-->

Minggu, 02 September 2018

Kecak SMA Negeri 1 Negara dan Kecak Rina Gemparkan Ardha Candra

Denpasar,Balikini.Net - Suasana riuh membalut Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya, Denpasar. Kembali memasuki Nawanatya III kini Parade Cak siap menyemarakkan Nawanatya di Bulan September. (1/9/18 )

Memasuki parade cak pertama pada Nawanatya III penampil yang berkemsempatan untuk mengadu garapannya yakni  SMA Negeri 1 Negara dan Kecak Rina, Desa Bona, Gianyar. Penampil pertama yang telah datang jauh-jauh yakni SMA Negeri 1 Negara mempersembahkan sebuah garapan yang mengambil cerita Manik Angkeran sebagai alur dari kecak yang dibawakannya. “Jadi umumnya kan mengambil kisah dalam Ramayana, tapi kali ini kita menggunakan cerita Manik Angkeran sebagai alur kecak kami,” jelas I Putu Agus Pranata Diantika selaku pembina garapan Kecak Manik Angkeran dari SMA Negeri 1 Negara. Kecak yang melibatkan anak-anak ekstra tabuh, tari, dan ekstra lainnya yang didaulat melalui proses seleksi ini pun memiliki alur garapan yang cukup berbeda. Selain karena alur cerita, vokal maupun penampilan tari yang disajikan adalah gerakan khas Negara. Sebab, kecak sendiri mulanya lebih dikenal di deaerah Bali Selatan, baik Gianyar maupun Denpasar. 

Sebagai wilayah yang cukup asing dengan kecak, Agus pun mengatakan bahwa dirinya yang berprofesi sebagai koreografer tari ini pun cukup kesulitan memahami kecak baik dari segi koreonya maupun vokalnya. “Jujur di wilayah kami cukup asing dengan kecak, saya pun pendalaman itu selama 6 (enam) bulan dan anak-anak hanya mendapatkan waktu sebulan untuk mendalami dan latihan kecak ini,” ungkap Agus. Seusai penampilan dari SMA Negeri 1 Negara, kecak pun dilanjutkan dengan penampilan Kecak Cak Rina yang telah mumpuni dalam menarikan tarian massal ini, yang mengangkat kisah Pertempuran Subali dan Sugriwa. Garapan yang terbilang ‘berani’ ini pun membuat seisi Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar pun menjadi hidup. “Cakkk,” teriakan Rina pun memecah keheningan di malam yang dingin. Cahaya api yang datang dari obor-obor dan bola api pun ditendang bebas oleh para pemain kecak. Para penari kecak seolah tak ingat apapun lagi, mereka tampil total. Tak ada melingkar, formasi lurus, diagonal, meloncati panggung untuk menyambangi penonton semua dilakukan Rina dan kawan-kawan 3 (tiga) generasinya dengan total, layaknya api yang membara garapan ini membakar semangat penonton untuk tak segera beranjak. Untuk menciptakan garapan yang hidup, Rina pun mengungkapkan kuncinya adalah sebuah konsistensi. “Saya bertahan di kesenian kecak karena hanya inilah yang saya punya, inilah penghidupan dan profesi saya,” ujar I Ketut Rina selaku penampil sekaligus penggagas garapan.

Menurut I Komang Astita, selaku tim pengamat Bali Mandara Nawanatya menuturkan bawasannya kedua garapan ini telah berusaha menampilkan garapan yang total. Hanya saja khusus untuk SMA Negeri 1 Negara perlu meningkatkan performanya dalam segi vokal. Sedangkan untuk kecak Rina sendiri telah maksimal, sebab tak dipungkiri lagi bahwa daerah asal Rina adalah pusatnya tari kecak. “Untuk cerita yang digunakan sah-sah saja, tetapi untuk SMA 1 Negara perlu diperhatikan lagi pemilihan ceritanya, sebab ada sedikit ketidak sesuaian alur didalamnya,” terang Astita. [rls/r4]

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM GELAR FESTIVAL SUBAK KARANGASEM YANG KE II

Karangasem,Balikini.Net - dalam rangka mengembangkan sektor pertanian dan minat bertani di kabupaten karangasem, Pemerintah Kabupaten karangasem mengadakan acara festival subak  Karangasem yang ke II yang bertemakan  “Tri Hita Karana” Harmoni Jagat Semesta, Sabtu (1/9/2018) di Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. 

Acara yang akan berlangsung selama 3 hari yaitu dari tanggal 1 s/d 3 September 2018 di isi juga dengan acara Penandatanganan Piagam Komitmen Dewi Nawa Satya Karangasem The Spirit of Bali oleh 14 Kepala OPD, dihadiri dan di buka langsung langsung Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dan Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa yang ditandai dengan pemukulan Kentungan hadir juga dalam acara tersebut I Gusti Made Tusan, , menteri pertanian diwakili kepala balai besar pendidikan dan latihan penyuluhan pertanian malang bapak Kreno, Direktur perlindungan tanaman dan holtikultural Ir. Sri Wijayanti Yusuf M.Agr .SC, Sekda I Gede Adnya Mulyadi, konjen cina Mr. Mou Haodong, forkopimda Kabupaten Karangasem.

Ketua panitia pelaksana, Sekda Kabupaten Karangasem I Gede Adnya Mulyadi dalam laporannya mengatakan Berbicara masalah pertanian di Bali, berarti berbicara masalah subak dengan konsepsi Tri Hita Karananya, yaitu Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. 

Dalam kaitan Festival Subak Karangasem ini, kita tidak hanya melihat subak dari aspek budaya saja, tetapi juga subak dari aspek penerapan teknologi pertaniannya. Karena fakta yang ada, penerapan teknologi pertanian belum optimal dan generasi muda tidak begitu tertarik dengan dunia pertanian yang identik dengan kemiskinan. 

"Lewat event ini kita akan coba mengangkat potensi pertanian dan pariwisata di Kabupaten Karangasem,"ucap Sekda 

Adapun tujuan festival Subak Karangasem adalah Pelestarian subak , Mengedukasi petani dan masyarakat dalam penerapan teknologi pertanian, Mempromosikan hasiI-hasil pertanian, Menumbuhkan ekonomi kreatif yang berbasis pertanian dan Menginisiasi tumbuhnya sinergi pertanian dengan pariwisata 

Peserta Festival Subak Karangasem ‘ terdiri dari unsur Perwakilan subak, subak abian, dan kelompok tani se-Kab.Karangasem , KTNA, KWT , Pelaku usaha , Produsen sarana produksi pertanian, Komunitas Photograpi Karangasem 

Bentuk Kegiatan yaitu Gelar teknologi pertanian, Parade budaya pertanian Bursa hasil pertanian, Farm Trips, Demo alat mesin pertanian, Seminar, Temu usaha, Gathering pariwisata pertanian dan juga terdapat Lomba-lomba diantaranya Lomba membuat gebogan, Lomba membuat petakut, Lomba menangkap belut, Lomba mengukirbuah, Lomba merangkaibunga, Lomba karya tulis dengan tema “Bangga Jadi Petani”.

"Sebelum puncak acara hari ini, telah dilaksanakan pula pra festival dengan menghadirkan anak-anak sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA ke lokasi gelar teknologi pertanian untuk memperkenalkan sedini mungkin dunia pertanian dan membangkitkan minat generasi muda pada bidang pertanian,"tegas Sekda 

Lanjut Mulyadi mengatakan, Pada kesempatan yang Iain, telah dihadirkan pula krama subak se Kecamatan Karangasem dalam rangka edukasi tentang penerapan teknologi pertanian.

Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dalam sambutannya mengatakan, Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang sangat dominan, baik secara langsung maupun tidak Iangsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. 

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan sektor pertanian dalam aspek ekologi guna mendukung sumber daya alam, lingkungan hidup, seperti pelestarian sumber daya air. Fakta menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling tangguh dalam menghadapi krisis dan berjasa dalam menampung pengangguran sebagai akibat krisis ekonomi tahun 1998. 

Kabupaten Karangasem adalah merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung‘ timur Pulau Bali. Luas wilayahnya adalah 83.954 ha atau 14% dari luas Pulau Bali. Sebagian besar wilayahnya didominasi oleh Iahan kering dan hanya 7.151 ha Iahan sawah. 

Kendati pun wilayah Karangasem didominasi Iahan kering, Karangasem memiliki potensi yang luar biasa di bidang pertanian. Tercatat ada 117.578 ekor sapi Bali, ada 8 juta lebih pohon salak berbagai jenis dengan ikon salak gula pasir, ada 1,2 juta lebih pohon mente dan berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura Iainnya. Di samping itu, Karangasem juga menyimpan potensi agrowisata yang salah satunya ada di Desa Bugbug ini. 

Semua potensi itu belum tergarap secara optimal. Hal ini disebabkan karena beberapa hal di antaranya rendahnya SDM petani ditambah Iagi bahwa sebagian besar petani merupakan penduduk kelompok umur di atas 50 tahun dengan produktivitas yang sudah mulai menunjukkan penurunan. Kurangnya minat generasi muda untuk menggeluti usaha di sector pertanian, karena terkesan kumuh atau kotor serta dianggap kurang menjanjikan dibandingkan dengan bekerja di sektorjasa Iainnya. 

"Berangkat dari permasalahan itu, Pemerintah Kabupaten Karangasem menyelenggarakan Festival Subak Karangasem dengan harapan, Subak yang telah menjadi warisan dunia tetap lestari di Kabupaten Karangasem, Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan teknologi pertanian, Tumbuhnya minat generasi muda di bidang pertanian, Terjadinya transaksi produk-produk hasil pertanian Kabupaten Karangasem, Tumbuhnya ekonomi kreatif yang berbasis pertanian dan juga Tumbuhnya sinergi pertanian dengan pariwisata,"ucap Bupat Bupati

Untuk mewujudkan harapan itu, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, Perlu sinergi antara semua stakeholder. "Karena itu, mari kita satukan Iangkah, satukan hati, Dengan kebersamaan, kerja keras, dan doa kita bersama, semua pasti tercapai. 
“Pertanian Maju, Rakyat Sejahtera”, 
“Saya Bangga Jadi Petani” , Tegas Bupati

Mas Sumatri melanjutkan, Dalam Momentum yang luar biasa ini, saya sampaikan bahwa dalam upaya untuk mewujudkan Program Nawa Satya Dharma yang ke 8, yaitu mewujudkan Pengembangan Pariwisata Spiritual yang Berbasis Desa Adat Saya Launching Sebuah Inovasi yang diberi nama “ DEWI (Desa Wisata) Nawa Satya Karangasem The Spirit of Bali. 

lnovasi Dewi Nawa Satya Karangasem The Spirit of Bali dimaksudkan sebagai sebuah akselerasi atau percepatan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan yang ada pada 14 OPD kedalam Desa Wisata Nawa Satya. Dewi Nawa Satya Karangasem The Spirit of Bali juga dimaknai sebagai Pengembangan destinasi baru yang memiliki ciri khusus yaitu Desa wisata yang berbasis Desa adat dengan 9 komitmen yaitu “sapta pesona ditambah spiritual dan berkelanjutan”. 

Sebagai langkah awal telah dilakukan Penandatanganan Piagam Komitmen Dewi Nawa Satya Karangasem The Spirit of Bali oleh 14 Kepala OPD. Untuk itu dalam kesempatan ini pula saya mengucapkan terimakasih dan  apresiasi pada semua pihak dan jajaran yang sudah melahirkan inovasi ini [r3/rls]

Rabu, 29 Agustus 2018

Penutupan Bali Mandara Mahalango 5

Denpasar,balikini.Net - Pentas yang berlangsung selama 38 hari lamanya telah menjadi saksi bahwa seniman Bali selalu memiliki tempat di hati masyarakat. Meski sang penggagas telah berpamit, namun kesenian khas Bali tak akan pernah pamit mengisi pulau dewata.

Meski gubernur Bali, I Made Mangku Pastika memasuki masa purna bakti namun gagasannya dalam memajukan seni dan budaya Bali senantiasa dinanti masyarakat dan seniman Bali. Hal itupun turut disadari oleh I Ketut Gede Rudita. Sebagai seorang seniman Bali, Rudita pun sangat mengapresiasi adanya Bali Mandara Mahalango. “Selalu memberikan wadah untuk berkreativitas adalah yang selalu saya apresiasi dari Bali Mandara Mahalango,” terang Rudita. Rudita yang lebih dikenal sebagai salah satu anggota grup bondres Celekontong Mas dengan nama panggung Sokir ini pun kali ini turut menyemarakkan penutupan Bali Mandara Mahalango yang berlangsung di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya, Denpasar (28/8). 

Rudita pun tak sendiri, grup bondres Celekontong Mas pun berkolaborasi dengan Sanggar Paripurna Gianyar yang dipimpin oleh dalang kenamaan Bali I Made Sidia. Membawakan Pementasan Sendratari Kolosal bertajuk Parikesit Cakraningrat, ternyata turut menggandeng beberapa warga Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk tampil pula di dalamnya. Salah satunya Ni Wayan Suratni. Turut tampil dalam garapan kolosal ini, dosen ISI Denpasar ini pun merasa bahagia. “Rasanya senang bisa ikut berpartisipasi, semoga Bali Mandara Mahalango bisa terus berlanjut dan lebih kreatif,” harap Suratni. Tak hanya sebuah sendratari kolosal, sebuah apresiasi bertajuk Penghargaan Bali Mandara Parama Nugraha Tahun 2018 pun turut menjadi sebuah hal yang spesial bagi para seniman Bali. Penerima penghargaan itu salah satunya yakni I Made Sidia yang dikenal dengan inovasinya dalam dunia pewayangan, salah satunya yakni Wayang Listrik. 

Menurut Sidia ia mengaku bangga dan bersyukur kepada Tuhan telah dipercaya untuk tampil di Mahalango. “Pertunjukan yang kami tampilkan ialah Sendratari Parikesit Cakraningrat. Latar belakang digarapnya pertunjukan ini karena kebetulan sekarang masa akhir jabatan dari gubernur sehingga akan ada pemimpin baru nanti secara estafet. Nah, Parikesit ini juga salah satu regenerasi pemimpin di Kerajaan Astina,” terang Sidia. Untuk pementasan ini Sidia melibatkan 200 penari dan penabuh, kalau termasuk properti sampai 250 orang dari sanggar Paripurna.
Paduan suara nan merdu pun turut dipersembahkan anak-anak paduan suara dari  SMA dan SMK Bali Mandara. Salah satu penampil yakni Luh Putu Ade Eka Suryadarma Putri mengaku penampilannya bersama rekan-rekan SMK dan SMA Bali Mandara terasa agak berbeda. “Tahun lalu sempat tampil juga tapi rasanya biasa saja, sekarang terasa agak berbeda karena harus berpisah dengan pak gubernur,” ungkap Ade Eka haru. Sebuah lagu bertajuk “Pamit” yang digemari Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menjadi kejutan spesial dari anak-anak SMK dan SMA Bali Mandara. 
Gong Suling

Sementara sore harinya sebelum penutupan berlangsung pementasan Gong Suling yang menampilkan  Sanggar Bambu Swara dari desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Mereka menampilkan kreasi gong suling dengan judul ‘Gesing’ karya  I Wayan Adi Darmawan, Rare Angon digarap I Made Mahotama Warmauta dkk, tabuh dan tari kontemporer ‘Rwa Bhineda’ dan ‘Litle Krisna’ karya  I Wayan Adi Darmawan dan  Wayan Gede Bimantara. Ada juga tabuh Gong Suling klasik ‘Tiying Gading’. “Niki yang jelas pasti kebangkitan, karena apa karena gong suling itu kan populernya tahun 1952 hingga tahun 60-an,” tutur pengamat seni, I Made Bandem. Menurut Bandem, dengan membangkitkan gong suling ini adalah salah satu usaha yang bagus untuk anak anak muda. Itu tidak mudah dimainkan oleh anak anak. “Asal mereka punya teknik yang bagus saya rasa ini salah satu kebangkitan dan diteruskan kepada kelompok kelompok atau komunitas yang lain lagi,” harap Bandem.

Sementara itu pengamat seni lainnya yang juga curator Bali Mandara Mahalango 5, I Komang Astita mengatakan gong suling merupakan perkembangan dari gong kebyar. Jadi dari segi repertoar mengambil  dari gong kebyar tapi medianya suling. Jadi dulu memang selain suling itu untuk gambuh, arja, lalu ada yang mengembangkan secara masal mengikuti alunan gong kebyar. Jadi di sana ada bagian bagiannya ada  pukulan jegogan, suara jegogan, ada juga seperti pemimpin di gong kebyar ada ugal. “Setahu saya gamelan gong suling yang terkenal dari Sempidi, polanya sih sama mengikuti pola dang ending gong kebyar. Cuma karena media keseluruhannya bambu jadi instrumennya menjadi khas,” pungkas Astita (*).

Minggu, 26 Agustus 2018

Sapi, Adalah Perwujudan Ajaran Ahimsa di Dalam Hindu Dharma.

Denpasar,Balikini.Net - Perlindungan terhadap hewan, terutama sapi, adalah perwujudan ajaran Ahimsa di dalam Hindu Dharma. Pustaka suci Hindu mengajarkan prinsip “Ahimsa Paramo Dharmah”: Ahimsa adalah Dharma yang tertinggi.

Karenanya penyembelihan sapi untuk alasan apapun, termasuk di dalam ritus-upacara maupun untuk dikonsumsi, sangat bertentangan dengan nilai-nilai Dharma. 
Bagi seorang Hindu sapi adalah ibu, dan wahana Shiva yang merupakan Istha dari sebagian besar krama Hindu Dharma di Bali.

Pelanggaran terhadap nilai-nilai ini, yaitu berupa penyumbangan sapi untuk disembelih adalah tradisi yang buruk, Adharma, dan melanggar prinsip-prinsip di atas.
Tindakan atau karma seperti ini mendatangkan phala yang buruk, memperkuat ilusi yang membuat manusia semakin sulit lepas dari duka derita samsara.

Untuk itu seluruh krama Hindu Dharma pantang menyembelih sapi dengan dalih apapun, baik itu yang secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penghormatan kepada umat beragama lain dapat dilakukan dengan cara-cara yang selaras dengan Dharma, bukan dengan cara menyumbangkan sapi.[rls/r3]

Mengikat Rakhi

Denpasar,Balikini.Net - Raksha Bandhan yang diselenggarakan oleh Brahma Kumaris Denpasar pada minggu 19 /8/2018, di  denpasar  dihadiri oleh para Sulinggih, Consul General India, perwakilan dari berbagai instansi pemerintah dan para tokoh masyarakat .

Dalam acara ini, Didi Janaki memaparkan tentang arti dari Raksha Bandhan yang bermakna mengikat diri kita dengan ikatan ilahi sehingga kita berada dalam swaka atau perlindungan Tuhan. Untuk benar-benar merasakan perlindungan Tuhan dalam hidup kita, kita perlu  introspeksi diri untuk melihat apakah dalam diri kita ada sifat keilahian ataukah masih banyak ada sifat buruk atau negatif yang masih perlu kita ubah. Misalnya kita bisa tanggalkan  amarah dan menggantikannya dengan kesabaran, kita melepaskan sifat sensitif dan menggantinya dengan sifat fleksibel. Dengan adanya komitmen seperti ini dalam diri kita, maka kita bisa menjadi manusia yang lebih baik.

Acara sangat istimewa bukan saja karena dihadiri oleh ratusan masyarakat Bali, tetapi juga karena kehadiran seorang yogini yang sangat spesial. Beliau adalah Didi Santosh dari Russia, seorang  Raja Yogini yang sudah menekuni yoga selama puluhan tahun dan kini bertugas melakukan pelayan di Russia. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan kata-kata bijak yang sangat menyentuh dan menginspirasi. Beliau memberikan sebuah contoh tentang balon gas yang dapat terbang. Balon gas itu terbang bukan karena warna luar dari balon, tetapi karena gas yang ada didalam balon. Artinya diri kita yang sejati bukanlah diri kita yang tampak secara external, melainkan diri kita yang internal. Yang dimaksudkan dengan diri kita yang didalam bukanlah mengenai organ-organ fisik dari badan ini, tetapi ini mengenai mental atau pikiran kita. Untuk merasakan diri kita yang sejati, Didi Santosh memberi hadiah cermin khusus yang tidak bisa dibeli di pasar manapun di seluruh dunia. Cermin itu bernama cermin spiritual, cermin pengetahuan. Cermin ini adalah cermin untuk melihat 5 jenis pikiran yang umumnya kita miliki, diantaranya adalah :

1.Pikiran negatif yaitu semua jenis pikiran yang membuat kita kehilangan kedamaian dan kebahagian. Yang termasuk  pikiran negatif adalah pikiran-pikiran tentang kebencian, iri hati, dendam, marah dll. Pikiran negatif ini akan berdampak pada perasaan sedih, murung dan meratap. 
2. Pikiran sia-sia adalah semua jenis pikiran tentang sesuatu hal yang belum terjadi atau yang telah terjadi dimasa lampau tetapi pikiran itu terus kita ulang –ulang  pada saat ini. Tanda bahwa kita memiliki pikiran sia-sia adalah kita menjadi sangat berat dan kaku sehingga kita merasa susah untuk memahami sesuatu hal yang ada dihadapan kita masa kini.
3 Pikiran biasa adalah pikiran tetang hal-hal biasa yang ada disekeliling kita. Biasa artinya tidak bermakna. Ciri-ciri yang tampak diwajah karena adanya pikiran biasa-biasa adalah wajah kita terlihat hampa, kosong dan kepribadian kita juga tampak sangat biasa.
4. Pikiran perlu yaitu pikiran tentang keperluan badan, pekerjaan, rumah tangga dll. Pikiran perlu disertai dengan satu perbuatan. Jika kita memiliki terlalu banyak pikiran  tentang satu perbuatan, maka pikiran itu membuat kita lelah, karena setiap satu pikiran adalah energi. 
5.Pikiran positif atau mulia adalah pikiran yang berdasarkan atas kedamaian, kesucian, kerjasama, cinta kasih dll,  yang cocok dengan sifat kwalitas sejati dari kita sang jiwa. Tanda-tanda yang tampak  jika ada pikiran mulia adalah  senyuman alami diwajah, ada cahaya dalam mata dan wajah  yang mempesona.

Inilah cermin ajaib, cermin pengetahuan yang bisa kita gunakan sepanjang hari untuk melihat dan mengecek diri kita, sehingga menjadi insan yang lebih baik dan mulia.
Acara ini diakhiri dengan pengikatan gelang rakhi kepada para hadirin sebagai simbol ikatan cinta kasih dan perlindungan dari Tuhan. Dengan selalu menjaga hati kita tetap bersih, berpikir suci dan selalu berusaha melihat dan mengapresiasi keistimewaan orang lain, maka secara otomatis kita menjadi insan yang istimewa. [rls/r3]

Kamis, 23 Agustus 2018

Lomba Jungkung Awalai Sanur Village Festival 2018

Denpasar,Balikini.Net —Boost Sanur Village Festival 2018 mulai menggebrak di hari pertama, Rabu (22/8/2018), dengan menghadirkan jukung race hingga penampilan musisi Indra Lesmana dengan grup baru yang mengguncang panggung utama.

Jukung race atau balap perahu tradisional mengawali rangkaian Boost SVF yang digelar 22-26 Agustus 2018. Meskipun para nelayan sempat kesulitan melajukan jukung karena angin tidak bertiup kencang, tak menyurutkan antusiasme agenda tahunan yang dipusatka di Pantaia Matahari Terbit itu. 

Ketua Umum Boost SVF IB Gede Sidharta Putra mengatakan balap jukung merupakan kegiatan yang melegenda bagi warga Sanur dan sudah dilakukan jauh sebelum dimulainya festival tahunan ini sejak 2006 silam. Balap jukung kini menjadi bagian dari SVF dan dikembangkan agar tetap lestari serta menjadi atraksi wisata yang menarik.

Kata Gusde –sapaan akrab Sidharta Putra– keterlibatan perahu tradisional ini juga sebagai bentuk konservasi warisan para pendahulu yang telah menjadi salah satu ikon daerah ini yang dikelola di bawah naungan Yayasan Pembangunan Sanur (YPS). 

"Kami melakukan konservasi sebagai konsistensi kami untuk memberi perhatian kepada keberadaan jukung tradisional di Sanur. Karena jukung juga sebagai ikon pariwisata di Pantai Sanur," ungkapnya. 

Lomba kali melibatkan 50 peserta dari 5 kelompok peserta. Masing-masing kelompok dicari 5 terbaik untuk beradu di final. "Sekarang yang ke final jadinya 25 peserta, mereka harus melintasi jarak sekitar 8 kilometer dengan start dan finish di Pantai Segara Ayu," imbuhnya. 

Gusde yang juga Ketua PHRI Denpasar dan Ketua BPPD Denpasar mengatakan selain jukung race juga ada kegiatan workshop, dan berbagai aktivitas lain, termasuk aneka hiburan di panggung utama yang selalu dinantikan pengunjung.

Sejak sore, panggung utama diisi berbagai hiburan di antaranya Balaram Ethnic Fussion, Cisjis Dancesport Sanur, Sangaji Musik Indonesia, Ratrocker, Gambleer, peragaan busana, dan garapan sendratari dari Sanur. Selain itu juga ada penampilan Keva Amir, salah seorang peserta yang kini sedang mengkuti kompetisi The Voice Kids Indonesia Seasons 3 di salah satu stasiun televisi nasional.

Yang paling mengguncang adalah Indra Lesmana Project (ILP), sebuah kelompok baru bergenre musik metal progresif  yang digagas musisi jazz Indra Lesmana.  Kata dia, terbentuknya ILP terinspirasi dari erupsi Gunung Agung 2017 lalu, sedangkan SVF yang mengusung tema Mandala Giri juga merupakan upaya untuk memusatkan kembali perhatian khalayak kepada Gunung Agung yang menjadi pusat spiritual di Bali.

“Mari kita jadikan erupsi Gunung Agung menjadi energi kreatif yang membuat kita bersatu, saling bergotong royong, dan menjaga kelestarian Gunung Agung yang menjadi pusat spiritual di Bali,” kata Indra.

Kendati berbagai acara telah dimuai, seremonial pembukaan Boost SVF akan dilakukan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kamis (23/8/2018) malam. Pada hari kedua sederetan aktivitas telah disiapkan di antaranya pelepasan tukik, melukis on the spot, fashion show endek, serta penampilan Gus Teja dan penyanyi Andien. [rls/r4]
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved