-->

Minggu, 10 Agustus 2025

Upacara Baligia Puri Agung Karangasem Pecahkan Rekor MURI, Dihadiri 45 Sulinggih


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih

KARANGASEM, Bali Kini – Rangkaian Upacara Karya Baligia Utamaning Utama, Puri Agung Karangasem menggelar kembali prosesi  Metirta Yatra sekaligus Rsi Yadnya, pada Sabtu, (9/8/2025). Upacara Tirta Yatra dan Rsi Yadnya yang dilaksanakan di Taman Tirtagangga ini digadang-gadang menjadi upacara Tirta Yatra terbesar di Bali karena dipuput oleh sulinggih terbanyak. Momen ini pun mengantarkan upacara Baligia yang digelar oleh keluarga kerajaan ini tercatat dalam rekor MURI Indonesia. 

Terdapat 45 sulinggih dari berbagai daerah hadir memimpin puja dalam upacara ini. Jumlah tersebut memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai upacara Atma Wedana Karya Baligia Utamaning Utama dengan Puja yang dihantarkan oleh sulinggih terbanyak. Sertifikat MURI ditandatangani langsung oleh Ketua Umum MURI, Prof. Dr. (H.P) KP Jaya Suprana.

Prawartaka Karya, A.A. Made Kosalia, mengungkapkan bahwa awalnya direncanakan 54 sulinggih akan memuput upacara. Namun, karena ada beberapa yang berhalangan hadir, maka hanya 45 sulinggih saja yang dapat hadir. Meski begitu, prosesi tetap berlangsung khidmat dan menjadi momen bersejarah bagi keluarga besar Puri Agung Karangasem.

“Dari awal, kami mengadakan upacara untuk semeton angga Puri yang telah meninggal dan di-pelebon. Tanggal 8 kemarin kami sudah melinggihang Ida di merajan, dari Dewa Pitara menjadi Dewa Pratista. Beliau yang kami upacarakan ini sudah menyatukan antara lanang dan istri yang telah meninggal menjadi Betara di Rong Tiga di masing-masing merajan keluarga,” jelas Kosalia.

"Tercatat di MURI karena ini merupakan upacara skala terbesar yang dipuput oleh 45 pedanda (sulinggih) dan merupakan pertama kalinya kita laksanakan di Bali. Pencatatan dalam rekor MURI ini tentu menjadi sebuah kenangan yang abadi pada angga Puri Agung Karangasem dalam rangka mensucikan keluarga-keluarga kami yang telah meninggal," Tambah Kosalia. 

Upacara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, seperti Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Pusat, Penglingsir Desa Kerta Mengwi, dan Penglingsir Puri Klungkung. Tirta Yatra kali ini digelar secara besar-besaran. Simbol penyucian keluarga besar Puri sekaligus warisan budaya yang diabadikan dalam catatan sejarah MURI.

Kamis, 07 Agustus 2025

Kontingen Budaya Kota Denpasar Suguhkan Penampilan Tarian Janger di Karnaval Budaya Nusantara Rakernas ke-XI JKPI

 


Ket foto :

Kontingen Budaya Kota Denpasar berfoto bersama dengan Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dan Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, usai menyuguhkan penampilan Tarian Janger pada gelaran Karnaval Budaya Nusantara, serangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Tahun 2025, yang digelar di sepanjang kawasan Jalan Malioboro, Rabu (6/8) malam. 

Laporan Reporter : Agus 

Yogyakarta, Bali Kini - Kontingen Budaya Kota Denpasar menyuguhkan penampilan Tarian Janger pada gelaran Karnaval Budaya Nusantara, serangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Tahun 2025, yang digelar di sepanjang kawasan Jalan Malioboro, Rabu (6/8) malam. 

Penampilan para duta Budaya Kota Denpasar yang juga membawakan tarian Kecak, dan Baris Tanda itu, sukses mengundang tepuk tangan penonton yang telah memadati kawasan tersebut sejak sore hari. 

Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa didampingi Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa juga tampak berada di tengah ribuan masyarakat untuk ikut menyaksikan performa para penari secara total berjumlah 26 orang tersebut.

Ditemui di sela kegiatan berlangsung, Wawali Arya Wibawa menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasihnya kepada seluruh duta budaya Kota Denpasar yang telah memberikan penampilan terbaiknya malam itu. 

Keikutsertaan Pemerintah Kota Denpasar pada pelaksanaan Karnaval Budaya Rakernas ke-XI JKPI ini, kata Wawali Arya Wibawa merupakan realisasi dari semangat untuk ikut serta merajut keberagaman budaya dari seluruh daerah Nusantara, dan juga sebagai modal untuk melanjutkan pembangunan di Indonesia.

“Saya kira ini hal positif, karena daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kota Denpasar dapat saling bertukar dan berbagi wawasan serta potensi masing-masing,“ ujarnya. 

Sebagai sebuah wilayah yang memiliki penduduk heterogen, Kota Denpasar sendiri, sebut Arya Wibawa, adalah kot yang memiliki misi untuk memajukan seni budaya dan kreativitas, dengan tetap mempertahankan eksistensinya terhadap warisan budaya tradisi yang sudah ada terdahulu. 

"Karnaval ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan potensi budaya kota Denpasar kepada masyarakat Nusantara, sehingga dapat meningkatkan potensi dan kunjungan wisata di Denpasar,” kata Arya Wibawa lagi. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara didampingi Kepala Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman, Ni Wayan Sriwitari, pada kesempatan yang sama menyampaikan, pihaknya pada Rakernas JKPI tahun ini, sengaja menampilkan Tarian Janger, sebuah tarian yang sudah ada sejak tahun 1930 dan, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). 

"Tarian ini biasanya bersifat hiburan dan adapula yang bersifat sebagai rangkaian dalam upacara yadnya dengan ciri khasnya yakni menari serta bernyanyi yang dibawakan oleh muda-mudi. Melalui spirit Vasudhaiva Kutumbhakam, kami ingin menularkan semangat kebersamaan pada masyarakat dalam upaya menjaga warisan budaya Kota Denpasar," ungkapnya.

Sebagai informasi, seluruh rangkaian Rakernas ke-XI JKPI tahun 2025 ini, berlangsung dari tanggal 5-9 Agustus. Saat dikonfirmasi, Direktur Eksekutif JKPI Nanang Asfarinal menyampaikan, setidaknya terdapat 59 pemerintah daerah hadir pada rangkaian kegiatan Rakernas ini.

Lebih jauh Nanang Asfarinal mengemukakan, JKPI yang telah berdiri sejak tahun 2018 lalu itu, hingga saat ini telah memiliki anggota sebanyak 75 kota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hal ini menurutnya, dapat menjadi modal dasar untuk menguatkan langkah bagi pemerintah kota untuk memaknai dan melestarikan warisan peninggalan budaya sehingga mendapatkan kontribusi positif.

"Melalui Rakernas ini, saya mengajak seluruh kepala daerah, mari kita saling bersinergi dan menyumbangkan ide gagasan, agar upaya pelestarian warisan budaya ini bisa optimal, bahkan warisan budaya bisa menjadi penggerak ekonomi," katanya. 

Minggu, 03 Agustus 2025

Senin, 4 Agustus 2025, Prosesi Pelebon Ibunda Walikota Jaya Negara Digelar,

 


Ket foto : Suasana persiapan jelang Puncak Upacara Pelebon Ni Jero Samiarsa, Ibunda Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara di Kawasan Jero Gede Penatih, pada Minggu (3/8).
 


Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini - Puncak Karya Pelebon Ni Jero Samiarsa, Ibunda Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara akan digelar sesuai dengan adat dan dresta setempat pada Senin (4/8). Berbagai persiapan pun tampak terus dilaksanakan menyongsong puncak upacara yang akan digelar di Setra Desa Peninjoan, Jalan Padma. 

Di kawasan Jero Gede Penatih, berbagai piranti upakara turut disiapkan. Selain banten, juga tampak Bade Batur Sari, Petulangan Lembu Istri Hitam, Ogoh-Ogoh Cupak, serta piranti lainya yang akan digunakan untuk Puncak Karya Pelebon. 

Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat dikonfirmasi Minggu (3/4) mengatakan bahwa segala persiapan terus dioptimalkan menjelang Puncak Karya. Dimana, persiapan ini dilaksanakan secara bergotong royong bersama seluruh elemen masyarakat, baik warga Banjar Saba, Braya, Semeton hingga pengayah-pengayah yang secara sukarela hadir. 

"Pertama harapan kami upakara ibunda kami ini bisa berjalan lancar, dan yang kedua kami mengucapkan terima kasih atas doa dan bantuan semua pihak dalam mensukseskan Upakara ini, terima kasih, dan semoga berjalan lancar," ujar Jaya Negara. 

Pihaknya juga mohon permakluman serta memohon maaf kepada masyarakat yang biasa beraktivitas di kawasan Jalan Padma, Penatih, terlebih puncak acara akan berlangsung pada Hari Senin. Sehingga sudah pasti akan menimbulkan kepadatan serta krodit berlalu lintas. 

"Kami sekeluarga mohon maaf, bilamana dalam prosesi ini mengganggu aktivitas masyarakat, atas permakluman tersebut kami menyampaikan terima kasih," ujarnya. 

Jaya Negara mengenang sosok sang ibu sebagai sosok perempuan tangguh yang membesarkan anak-anaknya setelah sang suami wafat tahun 1986. Untuk menghidupi keluarga, beliau aktif sebagai serati banten, pekerjaan yang ditekuninya selama bertahun-tahun dan turut memberdayakan delapan orang pekerja banten.

"Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan, doa dan ucapan duka cita semua pihak, semoga ibunda kami mendapatkan tempat terbaik, rahayu," ujar Jaya Negara. 

Jero Samiarsa berpulang di usia 90 tahun. Almarhum menikah dengan Gusti Ngurah Gde Sutedja dan memiliki 9 orang anak. Dari 9 anak, tiga di antaranya terjun ke dunia politik dan sukses. IGN Jaya Negara menjadi Wali Kota Denpasar, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menjadi Menteri PPPA Periode Tahun 2019-2024, dan I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya menjadi anggota DPRD Provinsi Bali.

Sementara itu, Kadishub Kota Denpasar, I Ketut Sriawan menambahkan, dalam mendukung kelancaran pelaksanaan Puncak Upakara Pelebon ini, akan dilaksanakan pengalihan arus lalu lintas, utamanya di Kawasan Jalan Padma yang menjadi pusat mobilitas berlangsungnya upakara. Dimana, penutupan Jalan Padma akan dilaksanakan pada Hari Senin (4/8) mulai Pukul 06.00 Wita hingga pelaksanaan upakara usai. Sehingga masyarakat yang biasa melintas diharapkan mencari jalan alternatif. 

"Kami mohon permakluman serta mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, dan kami imbau masyarakat agar mencari jalur alternatif untuk sementara waktu," ujarnya

Kamis, 31 Juli 2025

Jaga Keindahan Wajah Kota, Sat Pol PP Denpasar Kembali Tertibkan Spanduk Kadaluarsa.


 Ket foto : Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Kota Denpasar saat menggelar penertiban dengan menyasar wilayah di sepanjang Jalan Suli, Denpasar, Kamis (31/7).  

Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini - Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Kota Denpasar menggelar penertiban dengan menyasar menyasar wilayah di sepanjang wilayah di sepanjang Jalan Suli, Denpasar, Kamis (31/7).  Dimana, alat praga promosi berupa spanduk kadaluarsa yang terpasang di fasilitas umum turut ditertibkan. Dalam giat tersebut, sebanyak 10 buah sepanduk turut ditertibkan. Hal tersebut dilaksanakan guna menjaga kebersihan serta keindahan wajah kota. 

Kepala Satpol PP Kota Denpasar, Anak Agung Ngurah Bawa Nendra, menjelaskan bahwa penertiban tersebut bertujuan untuk menjaga keindahan dan ketertiban fasilitas umum di wilayah Kota Denpasar. Sehingga suasana wajah kota menjadi lebih rapi dan indah serta tidak mengganggu aktivitas masyarakat. 

“Dalam penertiban kali ini, kami berhasil menertibkan alat praga promosi yang dipasang tidak sesuai dengan tempatnya, dan banyak dijumpai sudah kadaluarsa,” ungkapnya

Bawa Nendra menambahkan, penertiban ini akan terus dilakukan secara berkala untuk memastikan Denpasar tetap menjadi kota yang tertib, aman, dan nyaman bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang ketertiban umum. 

“Kami mengimbau seluruh masyarakat dan pelaku usaha untuk mematuhi aturan terkait pemasangan reklame ataupun alat praga promosi lainya di fasilitas umum demi menjaga keindahan kota,” tegasnya. 

Satpol PP Kota Denpasar berharap dengan adanya penertiban ini, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan, kenyamanan, dan ketertiban di ruang publik.

Selasa, 22 Juli 2025

Wawali Arya Wibawa Ngupasaksi Upakara Ngeratep Pelawatan di Pura Dalem Tegeh Gumi.


Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini - Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri sekaligus ngupasaksi Upakara Ngeratep, Melaspas dan Pasupati Sesuhunan Linggian Pelawatan Ida Ratu Ayu Kalantaka, Kalanjaya dan Ratu Rarung di Pura Dalem Tegeh Gumi, Desa Adat Denpasar bertepatan dengan Anggarakasih Prangbakat, Selasa (22/7). Upakara tersebut dilaskanakan setelah proses perbaikan pelawatan rampung dikerjakan. 

Tampak hadir Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar, AA Putu Gede Wibawa, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka, Bendesa Adat Denpasar, AA Alit Wirekusuma, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, IB Alit Surya Antara, Camat Denpasar Barat, IB Made Purwanasara, serta undangan lainya. 

Klihan Pura Dalem Tegeh Gumi, I Wayan Cika dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa Upakara Ngeratep, Melaspas dan Pasupati Sesuhunan Linggian Pelawatan Ida Ratu Ayu Kalantaka, Kalanjaya dan Ratu Rarung di Pura Dalem Tegeh Gumi dilaksanakan setelah proses ngodakin, atau renovasi tuntas dikerjakan. 

Dikatakan Cika, upakara ini dilaksanakan guna melengkapi seluruh rangkaian prosesi. Dimana, harapannya dapat menjadi bentuk syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dimana seluruh rangkaian upacara dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan. 

"Harapan kami dengan berlangsungnya upacara ini dapat memberikan kesehatan, keselamatan serta kerahayuan kepada seluruh umat," ujarnya. 

Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan bahwa, pelaksanaan Upakara Ngeratep, Melaspas dan Pasupati Sesuhunan Linggian Pelawatan Ida Ratu Ayu Kalantaka, Kalanjaya dan Ratu Rarung di Pura Dalem Tegeh Gumi ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, utamanya krama untuk menjadikan ini sebagai sebuah momentum dalam menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.

"Dengan pelaksanaan upacara ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana," ujar Arya Wibawa. 

Senin, 21 Juli 2025

Baligia Utama Puri Karangasem: Lembu Putih, 104 Puspa, dan Harmoni Lintas Umat Warnai Upacara Sakral


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih

Karangasem, Bali Kini - Puncak Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem berlangsung sakral di kawasan spiritual dan historis Taman Sukasada Ujung, Banjar Ujung, Tumbu, Kabupaten Karangasem, pada Minggu, 20 Juli 2025. Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian panjang upacara Atma Wedana Utama atau Baligia, yang menjadi bentuk bakti kepada leluhur dan upaya pelestarian warisan budaya luhur Bali.

Dalam upacara ini, terdapat 104 puspa/sekah yang disucikan, termasuk 17 puspa dari Puri yang melibatkan nama-nama seperti Pengelingsir Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi. Sekah lainnya berasal dari berbagai daerah, termasuk Karangasem dan Lombok.

Keunikan Karya Baligia Utama ini tak hanya terlihat dari skala dan jumlah peserta, tetapi juga keterlibatan aktif lintas umat. Braya Muslim Karangasem turut berpartisipasi dalam gotong royong kebersihan, pengamanan lingkungan, hingga membuka stand minuman di area Nista Mandala. Mereka menjadi bagian dari keberlangsungan upacara, menunjukkan bahwa keharmonisan umat beragama bukan sekadar toleransi, melainkan bentuk nyata kebersamaan.

Karya ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti para Pengelingsir Puri se-Bali, Tokoh Keraton Nusantara, Pasemetonan Puri dan Angga Brahmana Griya, tokoh adat, tokoh masyarakat, hingga Ida Tjokorda Mengwi XIII. Keikutsertaan mereka menguatkan posisi Baligia sebagai pewaris nilai bakti, kesucian, dan keseimbangan antara sekala dan niskala.

Pengelingsir, Manggala Puri, sekaligus Pengerajeg Karya Baligia, Anak Agung Bagus Parta Wijaya bersama Prawartaka Karya Anak Agung Made Kosalia menegaskan, Baligia adalah momentum menyucikan roh leluhur (atma) agar mencapai Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menjadi Dewa Pitara. Upacara ini dilandaskan pada lontar suci Baligia.

Pelaksanaan Atma Wedana Utama menekankan bahwa tubuh manusia terdiri atas tiga unsur utama, yaitu Stula Sarira (badan kasar), Suksma Sarira (badan halus), dan Antahkarana Sarira (roh). Bila Ngaben menyucikan unsur kasar (Panca Maha Bhuta: Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, dan Akasa), maka Baligia menyucikan unsur halus (Panca Tan Matra: Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, dan Ghanda).

Rangkaian panjang ritual dimulai sejak 22 Desember 2024 dengan pelaksanaan Parum Besar dan Upacara Ngaku Ngagem oleh seluruh Angga Puri dan Ida Pedanda Bhagawanta Sulinggih Siwa–Buda. Dilanjutkan dengan Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan (penyucian dan pembangunan altar suci) pada 14 Maret 2025.

Tahapan berikutnya termasuk Mendak Tirta, Ngajum, Ngulapin, Melaspas Padma, hingga Mapurwa Daksina. Puncak Karya Utama, yakni Utpeti, dilangsungkan pada 20 Juli 2025 sebagai simbol bangkitnya roh suci menuju alam Siwa Loka.

Prosesi diawali dengan Mepandes atau Metatah, yang dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Griya Bungaya dan Ida Pedanda Gede Wayahan Putra Sebali (Lombok), dibantu oleh empat sangging yaitu Ida Bagus Gede Diksa. Setelah itu, dilaksanakan Ngajum Betara Lingga Griya Sidemen oleh perwakilan Angga Puri, dengan Pemuput Karya Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen. Betara Lingga Griya Sidemen mependak di Pertigaan Tumbu sebelum upacara dilanjutkan.

Selesai Melaspas Padma atau Bukur, prosesi Mapurwa Daksina berlangsung. Seluruh sarana upakara mengitari Bale Piyadnyan sebanyak tiga kali, dipimpin Lembu Putih di depan, diikuti Puspa Sangge, Puspa Lingga, Puspa Angga Puri dan sekah pengiring. Prosesi Napak Titi Mamah Kebo pun dilaksanakan, diikuti oleh peserta metatah, menek kelih, dan mekupak.

Puncak Karya/Utpeti meliputi beberapa tahapan penting seperti Natak Tiis Ngayab, Mesolsolan, serta Mejaya-jaya untuk peserta Metatah, Menek Kelih, dan Mekupak. Upacara ini dipimpin oleh tujuh sulinggih, yaitu Ida Pedanda Ketut Pidada dari Griya Belong, Ida Pedanda Istri Ngurah dari Griya Sudi Katon, Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen, Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Griya Bungaya, Ida Pedanda Nyoman Karang Manuaba dari Griya Kecicang, Ida Pedanda Gede Putra Lusuh dari Griya Suci Celit Selat, serta Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana dari Griya Jelantik Karang Budakeling.

Sementara itu, pelaksanaan upacara Memutru Saji dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Meranggi dari Griya Pendem. Sedangkan Memutru Adi Parwa dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Pidada Punia dari Griya Pidada Karangasem. “Warisan terbesar kepada anak cucu bukanlah uang atau kekayaan materi, tetapi adat dan budaya dari leluhur yang harus dilestarikan,” tutup Pengerajeg Karya Baligia, Anak Agung Bagus Parta Wijaya

Resi Bojana Baligia: Wujud Terima Kasih dan Harmoni Spiritual di Puri Agung Karangasem


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih

Karangasem, Bali Kini – Rangkaian Upacara Baligia Utama di Puri Agung Karangasem pada Senin (21/7/2025) dilanjutkan dengan digelarnya Resi Bojana, sebuah upacara persembahan sebagai ungkapan terima kasih kepada Ide Pedande Sulinggih Siwa-Buda, baik lanang maupun istri, yang telah menjadi pemuput upacara. 100 sulinggih lanang dan istri yang telah memuput acara hadir dalam momen sakral ini.

Resi Bojana tak hanya menjadi bentuk penghormatan kepada para sulinggih, tetapi juga menandai berakhirnya rangkaian upacara Baligia secara harmonis dan penuh rasa syukur. Kehadiran para sulinggih suci dimaknai sebagai simbol kesucian dan keseimbangan spiritual.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula para undangan, terdiri dari Tokoh masyarakat, Kerabat keluarga Besar Puri dari seluruh Bali hingga raja Nusantara, berbagai tokoh penting lainnya seperti  budayawan, tokoh etnis, tokoh politik, tokoh pariwisata, hingga tokoh nasional lainnya. Kehadiran mereka membangkitkan kembali suasana mewah khas kerajaan dalam balutan nuansa spiritual dan adat Bali yang kuat.

Beberapa tokoh yang turut hadir di antaranya: Ni Luh Djelantik, aktivis yang tengah naik daun, I Ketut Putra Ismaya Jaya, tokoh politik Bali, Ibu Ayu Heni Losan, istri dari Menteri BUMN Erick Thohir. KGPAA Mangkunegoro X, pemimpin Mangkunegaran. Paduka YM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong selaku Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke-23 Kepaksian Pernong Lampung, yang juga dalam kesempatan tersebut menyampaikan pidatonya.

Tak hanya para tokoh nasional dan adat, pejabat tinggi negara juga tampak menghadiri acara ini.

Sementara itu, pengusaha Kaori Wini yang hadir menjadi undangan, menyoroti pentingnya pelestarian makna dari upacara Baligia. Ia menyebut bahwa generasi muda harus mengetahui dan memahami nilai-nilai yang tersirat dalam upacara ini, bukan hanya melihat sisi kemewahan atau keramaian semata. “Baligia adalah tatanan sakral. Pertanyaannya: apakah dari tahun ke tahun ada peran aktif dari masyarakat dan desa adat? Ini yang harus dijaga agar warisan ini tetap hidup,” ujarnya.

Upacara Baligia tidak hanya menjadi ritual adat, tapi juga momentum spiritual dan budaya yang mempersatukan seluruh elemen masyarakat Bali dan Nusantara, sekaligus menjadi refleksi akan pentingnya menjaga warisan leluhur secara bermakna.

Minggu, 20 Juli 2025

Bupati Satria Hadiri Acara Penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025


Laporan Reporter : Tim Lpt bDenpasar 

Bali Kini - Bupati Klungkung I Made Satria bersama Ny. Eva Satria didampingi Wakil Bupati Klungkung Tjokorda Gde Surya Putra bersama Ny. Kusuma Surya menghadiri Acara Penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025 sekaligus Pembukaan Festival Seni Bali Jani ke-7 Tahun 2025 bertempat di panggung terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar, Sabtu (19/7). 

Dalam pelaksanaan Acara Penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025 diisi dengan Penyerahan Penghargaan Pemenang Wimbakara (Lomba) Juara II, III dan Harapan Pesta Kesenian Bali XLVII Tahun 2025 dan penyerahan Penghargaan Pemenang Wimbakara (Lomba) Juara I, Penyerahan Adhi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni) dan Peluncuran Tema PKB XLVIII Tahun 2026 yakni "Atma Kerthi Jiwa Sidha Parisudha" Memuliakan Jiwa Paripurna. 

Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025 resmi ditutup Gubernur Bali I Wayan Koster yang sekaligus membuka Festival Seni Bali Jani ke-7 Tahun 2025 secara simbolis dengan memutar Padma Asta Dala. Dalam rangka memeriahkan Pembukaan Festival Bali Jani ke-7 Tahun 2025 diselenggarakan pagelaran seni "Maya Kala Tekno" hasil Kolaborasi Sanggar Kokar Bali.  

Adapun Seniman asal Kabupaten Klungkung yang memperoleh penghargaan yakni, Sanggar Kayonan dari Klungkung Raih Juara 1 Lomba Bapang Barong Ket PKB XLVII, I Komang Sukarya S.Sn (Seniman Kerawitan) mendapatkan Penghargaan Adhi Sewaka Nugraha. Dan Sanggar Seni Tirta Puja Kabupaten Klungkung memperoleh Sertifikat Standarisasi dan Sertifikat Lembaga Seni tahun 2025.  

Bupati Klungkung I Made Satria menyatakan apresiasi atas prestasi /penghargaan yang sudah diperoleh oleh seniman asal Klungkung. 

"Semoga melalui prestasi/penghargaan ini dapat menjadi inspirasi bagi para seniman muda untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri serta mampu melestarikan seni di Kabupaten Klungkung," ujar Bupati Satria. 

Turut hadir pada acara tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra, dan Asisten Administrasi Umum Pemkab Klungkung Dewa Gde Darmawan serta undangan terkait. 

Bupati Klungkung Hadiri Puncak Upacara Ngaben Massal di Desa Adat Batukandik


 Laporan Reporter : Dearna / Tim Lpt 

Klungkung , Bali Kini - Bupati Klungkung I Made Satria menghadiri puncak karya Ngaben Massal yang dilaksanakan oleh Desa Adat Batukandik, Kecamatan Nusa Penida, pada Minggu (20/7).

Setibanya di lokasi, Bupati disambut oleh panitia upacara, I Putu Asta Sumara, bersama para tokoh adat dan masyarakat setempat.

Ngaben Massal kali ini melibatkan sebanyak 75 sawe dan 78 ngelungah, dalam prosesi yang dilaksanakan serentak oleh krama dari enam banjar adat: Banjar Buluh, Balalu, Bingin, Bangun Urip, Batukandik, dan Sukun. Upacara ini dipuput oleh Ida Pandita Mpu Soma B. M. dari Griya Bungamekar.


Bupati Klungkung menyampaikan apresiasi atas semangat gotong royong warga serta peran aktif Desa Adat dalam menyelenggarakan upacara besar secara massal.

“Ngaben ini tidak hanya sebagai sarana penyucian roh leluhur, tetapi juga menjadi momen mempererat solidaritas masyarakat adat di tengah arus modernisasi,” ujar Bupati Satria.

Banyubiru Festival Gelar Lomba Ogoh-Ogoh Mini, Tapel dan Sketsa Ogoh-Ogoh


Laporan Reporter : Ajb /Tim Lpt 

Jembrana , Bali Kini  -  Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat) membuka secara resmi lomba ogoh-ogoh mini, tapel dan sketsa ogoh-ogoh dalam acara Banyubiru Festival 2025 bertempat di Balai Banjar Banyubiru, Desa Banyubiru , Sabtu (19/7).

Digagas oleh Sekaa Truna Truni (STT) Kembang Sari, Banyubiru Festival 2025 diisi dengan berbagai perlombaan menarik. Kegiatan dimulai dengan Lomba Layang-Layang Tradisional yang telah berlangsung pada 6 Juli lalu, dilanjutkan dengan lomba ogoh-ogoh mini, lomba tapel, dan lomba sketsa ogoh-ogoh

Dalam sambutanya Wabup Ipat mengapresiasi atas terselenggaranya Banyubiru Festival oleh STT Kembang Sari, yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan seni dan budaya di Jembrana. 

"Kita tentu merasa bangga melihat semangat dan kreativitas anak-anak muda Jembrana yang terus terlibat aktif dalam pelestarian budaya warisan leluhur," ucapnya.

Lomba ogoh-ogoh mini, tapel, dan sketsa ogoh-ogoh menurutnya menjadi wadah bagi para peserta untuk mengekspresikan ide dan kreativitas melalui karya seni dalam bentuk miniatur, tapel (topeng), maupun sketsa. Kegiatan ini mendorong keterlibatan aktif generasi muda dalam pelestarian budaya sekaligus mengembangkan potensi artistik.

"Kegiatan ini menjadi wadah ekspresi imajinasi dan kreativitas generasi muda dalam upaya pelestarian seni budaya Bali, sekaligus menepis stigma negatif melalui keterlibatan dalam aktivitas yang bernilai positif," ungkap Wabup Ipat.

Ia berharap Banyubiru Festival dapat terus dilaksanakan setiap tahun sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya, dengan kemeriahan dan antusiasme yang semakin meningkat.

"Saya berharap acara seperti ini bisa terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya dan hasil daripada miniatur maupun sketsa ogoh ogoh ini nantinya dapat direalisasikan menjadi wujud ogoh ogoh nantinya," harapnya.

Sementara itu, Ketua Panitia I Kadek Dwi Mahendra Putra mengatakan peserta yang mengikuti perlombaan tersebut berjumblah 34 peserta.

"peserta lomba Ogoh-ogoh Mini diikuti oleh 8 peserta, lomba Tapel diikuti oleh 15 peserta, dan lomba Sketsa Ogoh-ogoh diikuti oleh 11 peserta," tandasnya.

Festival Jatiluwih VI 2025, Bupati Sanjaya Tegaskan Perpaduan Budaya, Alam dan Semangat Kebersamaan


Laporan Reporter : Derana / Tim Lpt  

Tabanan , Bali Kini  – Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama Istri selaku Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, secara resmi membuka Festival Jatiluwih ke-VI tahun 2025 yang berlangsung meriah di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Sabtu (19/7). Didampingi Wakil Bupati Tabanan beserta Istri, jajaran Forkopimda, anggota DPRD Tabanan, Sekda beserta jajaran, kehadiran Bupati Sanjaya disambut hangat oleh ratusan masyarakat yang memadati area festival.

Event tahunan tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Pariwisata RI, yang diwakili oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata RI, Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan dan Kerjasama Multilateral, Perwakilan Gubernur Bali, undangan terkait lainnya, Perbekel, Bendesa Adat dan juga tokoh masyarakat setempat. Bupati Sanjaya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap penyelenggaraan event tahunan tersebut. 

Menurutnya, Festival Jatiluwih bukan sekadar perayaan budaya, tetapi sebuah bentuk nyata promosi potensi lokal yang mengangkat tradisi, budaya, dan kuliner khas Desa Jatiluwih. Ia menegaskan pentingnya menjaga eksistensi Jatiluwih sebagai destinasi unggulan berbasis alam dan budaya. Jatiluwih telah dikenal luas di dunia sebagai destinasi dengan pemandangan alam pegunungan yang asri, keunikan sawah berundak, serta sistem irigasi tradisional Subak yang luar biasa. 

Bahkan, Subak Jatiluwih telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 6 Juli 2012. Di penghujung 2024, desa ini juga berhasil meraih tiga penghargaan prestisius: Best Tourism Village dari UNWTO, sertifikat desa wisata berkelanjutan dari Kemenparekraf RI, serta penghargaan desa wisata digital friendly dari ajang Dewiku. Ia mendorong agar Jatiluwih tetap aktif dipromosikan melalui media sosial dan kegiatan festival, guna menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Festival kali ini mengusung tema “Growth with Nature” atau “Tumbuh Bersama Alam”, yang menurut Bupati Sanjaya sangat sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana, menjaga harmoni antara manusia dan alam. “Tema ini pada dasarnya juga dapat dimaknai sebagai sebuah upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan visi kita yaitu, Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani (AUM). Saya ingin menjadikan visi ini sebagai kiblat atau arah pembangunan pariwisata berkelanjutan  di Kabupaten Tabanan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Bupati Sanjaya berharap agar ke depannya dapat diselenggarakan event pariwisata bertaraf internasional di Jatiluwih yang mampu menarik lebih banyak wisatawan asing. Ia juga meminta agar badan pengelola DTW Jatiluwih terus berinovasi dan menciptakan terobosan strategis, namun tetap menjaga identitas Jatiluwih sebagai pariwisata berbasis pertanian dan budaya.

Senada dengan itu, Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan festival yang menurutnya sangat inspiratif. Ia menilai festival ini mampu membangkitkan semangat masyarakat, khususnya perempuan dan generasi muda, dalam menjaga budaya dan memberdayakan potensi lokal melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan festival.

Sementara itu, Manager DTW Jatiluwih, John Ketut Purna, menyampaikan bahwa Jatiluwih Festival VI merupakan momentum penting yang tidak hanya merayakan budaya, tetapi juga gaya hidup yang menyatu dengan alam. Pihaknya ingin menyampaikan pesan kuat, bahwa pertumbuhan sejati lahir dari hubungan harmonis dengan lingkungan, bukan dari eksploitasi sumber daya alam. “Hari ini kita tidak hanya meresmikan sebuah festival, kita sedang menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa desa kecil yang ada di lereng gubung batukaru ini, bernama desa Jatiluwih punya cerita besar yang ingin dibagikan, kita punya nilai. Kita punya warisan dan yang lebih penting, kita punya semangat,” jelasnya.

Pihaknya juga menjelaskan, lewat festival ini, diharapkan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa desa kecil di lereng Gunung Batukaru ini punya cerita besar yang layak dibagikan. Budaya di Jatiluwih bukan hanya warisan, tetapi juga sumber energi untuk masa depan. Tarian maskot Jatiluwih yang baru saja ditampilkan menjadi simbol regenerasi budaya, sementara fashion show kostum karnaval, workshop, kuliner, hingga pameran UMKM menjadi wadah ekspresi dan keterlibatan aktif masyarakat, terutama generasi muda.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sanjaya bersama rombongan juga turut menyaksikan berbagai atraksi budaya seperti Tebuk Lesung, parade gebogan, pertunjukan memasak tradisional “Tum Bungkil Gedebong”, dan nyuwun padi. Tak hanya itu, rombongan juga meninjau langsung pameran UMKM serta aktivitas pertanian seperti Metekap dan Ngejuk Lindung, yang menunjukkan integrasi budaya, pertanian, dan ekonomi kreatif di Jatiluwih.

Prosesi Sakral “Manah Toya Ning” Air suci Dipanah dan Diarak Oleh Keturunan Raja


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih


KARANGASEM, Bali Kini - Prosesi sakral Manah Toya Ning atau Mendak Toya Ning dalam rangkaian Upacara Baligia dilaksanakan di Pura Pesucian Ulun Gangga, Taman Tirta Gangga, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Kamis (17/7/2025). Prosesi ini dilakukan dengan cara "memanah" air suci oleh Ida Pedanda dengan panah berwarna emas sebagai simbol penyucian dan permohonan restu dari Ida Bathara, dimana air suci ini nantinya dipergunakan untuk muput seluruh tahapan upacara Baligia. 

Air suci yang digunakan dalam prosesi Manah Toya Ning terlebih dahulu dilungsur, lalu dibawa dengan cara yang istimewa. Air tersebut dipapah oleh keturunan raja Puri Agung Karangasem yang duduk di atas singgasana, kemudian digendong dan diarak menuju Pura Pesucian Tirta Gangga melalui prosesi mepeed. Tradisi ini menjadi simbol kehormatan dan spiritualitas tinggi, karena hanya keturunan keluarga puri yang berhak memangku air suci tersebut sebagai lambang warisan suci dan agung dari leluhur. Prawartaka karya, Anak Agung Made Kosalya, menjelaskan bahwa air suci yang ditunas dalam prosesi ini merupakan inti dari keseluruhan upacara Baligia. “Toya ning ini nantinya dipergunakan untuk muput seluruh tahapan upacara. Tradisinya, harus ada keturunan keluarga puri yang memangku toya tersebut sebagai simbol keagungan dan warisan spiritual dari Ida Bathara,” jelasnya. 

Air suci sebelumnya diambil oleh Manggala Karya A. A. Bagus Partha Wijaya bersama Prawartaka Karya A. A. Made Kosalia. Keduanya merupakan cucu Raja Karangasem ke XIV. Kemudian Air Suci diusung dan dihaturkan kepada Ida Pedanda Yadjamana Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Geria Jungutan Bungaya selanjutnya dipergunakan sebagai Air Suci pemuput Upacara Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem. 

Mengingat situasi lalu lintas padat akibat peralihan jalur dari Denpasar imbas jembatan rusak di Bajra, panitia upacara memilih rute yang aman selama prosesi mepeed dilaksanakan, agar tidak menambah kemacetan, terutama karena banyaknya truk besar di jalur utama.

"Pengamanan dan pengaturan arus lalu lintas melibatkan personel dari Polres Karangasem, Dinas Perhubungan, pecalang Karangasem hingga pecalang Desa Adat Ababi, Percalang Desa Adat Ababi," Kata Prawartaka karya, Anak Agung Made Kosalya,  hal ini dilakukan untuk memastikan prosesi berjalan tertib hingga ke lokasi utama upacara di Pura Pesucian Tirta Gangga. 

Ida Cokorda Mengwi XIII Menjalani abhiseka


 Karangasem, Bali Kini
– Rangkaian Upacara Baligia Puri Agung Karangasem kembali berlanjut dengan pelaksanaan prosesi mepeed pada Jumat (18/7/2025). Ribuan orang turut dalam prosesi Ngajum atau Mendak Ida Bathara Lingga ke Piadnyan. Dimana prosesi mepeed dimulai dari Puri Agung Karangasem menuju Piadnyan yakni Taman Ujung, menempuh jarak sekitar 4,5 kilometer.

Manggala karya, Anak Agung Parta Wijaya menerangkan bahwa hari ini merupakan momen penting, di mana Ida Bathara Lingga dituntun menuju piadnyan, diiringi 17 puspa purit serta 87 puspa dari pengiring. Prosesi ini bermakna sebagai penghormatan spiritual, di mana Ida Bathara Lingga akan linggih di piadnyan dan menuntun seluruh Bathara lainnya dalam prosesi suci ini.

"Prosesi hari ini disaksikan langsung oleh Ida Cokorda Mengwi XIII yang baru saja menjalani abhiseka. Dalam kesempatan ini, beliau juga menyumbangkan penari Baris Tombak atau Baris Gede sebagai bagian dari iring-iringan," Kata Anak Agung Partha Wijaya. 

Mepeed sendiri dilaksanakan pukul 15.00 WITA, diikuti oleh 35 banjar adat di bawah naungan Desa Adat Karangasem, masing-masing mengirimkan sekitar 25 orang, sehingga total peserta dari banjar mencapai sekitar 800 orang. Jika ditambah iringan kerabat, pemangku/sulinggih, penari Baris Tombak/Gede, Gebug Ende, serta Baleganjur, jumlah keseluruhan peserta prosesi mencapai sekitar 1.200 orang.

Prosesi berlangsung khidmat dan penuh makna, sekaligus menjadi wujud nyata pelestarian adat, budaya, dan spiritualitas masyarakat Karangasem.

Sabtu, 12 Juli 2025

Kompak dan Solid, Pemkab Tabanan Laksanakan Sembah Bhakti Penganyar di Pura Semeru Agung Jawa Timur


Laporan Reporter : Dearna / Tim Lpt 

Tabanan , Bali Kini  – Kekompakan dan solidaritas yang tinggi kembali ditunjukkan oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam kegiatan spiritual di luar daerah. Dipimpin langsung oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama Ibu Bupati, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, didampingi Wakil Bupati Tabanan, I Made Dirga, beserta istri, Ny. Budiasih Dirga, dan seluruh jajaran Pemkab Tabanan kompak ngaturang sembah Bhakti Penganyar dalam rangkaian Karya Pujawali Krama Satunggil Warsa di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (12/7), Saniscara Kliwon Wuku Uye. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Para Sulinggih, Ketua PHDI Kabupaten Lumajang beserta tokoh masyarakat setempat.

Dengan diikuti oleh kurang lebih 300 orang penganyar dari Pemerintah Kabupaten Tabanan, termasuk Sekretaris Daerah, para Asisten Setda, pimpinan perangkat daerah, hingga unsur masyarakat. Hal ini mencerminkan kekompakan Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menjaga nilai-nilai spiritual serta melestarikan warisan leluhur. Tidak hanya menghaturkan sembah bahkti, kehadiran penganyar Pemkab Tabanan turut ngayah dengan menghadirkan Sekaa Gong Lanang, Sekaa Santhi hingga Sekaa rejang Tri Datu Sanjayaning Singasana yang dipimpin langsung oleh Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, yang menambah suasana khidmat persembahyangan di Pura Kahyangan jagat tersebut.

Dalam sambrama wacananya usai sembahyang, Bupati Sanjaya menyampaikan rasa syukurnya atas keselamatan dan kelancaran perjalanan rombongan. Ia mengungkapkan, meski menempuh perjalanan jauh dengan kendala infrastruktur, namun perjalanan berjalan dengan lancar, bahkan kehadirannya disambut dengan cuaca yang cerah dan sejuk. “Ini membuktikan masyarakat Tabanan beda. Kita jengah, jangankan di sini, dimanapun semasih bisa kita lalui, kita lewati. Karena kita tidak pernah lupa pada leluhur, karena leluhur kita berasal dari sini, dari tanah Jawa,” tegasnya.

Lebih lanjut Sanjaya menilai, kegiatan ngayarin merupakan implementasi dari nilai-nilai yadnya yang mengandung makna penyucian lahir dan batin, serta menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan, sesuai filosofi Tri Hita Karana. “Maka dari itu, titiang sareng Pak wakil dan jajaran mengucapkan banyak terimakasih kepada khususnya semeton Tabanan, penari rejang tridatu, seka gong, PSN, semua yang datang tiang ucapkan terimakasih. Jadi, suksma pisan. tiang bangga kita kompak bersatu, apalagi kebanggaan kita, hanya kekompakan, kebersamaan, persatuan dan Sradha Bhakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Ida betara kawitan, leluhur dan juga sesama,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua PHDI Kabupaten Lumajang, Teguh Widodo, turut menyampaikan apresiasi dan banyak-banyak terima kasihnya atas kehadiran rombongan penganyar dari Kabupaten Tabanan yang begitu kompak dan antusias. Ia bahkan menyebut, bahwa rombongan dari Tabanan merupakan yang terbanyak hadir dari Bali hingga saat ini. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada Bupati Sanjaya beserta jajaran, serta berharap jalinan spiritual dan kebersamaan ini terus terjaga di masa yang akan datang

Upacara Baligia 2025: Sakral, Kolosal, dan Sarat Makna Leluhur


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih 

KARANGASEM, Bali Kini – Puri Agung Karangasem kembali menggelar Upacara Baligia Utama atau Atma Wedana, sebuah upacara sakral dalam rangkaian Pitra Yadnya, yang akan mencapai puncaknya pada 20 hingga 23 Juli 2025 di kawasan Taman Sukasada Ujung, Karangasem.

Ritual penyucian roh leluhur ini diikuti 104 puspa/sekeh, termasuk 17 dari kalangan Puri seperti Pengelingsir Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi. Prosesi ini akan melibatkan lebih dari 100 Sulinggih Siwa-Buda dalam acara Resi Bojana pada 21 Juli mendatang.

Upacara Baligia bertujuan menyucikan roh (Atma) agar mencapai alam Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Pitara. Berdasarkan lontar suci Baligia, prosesi ini menyucikan unsur tubuh halus manusia (Suksma Sarira), melengkapi tahapan setelah Ngaben yang menyucikan badan kasar.

Rangkaian upacara telah dimulai sejak Desember 2024 dengan Ngaku Ngagem, dilanjutkan Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan pada Maret 2025. Puncaknya berlangsung pada 20 Juli 2025 dengan prosesi Utpeti, yaitu kebangkitan roh menuju Siwa Loka.

Prosesi akan dilanjutkan dengan Resi Bojana (21 Juli), Upakara Setiti dan Ngeliwet (22 Juli), serta Nganyut atau Ngasti pada 23 Juli di Pantai Ujung. Dalam prosesi terakhir ini, simbol-simbol roh dan perlengkapan upacara seperti Padma, Naga, hingga Angsa dilepaskan ke laut sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Manggala Karya, Anak Agung Bagus Parta Wijaya, menyebut upacara ini tak hanya sebagai ritual spiritual, namun juga pendidikan budaya dan pelestarian warisan leluhur. “Ini adalah proses pendidikan sosial dan spiritual yang tak tergantikan,” ujarnya.

Baligia tahun ini juga memperlihatkan kolaborasi lintas umat, dengan keterlibatan aktif Braya Muslim Karangasem dalam kebersihan, keamanan, hingga penjualan minuman di area Nista Mandala. Ini dinilai sebagai wujud nyata toleransi dan integrasi antarumat beragama di Karangasem.

Taman Sukasada Ujung dipilih sebagai lokasi upacara karena merupakan situs peninggalan Raja Karangasem terakhir yang penuh nilai historis dan spiritual. Dalam upacara kali ini, sang raja diadegkan sebagai Lingga Puri – penuntun para Pitara menuju alam Siwa Loka.

Puncak acara akan dimulai pada 20 Juli 2025 pukul 15.00 WITA di Taman Sukasada Ujung, Banjar Ujung, Desa Tumbu, Karangasem 

Kamis, 10 Juli 2025

Bupati Sanjaya Bersama Istri Hadir di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Centre Denpasar

 


Dukung Utsawa Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Tabanan Pada Pesta Kesenian Bali XLVII 2025

 

Laporan Reporter : Dearna / Tim Lpt 

Tabanan , Bali Kini  – Sorak kagum dan tepuk tangan meriah menggema di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Centre Denpasar, saat para seniman muda dari Tabanan menampilkan karya terbaiknya dalam ajang Utsawa (Parade) Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Tabanan yang tampil dalam rangka memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025, Rabu (9/7). Kehadiran langsung Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, menjadi suntikan semangat tersendiri bagi para penampil.

Tak hanya masyarakat umum, acara yang sarat nilai budaya ini juga dihadiri langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster dan jajaran. Dari Kabupaten Tabanan tampak juga hadir Wakil Bupati, I Made Dirga, Anggota DPRD dan perwakilan jajaran Forkopimda Kabupaten Tabanan, Sekda beserta Kepala Perangkat Daerah dan staf terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan dan juga undangan terkait lainnya.

Di kesempatan itu, Penampilan seniman Duta Kabupaten Tabanan berhasil mencuri perhatian dengan pertunjukan penuh totalitas dari Sekaa Gong Satyaning Kebo Taruna, Yowana Desa Adat Bedha, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Dengan garapan musik dan tari yang matang, mereka tampil sebagai perwakilan seniman yang membanggakan Tabanan. Mereka menampilkan Tabuh Nem Lelambatan bertajuk “Tungtung Tangis III”, sebuah komposisi gamelan klasik. Suguhan ini kemudian dilanjutkan dengan Tari Kreasi Kekebyaran berjudul “Awor Tiga”, yang memesona dengan dinamika dan teknik tari tingkat tinggi.

Selanjutnya yakni Fragmentari berjudul “Wiwitaning Bedha” juga dipentaskan. Cerita yang menggali nilai-nilai lokal dan kearifan budaya Bali ini dikemas apik dalam seni peran, tari, dan musik yang berpadu harmonis. Antusiasme tinggi dari para penonton menjadi bukti betapa kuatnya daya pikat pementasan yang ditampilkan. Sanjaya sampaikan apresiasi tinggi kepada para seniman muda yang telah membawa harum nama Tabanan. 

"Saya bersama Ibu Bupati didampingi Wakil Bupati dan jajaran hadir di PKB, menyaksikan secara langsung Gong Kebyar Dewasa yang diwakili Desa Adat Bedha. Luar biasa. Jadi saya lihat tadi bagaimana seniman-seniman Tabanan tampil berhadapan dengan seniman Denpasar memukau sekali. Kedua seniman ini luar biasa, jadi saya apresiasi sekali. Tadi kita menyaksikan tentang bagaimana sejarah Bedha, diaktualisasi dalam seni budaya. Ini sangat mengesankan buat kita, saya apresiasi buat seniman Tabanan dan mudah-mudahan kedepan tampil lebih baik untuk mewakili Kabupaten Tabanan yang kita cintai," pungkas Bupati Sanjaya.

Sebagaimana diketahui, bahwa kehadiran pemimpin daerah secara langsung di panggung kebudayaan seperti ini menjadi simbol kuat, bahwa pemerintah serius dalam menjaga dan mengembangkan sektor seni dan budaya sebagai identitas daerah, khususnya Tabanan. Selain menjadi ajang unjuk kreativitas, PKB juga menjadi wadah regenerasi seniman Bali. Nuansa kebersamaan, semangat gotong-royong, serta eksplorasi artistik menjadi kekuatan utama yang membawa Duta Kabupaten Tabanan tampil memukau.

Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, juga menyampaikan kebanggaannya atas penampilan yang ditunjukkan oleh para seniman dalam panggung PKB ini. "Malam ini saya sungguh terpesona dengan penampilan duta Tabanan. Seniman kita di Tabanan luar biasa, mereka tidak hanya tampil apik, tetapi juga menunjukkan kecintaan terhadap budaya leluhur. Harapan saya, seni dan budaya ini bisa terus dilestarikan agar generasi mendatang tetap memiliki jati diri yang kuat," ungkapnya penuh semangat.

Dengan energi positif dan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Pihaknya berharap para seniman muda Tabanan bisa terus melahirkan karya-karya hebat yang tak hanya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. PKB XLVII diharapkan menjadi saksi bagaimana generasi muda Tabanan yang berkreasi dengan sungguh-sungguh menjaga warisan budaya dengan cara yang elegan dan penuh dedikasi. 

Rabu, 09 Juli 2025

Duta Gong Kebyar Wanita Jembrana , Tampilkan Sandyagita Berjudul Bali Beli-Ne di PKB ke -47


Laporan Reporter : Tim lpt 

Jembrana , Bali Kini  - Parade Gong Kebyar Wanita Duta Kabupaten Jembrana memukau ribuan penonton saat tampil dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke - 47 tahun 2025 bertempat di Ardha Candra, Art Center Denpasar, Selasa (8/7).

Utsawa (parade) Gong Kebyar Wanita Kabupaten Jembrana pada Pesta Kesenian Bali tahun ini diwakili oleh Sekehe Gong Istri Dharma Laksana, Lingkungan Tinyeb Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara.

Sandyagita Bali Beli-Ne didefinisikan sebagai garapan yang menceritakan suara masyarakat kecil yang resah melihat keadan bali seperti sekarang. Pertumbuhan beton beton yang begitu egois dan arogan, petak petak sawah yang telah alih fungsi terlihat sembrawut dimana mana .

Garapan ini membuat mereka sukses memukau penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra, Art Center Denpasar.

Selain menampilkan Sandyagita Bali Beli-Ne, Duta Gong Kebyar Wanita Jembrana juga menampilkan Lelambatan Tabuh Telu berjudul Swastamita dan Tari Kreasi Widya Sraya.

Disaksikan langsung Gubernur Bali I Wayan Koster, Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan bersama Wakilnya I Gede Ngurah Patriana Krisna, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, dan beberapa Kepala OPD di lingkup Pemerintahan Kabupaten Jembrana.

Dalam kesempatanya Bupati Kembang Hartawan menyampaikan apresisi dengan penampilan Gong Kebyar Wanita Kabupaten Jembrana yang begitu luar biasa.

"Bagus sekali, semangat dan kekompakannya sangat luar biasa," ungkapnya.

Ia juga mengatakan Pemerintah Kabupaten Jembrana akan memberikan perhatian lebih kepada para pelatih, tim pembina dan pelaku seni agar duta Kabupaten Jembrana tampil lebih hebat dipesta kesenian bali berikutnya.

"Tentu untuk tahun depan Pemkab Jembrana akan lebih fokus lagi memperhatikan pelatih, tim pembina agar penampilan duta kabupaten Jembrana  jauh lebih hebat lagi," tandas Bupati Kembang

Senin, 07 Juli 2025

Wali Kota Denpasar Menghadiri Upacara Abhiseka Ida Cokorda Puri Ageng Mengwi

 


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara yang juga selaku Panglingsir Puri Penatih menghadiri sekaligus ngupasaksi Upacara Penobatan/Panumadegan Abhiseka Ida Cokorda Puri Ageng Mengwi yang digelar di Pura Taman Ayun, Mengwi, Badung pada Soma Kliwon Uye, Senin (7/7).

Laporan Reporter : Agus 

Mangupura, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara yang juga selaku Panglingsir Puri Penatih menghadiri sekaligus ngupasaksi Upacara Penobatan/Panumadegan Abhiseka Ida Cokorda Puri Ageng Mengwi yang digelar di Pura Taman Ayun, Mengwi, Badung pada Soma Kliwon Uye, Senin (7/7). Dimana, Panglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung bersama dampati melaksanakan ritual tersebut dengan khidmat dan telah dianugrahi gelar suci (Pepasih) yakni Ida Cokorda Mengwi XIII dan Ida Istri Mengwi. 

Rangkaian prosesi diawali dengan Mepeed dari Puri Ageng Mengwi menuju Pura Taman Ayun. Dalam prosesi itu, Bhagawantha Puri, bersama Raja Puri Klungkung, Ida Dalem Semaraputra berjalan menuju Pura Taman Ayun. Dilanjutkan dengan iring-iringan Dampar Kencana, Tapakan, Pusaka hingga Panji Puri Ageng Mengwi. Puncak upacara dilaksanakan dengan penyucian sekala niskala, dilanjutkan dengan Upacara Mejaya-Jaya dan Titi Mamah. 

Tampak hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar Najamudin, Gubernur Bali, Wayan Koster, Gubernur DI Yogyakarta yang juga selaku Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Ngarsa Dalem Sri Sultan Hemengkubuwono X, Konsulat Negara Sahabat, Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa serta undangan lainya. 

Ida Cokorda Mengwi XIII dalam sambutanya mengatakan bahwa dalam Abhiseka ini adalah peristiwa budaya. Dimana, hal ini merupakan momentum untuk meningkatkan sepiritualitas serta pengabdian kepada adat, budaya, tradisi serta masyarakat. 

“Semoga kehadiran sebagai Ida Cokorda Mengwi XIII ini dapat menjaga eksistensi Puri Ageng Mengwi, dan tentunya dapat memberikan kemanfaatan luas dalam bidang agama, adat, istiadat, tradisi dan budaya Bali,” ujarnya. 

Sementara Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengucapkan selamat dan menyambut baik atas Upacara Penobatan/Panumadegan Abhiseka Ida Cokorda Puri Ageng Mengwi ini. Hal ini tentu menjadi sebuah momentum untuk terus menguatkan peran Pura, Puri, Purohita, Pasar dan Para dalam menjaga tradisi dan budaya Bali. 

Kedepan, pihaknya berharap peran puri, khususnya Ida Cokorda Mengwi XIII ini dapat terus bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan menguatkan tradisi dan budaya Bali. 

“Yang pertama saya mengucapkan selamat atas Upacara Penobatan/Panumadegan Abhiseka Ida Cokorda Mengwi XIII, semoga kedepan sinergi berkelanjutan dalam menjaga Bali beserta isinya, terutama adat, budaya dan tradisi terus dilaksanakan sebagai warisan budaya yang adiluhung,” ujar Jaya Negara. 

Rabu, 02 Juli 2025

Dolanan Anak Mepatung-Patungan Jembrana Pukau Penonton PKB 2025


Laporan Reporter : Ajb / Tim Lpt Denpasar 

Jembrana , Bali Kini -   Suasana Panggung Terbuka Ardha Candra Denpasar berubah meriah saat Duta Kabupaten Jembrana, Sekaa Dharma Kerti Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara tampil memukau membawakan garapan Dolanan Mepatung-Patungan dalam ajang Utsawa Gong Kebyar Anak-anak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 Tahun 2025, Selasa (1/7/2025).

Tampil bersama duta Kabupaten Karangasem, penampilan duta Kabupaten Jembrana sukses menyedot perhatian dan decak kagum penonton yang memadati arena pertunjukan. Hadir langsung, Gubernur Bali, Wayan Koster, Forkopimda Jembrana, Kepala OPD dilingkungan Pemkab Jembrana.

Dolanan Mepatung-Patungan sendiri terinspirasi dari perkembangan jaman yang begitu pesatnya. Dimana saat ini banyak anak lebih fokus pada gadget. Hal ini menjadi perhatian karena penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental anak, serta perkembangan sosial mereka.

Melihat fenomena tersebut maka muncul ide untuk melestarikan permainan Dolanan yang berjudul Mepatung-Patungan. Tarian dolanan ini menggambarkan semangat anak-anak dalam permainan tradisional yang sederhana namun bermakna. 

Geraknya mengasah konsentrasi, raganya ditempa sehat, dan hatinya ditanamkan nilai sportifitas sejati. Dalam derap langkah dan sorak riang, tersirat pesan: tak semua permainan harus digital, ada warisan budaya yang hidup dalam tubuh yang bergerak dan hati yang gembira.

Lebih menariknya lagi, gaya bahasa dialog yang digunakan menggunakan bahasa khas “Negaroa” sehingga tidak sedikit dari penonton yang bersorak ria.

Sebelum menampilkan pertunjukan pamungkasnya, Duta Gong Kebyar anak-anak Kabupaten Jembrana juga menampilkan Tabuh Kreasi yang berjudul Sulaya Sahela dan Tari Kidang Kencana. 

Sulaya adalah perdebatan, sedangkan sahela adalah satu tujuan.

Memaknai konsep paruman, berdebat untuk satu tujuan, yakni mengatur hubungan sosial agar terciptanya jagat kerthi, keharmonisan dalam hubungan sosial. Perdebatan dalam sebuah paruman ini menjadi ide dasar komposisi kreasi kekebyaran yang disusun melalui intuisi, menggambarkan sebuah perdebatan dalam paruman.

Berbagai macam instrumen menggambarkan masyarakat dengan karakter yang berbeda. Dua jenis pukulan  on beat dan off beat  merupakan simbol perbedaan yang menuju satu tujuan, dengan rel alur melody sebagai landasan. 

Penonjolan pola reong, suling, kendang, serta kotekan merupakan penggambaran masukan dalam sebuah paruman. Sementara itu, permainan bersama menunjukkan tercapainya sebuah kesepakatan.

Tari Kidang Kencana merupakan salah satu tarian yang berasal dari Bali. Tari Kidang Kencana "merekam" keceriaan sekawanan kijang di keluasan belantara raya. Saat purnama bersinar penuh, satwa bertanduk indah itu menumpahkan kegembiraannya. Berlari, melompat dan saling bercengkerama sambil bermandi cahaya bulan. 

Namun, keceriaan mereka mendadak berubah gaduh lantaran ada seekor kijang bertingkah yang berujung pada kesalah pahaman. Teman-temannya sepakat untuk mencelakainya. Beruntung, kesalah pahaman itu cepat teratasi dan mereka kembali rukun. 

Pesona satwa kijang itu sukses ditransformasikan ke dalam "bahasa" gerak yang ritmis, dinamis dan estetis. Tari ini diciptakan pada tahun 1983 oleh I Gusti Agung Ngurah Supartha yang dipermanis dengan iringan gamelan gong kebyar yang ditata artistik oleh I Wayan Beratha dan sentuhan gegerongan oleh IGB Arsaja.

Sementara itu, Bupati Kembang Hartawan yang didampingi Ny. Ani Setiawarini mengapresiasi penampilan duta gong kebyar anak-anak Kabupaten Jembrana pada PKB tahun ini.

”Penampilan yang disuguhkan anak-anak Jembrana sangat luar biasa sekali. Para penonton sangat terhibur sekali. Penampilan Sekaa Dharma Kerti Desa Tegal Badeng Timur dari Jembrana dalam garapan Dolanan Mepatung-Patungan mempertegas peran anak-anak Bali sebagai pelestari budaya di ajang PKB 2025,” tutupnya

Jumat, 27 Juni 2025

Rekasedana Kesenian Topeng Gases Bali Sukses Pukau Penonton PKB XLVII,

 


Ket foto : Penampilan Rekasadana (Pagelaran) Kesenian Topeng Gases Bali sebagai Duta Kota Denpasar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII yang sukses memukai penonton yang hadir di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center pada Kamis (26/6) malam.
 

Angkat Tradisi Nyenuk Sudamala Bhuana Sebagai Puncak Penyempurnaan. 

Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini -Rekasadana (Pagelaran) Kesenian Topeng Gases Bali sebagai Duta Kota Denpasar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII sukses memukai penonton yang hadir di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center pada Kamis (26/6) malam. Dengan mengangkat Tradisi Nyenuk Sudamala Bhuana, sajian pementasan ini sukses memanjakan penonton dengan sajian topeng khas Kota Denpasar. 

Hadir langsung memberikan dukungan dalam kesempatan tersebut, Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana, Anggota DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Kourator PKB XLVII, Prof. Dr. I Made Bandem, serta seluruh penonton yang antusias hadir di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center. 

Sajian pementasan diawali dengan penampilan Topeng Panglembar yakni Topeng Keras dan Topeng Tua. Dilanjutkan dengan Topeng dengan penokohan Penasar, Wijil, Dalem Arsa Wijaya, Punakawan, Parekan, Patih serta Topeng Dalem Sidakarya.

Kordinator Sekehe Topeng Gases Bali, Ketut Indra Wijaya mengatakan, dalam tradisi Hindu Bali, Nyenuk berasal dari kata nyukat yang bermakna mengukur dan menakar. Upacara ini merupakan ritual sakral yang menjadi puncak penyempurnaan rangkaian yadnya. 

"Upacara ini melambangkan keseimbangan Tri Hita Karana, yakni ketaatan pada dewata atau parahyangan, harmoni sesama manusia  atau pawongan, dan penghormatan pada alam atau palemahan. Nyenuk adalah wujud ritual sebelumnya dimurnikan sebelum persembahan naik ke khayangan," ujarnya. 

Dikatakan Indra Wijaya, ketika Ida Dalem Waturenggong beserta para abdi dan masyarakat sedang melakukan yadnya di Pura Basukian yang di barengi oleh Ida Dalem Sidakarya dalam suasana penuh khidmat. Dimana, masyarakat bersatu dalam semangat ngayah mempersiapkan segala sarana upacara dari banten, gamelan, hingga tari-tarian suci. 

Dikatakannya, rangkaian ritual ini diwarnai dengan pementasan tarian sakral yang ditampilkan pada saat-saat khusus. Ida Dalem Sidakarya hadir sebagai simbol pemurnian dan penutup dari seluruh prosesi, membawa berkat, serta mengusir segala bentuk kekotoran dan energi negatif. 

"Cerita ini di garap dalam sebuah pementasan seni ini bukan sekadar hiburan, tetapi merupakan wujud rasa syukur mendalam ke hadapan Sang Pencipta atas kelancaran upacara dan kehidupan yang diberkahi. Dalam tarian itu, tersirat doa-doa, harapan, dan penghormatan kepada para dewata, alam semesta," ujarnya. 

"Upacara Nyenuk ritual yang mengukur kesempurnaan yadnya melalui seni dan spiritualitas. Pementasan ini adalah refleksi Nyastra-Nyagini dengan seni sebagai ritual masyarakat Bali. Topeng Sidakarya dihidupkan bukan sebagai tontonan, melainkan tirta yadnya air suci yang mengalirkan dharma melalui gerak, nada, dan makna," ujarnya. 

Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana memberikan apresiasi atas berbagai persiapan yang dilaksanakan duta kesenian Kota Denpasar, khususnya Sekaa Kesenian Topeng Gases Bali sebagai Duta Kota Denpasar pada PKB XLVII yang hari ini sukses memberikan penampilan terbaik dan luar biasa.  

Alit Wiradana mengaku bangga dengan penampilan Baleganjur Duta Kota Denpasar. Tak hanya itu, pihaknya juga mengaku kagum dengan ide dan konsep berkesenian seniman Denpasar yang mengutamakan regenerasi dan sekehe sebunan dalam satu desa. Pihaknya juga optimis Duta Kota Denpasar dapat memperoleh hasil yang maksimal pada lomba tahun ini. 

“Tadi kita saksikan penampilanya sudah maksimal dan luar biasa, bahkan sukses mengundang gelak tawa penonton, semoga kesenian Topeng di Kota Denpasar tetap ajeg dan lestari,” ujar Alit Wiradana

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved