Gubernur Jawa Timur, minum kopi sudah menjadi tradisi budaya atau gaya hidup orang dari berbagai kalangan. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup itu dipengaruhi menjamurnya warkop di Jawa Timur yang mengindikasikan bahwa warkop menjadi penggerak perekonomian yang kreatif sekaligus membuka lapangan pekerjaan telah tumbuh di provinsi paling timur pulau Jawa. Faktor pertumbuhan ekonomi juga menjadi penentu mengubah gaya hidup masyarakat untuk nongkrong minum kopi di warkop.

“Jika di hitung, di Jawa Timur ada 50 ribu warkop dengan rata-rata omset Rp 1 juta, sudah menghasilkan tidak kurang dari 18 triliun per tahun dari perputaran uang disekitar warkop,” kata Gus Ipul.

Warung kopi tumbuh hampir diseluruh pelosok Jawa Timur, baik di desa-desa maupun di kota-kota yang ada di Jawa Timur. Hal itu dipengaruhi oleh tersedianya bahan baku kopi dari Malang, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.

“Disisi lain, ngopi serentak bertujuan untuk mencintai produk lokal Jawa Timur yang merupakan penghasil kopi terbaik di dunia, seperti Java Kopi dari jenis Robbusta maupun Arabica” tutur Gus Ipul.

DSCN8610Diselenggarakannya Ser… Ser…ngopi serentak juga sebagai bentuk apresiasi kepada warkop yang telah menyumbangkan kelangsungan roda perekonomian di Jawa Timur sekaligus sebagai bentuk kemanunggalan antara TNI (Tentara Nasional Idonesia) dan rakyat dalam momentum refleksi hari jadi TNI yang ke-71 yang jatuh pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.

Disetiap warkop peserta Ser… Ser…kopi yang tersebar di 4 kota, disediakan 20 cangkir kopi gratis kepada pelanggan masing-masing, dimana setiap warkopnya ada satu prajurit TNI yang mendata dan mengkoordinir yang kemudian secara bersama-sama melakukan seruput serentak setelah ada aba-aba dari pihak Muri.

“Kami mengapresiasi penyelenggaraan minum kopi serentak, ini luar biasa! Selamat untuk Jawa Timur atas pemecahan rekor Muri”, kata Awan Rahargo, Senior Manager Muri.

Menurutnya, minum kopi serentak sebagai salah satu bentuk untuk mengangkat citra kopi Indonesia, khususnya dari Jawa Timur. Selanjutnya Awan menambahkan, rekor sebelumnya di pegang Provinsi Aceh dengan peserta 1.000 warkop, kini terpecahkan oleh Jawa Timur dengan 1.200 warkop.

Minum kopi sambil menonton wayang kulit dengan dalang kondang Ki Anom Suroto dari Jawa Tengah menjadi keasyikan tersendiri bagi peserta Ser… Ser… kopi. Apa lagi diselingi hiburan lawakan oleh para pelawak terkenal Indonesia. Hmmm….sungguh mengasyikan.

“Sebenarnya ada pemecahan rekor lagi di acara Ser… Ser…ini dengan katagori minum kopi bersama antara TNI dan Rakyat dengan jumlah peserta sekitar 8.000 orang. Namun kami terlambat mendaftarkan ke Muri. Kedepannya, kami akan melakukan lebih banyak lagi, baik dari jumlah warkopnya maupun dari jumlah orang  peserta yang ikut minum kopi”, pungkas Gus Ipul. [kabari /kb]

Selasa, 26 Juli 2016

Ahok Tunggu Tanggal dan Hari Baik Deklarasi Pencalonan

ahok [JX/BK]
Balikini.Net - Basuki Tjahaja Purnama menegaskan bahwa dia akan menunggu tanggal dan hari baik untuk mengumumkan pencalonan dirinya kembali sebagai orang nomor satu di Jakarta dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.Hal itu diungkapkan oleh Ahok, panggilan akrab Basuki, di Balai Kota, Jakarta, Selasa (26/7/16). Namun sampai saat ini, calon petahana Gubernur DKI Jakarta itu belum memutuskan akan maju mengikuti pemilihan gubernur melalui jalur independen atau partai politik.

Sejauh ini dari segi persyaratan Pimilihan Gubernur tahun depan, syarat-syarat melalui dua jalur itu, independen atau partai sudah memenuhi. Dari jalur independen, melalui Relawan Teman Ahok, sudah memenuhi syarat dukungan, 7,5 persen dari penduduk DKI melalui pengumpulan 1 juta KTP.
Sementara melalui jalur partai Ahok juga memenuhi syarat. Syarat jumlah kursi tiga partai pendukungnya yaitu Hanura, NasDem dan Golkar sudah memiliki 24 kursi di DPRD DKI Jakarta. Sedangkan syarat dari KPU hanya 22 kursi.

Namun demikian Ahok belum memutuskan jalur yang akan digunakan dalam pencalonannya nanti. Kemungkinan Ahok akan mendeklarasikan pencalonannya itu seusai Presiden Jokowi mereshuffle kabinet. [JX/ BK]

Minggu, 24 Juli 2016

Berakhir Masa Tugas di Indonesia, Dubes Blake Pamit

Robert O Blake
BALIKINI.NET -Tugas Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Dubes  Robert O Blake Jr akan segera berakhir. Di penghujung masa tugasnya, Blake menyatakan akan sangat merindukan Indonesia, teman-teman dan juga pekerjaannya selama menjadi diplomat. Di mata Blake Indonesia adalah negara yang unik karena masyarakatnya sangat terbuka. “Indonesia merupakan negara yang sangat terbuka, karena itu saya pasti akan merindukan Indonesia” kata Dubes yang telah berkarir selama 31 tahun sebagai diplomat itu.

Blake mengaku senang bisa ditugaskan di Indonesia. Dia pun menegaskan secara pribadi dirinyalah yang meminta ditempatkan di Indonesia. Menurutnya Indonesia memiliki posisi strategis di Asia dan salah satu mitra penting bagi AS, sehingga ia pun bangga bisa memperluas hubungan strategis kedua negara.  “Minggu depan saya akan pulang dan pensiun. Saya sangat senang bisa ditempatkan di Indonesia dan posting di Indonesia memang pemintaan saya” katanya.

Sebelum kembali ke Amerika, Blake menyempatkan diri mengujungi Ketua MPR RI Zulkifli Hasan untuk berpamitan. Tak hanya sekedar pamitan, pada pertemuan itu Blake juga sempat mendiskusikan berbagai hal dengan Ketua MPR terkait hubungan Indonesia-AS.

Blake ditunjuk Presiden Obama menjabat sebagai Dubes untuk Indonesia sejak Juli 2013 menggantikan Scot Marciel. Sebelumnya, ayah tiga putri itu menjabat sebagai Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Asia Selatan dan Tengah. Blake merupakan diplomat karier. Dia pernah menjadi Duta Besar AS untuk Sri Lanka dan Maladewa antara 2006-2009, sebelumnya Blake juga bertugas sebagai Deputy Chief of Mission di Kedutaan AS di New Delhi 2003-2006.

Indonesia rupanya sudah lama dekat di hati Blake. Jauh semasa kuliah dulu (1978), ia sudah menginjakkan Jakarta dan mengenal masyarakat Indonesia dari dekat. Pria yang hobi naik gunung itu pun sangat menikmati kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada wawancara eksklusif Kabari November 2014 lalu, Blake mengaku pernah keliling Jakarta naik bis dan mikrolet, bahkan ia sangat menikmati naik transportasi umum yang biasa orang-orang Indonesia gunakan.

Dia sangat senang bisa kembali ke Indonesia lagi sebagai perwakilan Pemerintah AS. Banyak momen sejarah yang dilewatinya selama bertugas di Jakarta. Salah satunya pergantian kepemimpinan pemerintahan Indonesia dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo.[KABARI/USA]

Kamis, 30 Juni 2016

Seni Sebagai Indentitas Masyarakat Bali

guru bersar isi (balikini.net/pro )
Balikini.Net -Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai sebuah perguruan tinggi negeri di Bali diharapkan tidak hanya mencetak lulusan sarjana di bidang seni, namun lebih dari itu, sekolah tinggi di bidang Seni ISI ini diharapkan mampu menarik anak muda untuk memantapkan kehidupan berkesenian sebagai identitas utama masyarakat Bali di tengah persaingan global. Penegasan tersebut disampaikan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya pada acara Pengukuhan Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum sebagai Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, di Gedung Natya Mandala, ISI, Denpasar (30/6). Beberapa harapan akan kiprah Institut ini sempat diutarakan oleh orang nomor satu di Bali itu, diantaranya harapan akan ISI yang harus go international, yaitu sebagai media promosi terdepan akan kesenian Bali, ISI juga harus mampu meningkatkan kualitas sumber daya seni dan kualitas kehidupan berkesenian. Dan yang terpenting adalah keberadaan ISI harus bisa menajdi Centre of Art and Science, dimana pola pembelajaran harus mampu menyalurkan hakikat ilmu seni itu sendiri bukan berorientasi terhadap mencetak lulusan semata. “Untuk mencapai semua itu, maka guru besar memiliki tanggung jawab moral yang besar, dan tambahan nama itu bukan gelar semata,” ungkapnya. Apalagi menurutnya ‘Prof’ itu bukan hanya kependekan untuk jabatan profesor semata, namun bisa juga diartikan sebagai provokator. “Provokator di sini dalam artian mampu memprovokasi orang terutama mahasiswa untuk bekerja dan belajar lebih giat lagi,” bebernya.

Dalam kesempatan itu, Pastika juga mengucapkan selamat atas pengukuhan guru besar terhadap Prof Gede Arya Sugiartha yang sekaligus juga merupakan rektor ISI periode 2013-2017. Dengan pengukuhan tersebut, maka bertambah pula satu guru besar di kampus kebanggaan para seniman Bali tersebut. Terkait penelitian yang sekaligus menghantarkan Prof Gede Arya Sugiartha sebagai guru besar yaitu seni pertunjukan “genjek”, Pastika mendorong para akademisi di ISI untuk meningkatkan kajian akademis terhadap cabang dan jenis seni pertunjukan di Bali yang selama ini tidak begitu banyak diangkat ke permukaan. “Ada latar belakang yang historis-ilmiah tentang tumbuhnya kesenian kita di satu daerah, kesenian tersebut juga mengandung nilai kearifan lokal yang adiluhung, maka dari itu saya minta semua dosen harus memperbanyak penelitian dan menggali lagi seni budaya kita,” imbuhnya. Apalagi kesenian merupakan penunjang utama sektor pariwisata Bali bersama budaya, sehingga semakin beraneka ragam ditawarkan akan bisa menjadi poin lebih untuk pertumbuhan pariwisata kita ke depan. 

Sementara itu, Prof I Gede Arya Sugiartha dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Genjek Sebuah Seni Vokal Bali, Pembentukan dan Perkembangannya” menyampaikan bahwa ketertarikannya mengangkat tema itu sebagai penelitian dikarenakan seni vokal tersebut belakangan ini mulai meredup padahal dekade 1990-an sangat ramai dibicarakan. Menurutnya hingga saat ini tidak banyak penelitian yang mengangkat genjek sebagai objek, hingga Ia pun tergugah meneliti dan berharap bisa membangkitkan lagi. Selain seni vokal, dalam Genjek juga terkandung seni sastra yang mengandung unsur tema kegembiraan, romantis, rayuan, nasehat maupun sindiran. Dia juga menyimpulkan jika Genjek yang lahir pertama kali di Karangasem merupakan sebuah seni rakyat yang lahir dan dipelihara oleh masyarakat pedesaan, namun mulai menyebar ke daerah lain. “Perkembangan genjek sebagai sebuah kesenian yang adiluhung telah melalui fase yang cukup panjang. Dalam kesenian ini juga terkandung nilai moral lain seperti nilai pertemanan dan pergaulan, untuk itu, sebagai kesenian rakyat, keberadaan genjek harus terus dilestarikan dan saya harap kelak bisa tampil di PKB,” tandasnya.
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved