-->

Senin, 12 Maret 2018

Kisah Hidup Dr. Ketut Rochineng, SH.MH. Bocah Miskin Penjual Es Lilin hingga Menjabat Pj Bupati

MANGUPURA-Balikini.Net - Tepuk tangan terus menggema saat nama Dr. Ketut Rochineng, SH.MH dipanggil ke Podium Wisudawan ke-125 Universitas Udayana (Unud) di Gedung Auditorium Widya Sabha Kampus Bukit, Jimbaran, Badung, Sabtu (10/3).



Birokrat Pemprov Bali yang masa hidupnya sempat menjadi bocah miskin penjual es lilin itu, berhasil menyandang gelar Doktor Ilmu Hukum dengan nilai Cum Laude (Pujian) di Program Pasca Sarjana S3 Kampus terbesar dan terbaik di Bali itu.



Putra pasangan Nyoman Cawi (alm) yang kesehariannya menjadi Pegawai Mantri Kesehatan dengan Ni Nyoman Seneng (alm tahun 2018) adalah anak keempat dengan 8 bersaudara yang kini menjabat sebagai Penjabat Bupati Gianyar. 



Lahir dari keluarga sangat miskin dan serba kekurangan, tidak mengurangi semangat keluarga Rocky sapaan akrabnya yang kini masih menjabat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali. Tak banyak yang tahu, Pejabat kelahiran Desa Petemon, Seririt, 10 September 1958 itu juga berhasil menjadi pengusaha sukses.



Hidup dari keluarga miskin memang berat, karena itu seluruh sodara Rochineng hidup menyebar mencari nafkah keluar daerah. "Saat hidup sudah sodara saya hidupnya menyebar, ada juga yang jadi perawat atau polisi. Tergantung yang menampung dan mengajaknya waktu itu," kenang Rochineng yang kini menempati rumah mewah di Jalan Buana Taman No.5 Padang Sambian, Denpasar.



Semasa kecil Rochineng bersekolah di SDN 1 Desa Petemon dan SDN 2 Bubunan tahun 1970 dan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Seririt tahun 1973 sampai akhirnya belajar di SMAN 1 Seririt dengan hidup sangat sederhana, karena ditinggal orang tuannya meninggal sejak umur 8 tahun. Bahkan saking miskinnya, Rochineng sempat putus sekolah saat SMA tidak bisa melanjutkan kelas 2.



Akibat tidak punya biaya yang kemudian dibantu keluarga besarnya melanjutkan sekolah, karena hasil ulangan dan ujiannya saat itu minimal nilai 9 dan 10 untuk semua mata pelajaran.



"Saya juga pernah jadi buruh bangunan untuk tambahan biaya sekolah. Bahkan, semasa SMP dan SMA tidak pernah tidur di rumah, karena saya tak punya rumah sendiri melainkan tidur menumpang di rumah teman-teman secara bergiliran. Di sekolah juga sering bertarung adu panco dan sering menang, sehingga dapat uang sebagai hadiah sekedar untuk beli tipat cantok," sebutnya. 



Namun seperti kata pepatah, dibalik kesuksesan seseorang, pasti ada perempuan hebat dibalik itu. Ternyata hal itu benar terjadi, sejak kenal istrinya, Ni Made Sri Ardiani, S.Pd yang kesehariannya masih menjadi Guru SMPN 2 Denpasar, hidup Rochineng berubah drastis dan terus menuju kesuksesan.



"Dari sejak kelas II SMA sekitar tahun 1974 kenal dengan Bapak (Rochineng, red) sangat pintar, karena menjadi juara kelas terus dan baru menikah tahun 1986. Tapi ceritanya Bapak jadi body guardnya saya dulu. Pedalem dan saya kasian, karena dia sangat pinter, sehingga Ibu kagum dengan kepinterannya. Tapi sangat susah hidupnya waktu itu," kata Istri Rochineng kelahiran Singaraja, 20 Oktober 1959 menimpali.



Diceritakan, saat waktu kecil Istri Rochineng tinggal di Desa Bubunan dan baru setelah SMA kelas dua baru pindah ke Desa Petemon dekat rumah yang ditinggali Rochineng. Saat itu, tanpa malu-malu Rochineng mengaku masih berdagang es lilin keliling tidak saja di Desa Petemon, tapi juga sampai ke desa-desa lain, bahkan sampai Desa Bubunan.



"Makanya sering Ibu dulu juga beli es lilin Bapak. Karena ada pabrik es di dekat rumah dan Bapak terus jualan keliling ke desa-desa dengan jalan kaki," bebernya dan langsung ditanggapi Rochineng, sejak baru tamat SMA baru dicari oleh orang dari desa ke desa yang kebetulan Pejabat Kehutanan dan diajak mengikuti Pendidikan Kehutanan di Madiun dan Bogor. "Tamat Pendidikan Kehutanan saya langsung dipekerjakan keliling Bali sebagai Tenaga Penyuluh Kehutanan," sebut Rochineng.



Pertama kalinya dari 1978 sampai 1979, Rochineng menjadi penyuluh di Kecamatan Payangan, Gianyar baru lanjut ke Kecamatan Kubu, Karangasem sampai tahun 1983 bertugas di Nusa Penida, Klungkung serta sejumlah daerah lainnya hingga kariernya berubah tahun 2008 bergeser menjadi Sekretaris Kehutanan Provinsi Bali.



Selanjutnya tahun 2009 diangkat Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjadi Kepala BKD Provinsi Bali sampai sekarang. "Begitu karier saya yang dimulai dari bersekolah di Patemon lanjut jadi penyuluh ke Seririt, terus sempat belajar di Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai di Payangan, sampai pindah ke Karangasem terus lanjut ke Klungkung dan kuliah S1 Hukum tamat tahun 1989 dan S2 di tahun 2004 dan di tahun 2018 baru meraih gelar Doktor," paparnya. 



Rochineng mengaku selama hidupnya mempunyai hobi bela diri dengan Silat Sitembak (Silat Bali) yang ditekuninya sejak kecil di Desa Patemon dan Bubunan, hingga terus bertanding dan jadi juara. Karena sempat pindah tugas antar kabupaten, akhirnya belajar Karate sekitar tahun 80-an dan tahun 1978 juga pernah belajar Karate di Payangan, Gianyar.



"Saya latihan dengan Pak Murti, disaat itu saya sudah bekerja dan terus berpindah tugas ke Buleleng. Tapi saya tetap ikut Karate yang diajar oleh Gus Lilik di Buleleng," ujarnya seraya mengaku selain olah raga silat juga aktif bermain tenis "Dari Seririt saya sudah mengawali bermain tenis dan sampai ke Klungkung hingga mendapatkan juara hampir tiap tahun saya memperoleh juara 3 besar," tandas Rochineng yang terus terpilih menjadi Ketua Umum Olah Raga Tenis dan Ketua Umum Karate Forki Bali itu.



Selanjutnya Pejabat multitalenta ini, juga menggeluti dunia tarik suara dengan menjadi penyanyi yang beken dikenal Rocky. N yang telah memiliki tiga album yaitu Bali Santi, Ngejuk Impian, Trisakti Pembangunan yang terispirasi dari Nawa Cita. "Kalau menyanyi ini seperti dadakan istilahnya, yang tidak diduga-duga.



Memang dari kecil saya suka mendengar musik karena tidak mempunyai sarana sehingga tidak tercapai mimpi saya. Tapi akhirnya sekarang, karena dukungan dari teman-teman serta para staf di kantor, akhirnya saya jadi penyanyi dan saya pun tidak pernah latihan menyanyi.



Apalagi kursus vokal, hanya saja setiap hari menonton Dangdut di TV, disanalah saya mengetahui teknik vokal dan mengevaluasi bagaimana menyanyi yang benar dari nada tempo, sampai pengaturan nafas serta teknik memenggal kata," tegas Ayah dengan Putra Tunggal bernama Gede Rai Ardian Machini Yasa, SH.MKn yang berprosesi sebagai Notaris yang menikah dengan Rai Irma Santini, SH sebagai PNS Kabupaten Badung itu.



Sedangkan di Laskar Bali, memang Rochineng mengawalinya dari anggota sekitar tahun 2000-an, karena sering aktif pada organisasi akhirnya dipercaya memegang Korlap Gunung Agung. "Dulunya karena saya senang berorganisasi dan terus aktif serta senang mencari teman yang banyak, sehingga saya diangkat akhirnya menjadi Sekjen," tegasnya sekaligus menyampaikan saat ini menjabat sebagai Penjabat Bupati (Pj) Gianyar.



"Sepertinya saya sedang melakukan napak tilas, sebab saya dulu pernah bekerja di daerah Payangan dan sekarang menjadi Penjabat Bupati di Gianyar. Saya berharap di Gianyar akan sukses untuk memimpin sebagai penjabat, sekalipun Gianyar relatif maju, tetapi dibalik majunya daerah tersebut pasti ada kantong-kantong kemiskinan, sehingga saya mau mempercepat pengentasan kemiskinan di Gianyar," ujar Kakek dengan 3 cucu ini, yakni Ni Putu Raysa Ayu Warmini Kirei (6 tahun), Made Kiandra Arka Dylan Machini (4 tahun) dan Ni Komang Rayna Lani Adriana (7 bulan).



Rochineng berambisi memajukan Gianyar, sebab data BPS Gianyar mempunyai angka kemiskinan cukup tinggi sebesar 4,06 persen. Guna mengurangi angka kemiskinan Rochineng akan terjun langsung ke lapangan dengan metode by name by addres, atau berdasarkan laporan akan datangi warga yang kurang mampu.



"Kemarin saja saya sudah mendapatkan 2 rumah dekat kota dengan jarak 5 kilometer dari kota, sudah mendapatkan orang miskin tak punya rumah sama sekali. Hnya menggunakan bedek beratapkan ilalang dan langsung minggu depannya saya kerjakan dengan staff saya dan dana saya ambil dari swadaya. Karena kalau menunggu dari Dinas Sosial Kabupaten Gianyar direncanakan pada bulan Oktober baru ada program bedah rumah, kan kasihan mereka harus menunggu lama. Sebab saya pernah merasakan bagaimana rasanya gak punya rumah dulu. Kalau bicara orang miskin pasti saya tanggapi. Sebab dulu saya pernah merasa miskin," tuturnya bersemangat. WP/r4

Senin, 12 Februari 2018

Erica Hestu Wahyuni, Pelukis Indonesia Bergaya Naif













Erica dengan salah satu lukisannya.

Seorang ibu yang sederhana dan ramah. Begitu kesan ketika menjumpainya di sanggar seninya di kawasan Nitiprayan, Kasihan, Yogyakarta. Erica Hestu Wahyuni, demikian nama lengkapnya, adalah seorang ibu dari tiga anak yang menekuni bakat seni lukis sekaligus hobinya itu, dan kini menjadi profesi yang bisa menghasilkan uang.
Yogjakarta ,Balikini.net - Keunikan karya lukisnya mengundang banyak perhatian para kolektor, museum seni maupun penggemar perorangan. Gaya lukisannya yang kekanak-kanakan, naif dengan warna-warni menyolok itulah yang membuat Erika menjadi pelukis dengan gaya seni tersendiri yang unik.
"Saya merasa ini kemampuan saya, saya tidak ke arah lukisan yang realis dan naturalis, meskipun hampir semua pelukis sebenarnya diwajibkan untuk mampu melukis gaya itu. Tapi saya cenderung untuk tidak meneruskan gaya itu, karena memang sejak kecil saya senang dan sering menjuarai lomba lukis anak-anak," tuturnya kepada Puspita Sariwati dari VOA.
Erica (kebaya biru) bersama suami (paling kiri) dan ketiga anak dan menantu laki-lakinya (paling kanan).
Erica (kebaya biru) bersama suami (paling kiri) dan ketiga anak dan menantu laki-lakinya (paling kanan).
Ketika ditanya mengenai apakah melukis itu bakat alam yang dimilikinya, Erica mengatakan, baginya yang penting menjadi manusia adalah berusaha keras, bukan hanya berbakat, tetapi bagaimana seseorang mengembangkan ketrampilan yang ia miliki. Kalau sudah berhasil, barulah bisa mengatakan kalau punya bakat, ujarnya. "Karena banyak orang yang berbakat, tetapi tidak berusaha, maka bakat itu tidak kelihatan," tambahnya.
Sebagai seorang pelukis yang juga seorang ibu, ia menceritakan pengalamannya sewaktu berpameran. Erica pernah mengamati anak-anak yang mengunjungi dan melihat lukisannya. "Ternyata anak-anak itu bisa bercerita tentang isi dan makna lukisan saya," ujarnya. Menurutnya itu keuntungan ganda buat dirinya. "Anak-anak senang, dia minta kepada ibunya, dan sebagian besar ibu mau membelikannya dan yang membayar bapaknya," katanya.
Erica yang lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu, juga pernah meneruskan belajar teknik melukis dan mencampur warna-warna cat di Rusia. Baginya, menjadi pelukis adalah freedom, bisa semaunya, tetapi kalau mampu memenuhi keinginan pelanggannya, itu merupakan nilai tambah bagi dirinya sebagai pelukis.
Kebebasan itu diterapkan sepulang Erica berpameran di Vietnam. Ia salah mengambil penerbangan pulang ke Indonesia, sehingga "terdampar" di sebuah kota kecil. Dalam kesendiriannya menunggu penerbangan selanjutnya, Erica melihat gunung-gunung dan pemandangan alam di daerah itu. Maka, ia langsung menggelar kanvasnya dan melukis di kamar hotelnya, apa yang ia lihat di tempat asing yang belum pernah ia singgahi karena salah pesawat tadi. Lukisan itu diberi judul, "Self Potrait" yang melukiskan dirinya memakai topi dan kacamata hitam, dengan latar belakang pemandangan, gunung, para petani dan ternak mereka.
Lukisan Erica yang diberi judul "Self Portrait".
Lukisan Erica yang diberi judul "Self Portrait".
Ketika VOA bertanya apakah sudah banyak kolektor dari luar negeri yang membeli lukisannya, Erica yang selalu melukis sambil menyalakan dupa harum itu mengatakan, lukisannya ada di tangan kolektor di Jerman, Perancis, Belanda, Amerika. Sekarang ini ia mendapat pesanan beberapa lukisan ukuran besar untuk hotel berbintang lima. Pemilik hotel itu tinggal di kawasan Beverly Hills, California, dan tidak ingin disebutkan namanya. Namun Erica bersedia memperlihatkan lukisan yang dipesan oleh pelanggannya itu, di antaranya, "Indonesian Harvesting," "Emperor Garden Palace" dan "Family Prosperity" yang berukuran 183 x 183 cm dengan akrilik.
Salah satu karya Erica "Indonesian Harvesting."
Salah satu karya Erica "Indonesian Harvesting."
Selain itu sebagai seorang pelukis yang aktif, Erica sering bekerjasama dengan sesama pelukis untuk mengadakan pameran di luar negeri, di antaranya di Thailand, Vietnam.
Erica yang merasa dirinya sebagai pelukis yang produktif itu, bisa melukis sekitar lima hingga tujuh lukisan besar dalam satu tahun. Lukisannya dijual dengan harga berkisar Rp. 30 - 400 juta.
Namun, Erica mengatakan, sebagian lukisannya tidak ia jual karena terkadang timbul rasa iri kepada orang yang membeli lukisannya. "Saya pikir aneh ya, mereka punya lukisan saya, beli dari saya, tetapi saya pelukisnya sendiri tidak memiliki lukisan hasil karya saya sendiri," ujarnya. Jadi ia menyimpan beberapa lukisan yang tidak dijual di sanggar seninya.
Sesuai dengan gaya lukisnya yang kekanak-kanakan, Erica yang pernah diundang ke Kanada itu, juga merasa bangga karena salah satu karya lukisnya dipajang di Musem Naif di Quebec, Kanada. [sub/voa/ ps]

Jumat, 01 September 2017

Polda Bali dan Kodam IX/Udayana Beri Penghargaan Kepada Personel Yang Berprestasi

Denpasar (balikini.net) - Polda Bali dan Kodam IX/Udayana memberikan penghargaan kepada personel TNI Polri yang berprestasi selama bertugas di kesatuan masing-masing, acara pemberian penghargaan tersebut diikuti oleh sekitar 500 orang anggota TNI Polri, pada Kamis (31/8) di halaman belakang Mapolda Bali.

Kapolda Bali, Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose didampingi Kasdam IX/Udayana, Brigjen TNI, Stephanus Tri Mulyono mengatakan, kegiatan penyerahan penghargaan kepada personel TNI Polri yang berprestasi adalah merupakan bentuk penghargaan dengan tujuan untuk memberikan motivasi kepada personel yang berprestasi dan juga bagi anggota yang lainnya untuk lebih giat berlatih dan mengasah kemampuan sesuai keahliannya masing-masing.

Kapolda Bali memberikan Tropi kepada Briptu I Putu Sukarya Yasa, anggota Brimobda Bali yang berhasil meraih dua medali ( Medali perak pada pertandingan Judo piala Polri kls 66 kg Putra, katagori Polri dan meraih Medali Emas beregu putra), kemudian kepada Bripda I Dewa Gde Wisnu Baruna Dit Sabara Polda Bali yang berhasil meraih tiga medali ( Medali Emas Judo kls 90 kg Putra dalam kategori Umum, Medali Emas Judo Kls 90 kg Putra Katagori Polri dan Medali Emas Judo beregu Putra) sertasekaligus menjadi atlit terbaik se Indonesia.

Sedangkan penghargaan kepada prajurit TNI diberikan kepada Serka Dewa Yadi Putu Suteja yang berasil meraih dua medali Emas perorangan ( Match 2 dan Match 3) dalam lomba tembak Piala Kasad. Kemudia untuk atlit pistol Putri yang mendapatkan juara 3 beregu di Match 1 atasnama, Serka (K) Lusi Ribut, Sertu (K) Siti Raodah Rauf dan Sertu (K) Kadek Nova dan untuk Atlet Pistol Putra yang meraih juara I  Match 3 atas nama, Serta Dewa Yadi Putu Suteja, Kopda Singgih dan Kopda Lasalihu.

Selain pemberian penghargaan kepada personel Polri yang meraih prestasi pada kejuaraan Judo dan beladiri Kapolri Cup, Kapolda juga memberikan penghargaan kepada  anggota Polri pada Pemilihan Polri Teladan tingkat Polda Bali. Dalam acara tersebut, Kapolda berharap, pemberian penghargaan ini dapat mendorong para personel TNI Polri untuk dapat berkontribusi positif kepada masyarakat. Sehingga ke depan, prajurit TNI Polri dapat lebih dekat dan dicintai masyarakat dan disamping itu kegiatan yang dilaksanakan ini adalah merupakan bentuk kegiatan sinergitas TNI Polri untuk mempersiapkan diri dalam berbagai kegiatan International kedepannya di wilayah Provinsi Bali, termasuk kegiatan IMF di Nusa Dua sehingga dengan adanya even turnamen itu dijadikan sebagai moment untuk meningkatkan kemampuan diri dalam latihan serta menambah keterampilan lainnya dihadapkan tugas pokok kedepannya. Tugas pokok TNI Polri sudah jelas sehingga jika TNI Polri bekerjasama dalam menjaga keutuhan NKRI maka tidak akan ada kelompok-kelompok Radikal yang akan mengganggu atau merubah Ideologi Pancasila.

Dipenghujung acara pemberian penghargaan kepada personel TNI Polri yang berprestasi ditampilkan atraksi Karate dari Polwan Polda Bali, hiburan oleh TNI dan Polri serta foto bersama. Hadir dalam acara tersebut antara lain Kapolda Bali, Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose, Kasdam IX/Udayana, Brigjen TNI, Stephanus Tri Mulyono, Waka Polda Bali, Brigjen Pol I Gede Alit Widana, Danrem 163/Wirasatya, Kolonel Arh. I Gede Widiyana, S.H., Dan Lanud Ngurah Rai, Dan Lanud Ngurah Rai, para pejabat Kodam IX/Udayana, para pejabat Utama Polda Bali, para Kapolres se-Bali, perwakilan anggota AL, AU dan Polda serta PNS Polda Bali. (Pendam IX/Udayana)

Rabu, 30 Agustus 2017

Delegasi NDC India Kunjungi Kodam IX/Udayana.

Denpasar (balikini.net) - Delegasi National Defence College (NDC) India mengunjungi Kodam IX/Udayana pada Rabu (30/8)  diterima oleh Pangdam IX/Udayana beserta para pejabat teras Kodam IX/Udayana di Ruang Sthana Yudha Makodam IX/Udayana.

Delegasi  NDC India setingkat LEMHANAS ini terdiri dari 3 perwakilan negara asing (India, Srilangka dan Egypt) dengan 16 orang personel dipimpin oleh pimpinan rombongan, Shri Abhay Tripathi, IAS AddI Secy dan SDS (CS), NDC, rombongan Delegasi  NDC  tiba di Makodam IX/Udayana pada pukul 08.45 wita  diawali dengan pemberian hormat berjajar oleh regu jaga Makodam IX/Udayana kepada pimpinan rombongan dan selanjutnya di sambut oleh para pejabat teras Kodam antara lain  Kasdam IX/Udayana, Brigjen TNI Stephanus Tri Mulyono, Irdam IX/Udayana, Danrem 163/Wira Satya, Asrendam, Para Asisten Kasdam, Staf Ahli, LO-AL, LO-AU dan para Kepala/Komandan Satuan Kodam IX/Udayana.

Selanjutnya Delegasi NDC India didaulat  memasuki Ruang Sthana Yudha diterima oleh Pangdam IX/Udayana dan pada kesempatan tersebut Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak, S.I.P. M.Sc., mengucapkan selamat datang dan terimakasih atas kunjungannya ke Kodam IX/Udayana. Pangdam berharap mudah-mudahan kegiatan seperti ini di samping sebagai sarana silaturahmi juga dapat dijadikan wahana pertukaran informasi  atas dasar persahabatan dan saling menghormati.

 Setelah memperkenalkan para pejabat teras Kodam IX/Udayana yang mendampinginya, Pangdam menyampaikan tugas pokok Kodam IX/Udayana yang mewilayahi tiga provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur adalah menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah darat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan Bali dan Nusa Tenggara.

Selanjutnya Pangdam menyampaikan,Indonesia dan India memiliki hubungan kerjasama diplomatik yang sangat baik dalam melangsungkan pembangunan ekonomi dan pertahanan masing-masing negara, maka dibutuhkan situasi yang kondusif. Salah satu peran strategis guna mendukung kelancaran pembangunan pertahanan tersebut adalah keberadaan Tentara Nasional di masing-masing negara. Untuk itu kunjungan semacam ini saya nilai sangat penting dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama antara Tentara Nasional Indonesia dengan Tentara Nasional India.

Melalui kunjungan resmi ini kita dapat bertukar informasi, saling memberi masukan atau semacam studi banding guna mengoptimalkan peran dan tugas   Tentara Nasional kedua negara. Jika Tentara Nasional di masing-masing negara dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik maka akan tercipta situasi yang kondusif antara Indonesia dan India khususnya, dan kawasan Asia pada umumnya. Demikian ujar Pangdam.

Pimpinan Delegasi NDC India juga mengucapkan terimakasih atas kesediaan Pangdam IX/Udayana beserta para pejabat teras Kodam IX/Udayana yang ditengah kesibukan bersedia menerima kunjungannya beserta rombongan sehingga sudah cukup banyak mendapatkan masukan tentang wilayah dan tugas pokok Kodam IX/Udayana.

Pada acara tersebut Delegasi NDC India juga diajak menyaksikan film, profil Kodam IX/Udayana dan dilajutkan dengan Tanya jawab terutama yang berkaitan dengan tantangan tugas yang dihadapi oleh Kodam IX/Udayana dan keberadaan kapal yang digunakan untuk menjaga keamanan wilayah laut yang menjadi tangungjawab Kodam IX/Udayana, serta tugas-tugas TNI dalam membantu Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang Undang yang berlaku.
Demikian acara kunjngan delegasi NDC India dapat berjalan dengan lancar dalam suasana kekeluargaan diakhiri dengan pertukaran cindramata dan foto bersama. (Pendam IX/Udayana).

Selasa, 29 Agustus 2017

Bank Naga Hadir dengan Logo dan Gedung Baru

Denpasar (balikini.net) - Bergerak di bidang jasa keuangan maka yang menjadi modal utama adalah kepercayaan dan kehati hatian. “Kepercayaan diperoleh melalui integritas serta komitmen untuk patuh pada ketentuan yang berlaku,” tegas Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Naga Putu Sudiatmaja yang ditemui saat persiapan grand opening logo dan Kantor Pusat Bank Naga yang baru di Batubulan Gianyar Bali Selasa (29/8) sore.  Grand opening hari ini menandai resminya Bank Naga beroperasi di gedung baru yang beralamat di Jalan Raya Batu Bulan No 36 Gianyar Bali . 

Upaya lainnya adalah dengan terus membenahi corporate culture, manajemen, strategi bisnis serta visi misi perusahaan. “Iklim usaha jasa keuangan berkembang pesat sehingga pembenahan terus menerus mutlak dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi,” jelas praktisi perbankan yang sudah cukup lama malang melintang di dunia perbankan Bali ini.
Pihaknya berharap kehadiran logo dan kantor baru Bank Naga akan memberikan semangat baru dalam memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat Bali. “Bukan hanya gedung dan logo yang baru, tapi jajaran direksi dan sebagian besar staf adalah wajah baru dengan semangat baru untuk memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat,” ujarnya. Ditambahkannya spirit baru dapat memberi nuansa yang berbeda dalam bisnis perbankan di Bali. “Kami hadir untuk bersama sama lembaga keuangan lainnya, membangun dan menumbuhkan perekonomian masyarakat Bali,” jelas Dirut Putu Sudiatmaja. Direksi Bank Naga optimis spirit tersebut akan menjadikan bank ini sebagai salah satu lembaga keuangan yang semakin dipercaya masyarakat. 

Sementara itu Komisaris Utama I Wayan Sumertha menambahkan bahwa Bank Naga yang menjadi salah satu unit bisnis UC Silver Grup telah berhasil membukukan aset Rp 40 Milyar dan modal lebih dari 7 Milyar. “Saat mengakuisisi BPR Dana Ayu Semesta tahun 2013 tercatat aset sebesar Rp 6 Milyar dan modal Rp 2,8 Milyar,” tegasnya. Pengembangan Bank Naga didukung penuh oleh UC Silver Grup yang bidang utamanya adalah eksporter perhiasan emas perak dan kini telah merambah bidang perhotelan, retail, distribusi bahan bakar dan perbankan. Dukungan ini ditunjukkan dengan membangun gedung baru yang representatif di kawasan strategis berdekatan dengan pusat perekonomian Kota Denpasar. “Dukungan ini menunjukkan bahwa UC Silver Grup berkomitmen untuk menjadikan Bank Naga sebagai salah satu bisnis intinya,” tegas I Wayan Sumertha.

Mengusung tagline “Menuju Kemakmuran Bersama” jajaran direksi Bank Naga berharap kehadirannya bisa memberi andil yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat. “Perekonomian yang didukung lembaga keuangan yang baik dan sehat akan dapat menumbuhkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Dirut Bank Naga Putu Suditmaja. 

Saat grand opening Direksi Bank Naga mengundang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Bali, Pengurus dan BPR anggota Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Bali dan Gianyar dan seluruh relasi UC Silver Grup beserta nasabah Bank Naga. (der/r5)

Sabtu, 23 Juli 2016

SENI LUKIS KLASIK BALI

gunarsa (balikini)
Balikini.Net -Kata 'klasik' dalam seni lukis klasik Bali, adalah salah satu usaha Nyoman Gunarsa yang sudah menjadi obsesinya bertahun-tahun semenjak menjadi Dosen di ISI Yogyakarta, karena pendidikan sejarah seni rupa Barat tentang seni klasik Yunani, Romawi sangat meyakinkan dirinya, bahwa di Bali seni klasik itu sudah ada pada abad XVI sebagai tandingan seni dari Timur (Oriental Art).   
Hal ini sudah dilakoninya bertahun-tahun mengadakan penelitian lewat study tour mahasiswa ISI Yogyakarta, dari tahun 1978 sampai menjelang pensiun, untuk mendirikan Museum Seni Lukis Klasik Bali di Klungkung 1989.   
Salah satu usaha Sang Maestro Nyoman Gunarsa untuk menaikkan derajat seni lukis tradisional Bali, yang sudah dicap turun-temurun oleh penulis-penulis asing. Lihatlah buku-buku tulisan Prof DR Anthony Forge dari ANU University Canberra atau buku 'Bali' oleh DR Goris, ataupun katalogus-katalogus asing lainnya dari Museum Colorado - USA, semua mengucapkan/menyebut kata tradisional.   
Menyikapi hal tersebut Sang Maestro Nyoman Gunarsa yang juga sebagai mantan Dosen ISI Yogyakarta, membentuk Yayasan Seni Lukis Klasik Bali bersamaan dengan museumnya dengan koleksi-koleksi yang berasal dari berbagai daerah/kabupaten se-Bali tahun 1989, dan tahun 1994 telah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof DR Ing Wardiman Djoyonegoro.   
Sejak itu pelan-pelan nama tradisi yang menyelimuti seni lukis yang disebut tradisional itu dihapus karena memiliki dasar filosofi, estetika, etika, magic, palelintangan, uku, dan sebagainya, dibersihkan dari persepsi tradisional ke klasik yang artinya suatu mahakarya yang telah diciptakan oleh para tokoh-tokoh kritis Bali pada masa zaman keemasan itu dengan dasar filosofi, yang dalam bentuk dan teknik yang tinggi, karena memakai aturan-aturan/pola-pola, bentuk-bentuk simbol yang khas menjadikan kita wajib mengagungkan karya tersebut sebagai karya seni klasik Bali.
   
Dulu kala pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong sewaktu Bali mencapai zaman keemasannya semua berpusat di Swecapura Gelgel dan sekitarnya, seperti seni tari, seni tabuh, seni ukir, sastra, seni patung, seni arsitektur, termasuk seni lukis klasik Bali yang kini kita warisi dan masih bisa kita saksikan di Desa Kamasan Gelgel. Semua hasil-hasil kesenian pada zaman keemasan Bali pada waktu itu tidak lain fungsinya adalah untuk sarana mengagungkan Agama Hindu Bali (baca Siwa Budha).    
Terjadinya masa keemasan seni budaya Hindu Bali tersebut, karena adanya hubungan Majapahit dengan Swecapura Gelgel terputus, karena adanya Perang Paregreg di Majapahit, dan semakin kuatnya perkembangan Agama Islam di Jawa. Keterpurukan tersebut menjadikan Bali mandiri di dalam segala hal termasuk karya cipta seni lukis klasik Bali. Semua nilai-nilai filosofi dan teknik mengacu kepada nilai-nilai filosofi Agama Hindu. Salah seorang tokoh pada zaman itu bernama I Gede Modara, adalah maestronya seni lukis klasik Bali yang masih bisa kita saksikan karyanya di Nyoman Gunarsa Museum (NGM), yang menurunkan cantrik-cantrik sampai sekarang di Kamasan.    
Di Desa Kerambitan pada masa terakhir setelah I Gusti Agung Maruti memberontak dan menjadi raja di Gelgel, lahir seni lukis klasik Bali gaya Kerambitan, Tabanan dengan tokoh-tokohnya I Gusti Wayan Kopang dan I Macong. Beberapa karya-karyanya masih bisa kita saksikan di Museum NGM ataupun Puri Kerambitan. Kita sebut seni lukis klasik Bali gaya Kerambitan tersebut, karena tidak jauh beda dengan seni lukis yang berkembang di Kamasan dengan berbagai aturan-aturan filosofis dengan teknik yang ketat.    
Di Singaraja juga muncul seni lukis klasik Bali yang serupa dengan Kamasan pada abad setelah jatuhnya Gelgel di tangan I Gusti Agung Maruti dengan gaya Buleleng yang sangat dekat dengan ukiran-ukiran relief pada pemedal candi-candi di Bali Utara, lebih dinamis dengan patra-patranya lebih bebas namun tetap mengacu pada nilai-nilai klasik seperti di Kamasan. Salah seorang tokohnya adalah I Ketut Gde abad XIX, contohnya masih bisa kita saksikan di Museum NGM berupa ider-ider kuno. Demikian juga di Batuan ada berkembang seni lukis klasik Bali memakai aturan-aturan klasik seperti Kamasan, hal ini bisa dibuktikan keberadaannya koleksinya di Museum NGM.   
Dari paparan-paparan tersebut di atas, Sang Maestro meyakinkan dunia, bahwa di Bali telah lahir Mashab Seni Lukis Klasik Bali di seluruh kepulauan, yang puncaknya pada abad XVI sewaktu pemerintahan Dalem Waturenggong. Pada masa Raja-Raja Bali Kuno sewaktu pemerintahan berpusat di Bedahulu, seni rupa di Bali tidak jauh beda dengan seni rupa zaman Daha, Kediri, Singosari, ataupun Majapahit, karena ada hubungan yang begitu kental Raja-Raja Bali dengan Raja-Raja Jawa Timur. Sebagai langkah yang lebih konkret tentang pernyataan seni lukis klasik Bali, Maestro Nyoman Gunarsa mengadakan Festival Internasional Seni Lukis Klasik Bali yang diikuti tidak kurang dari tujuh negara adidaya dunia ikut terlibat antara lain Australia, Switzerland, Perancis, German, Amerika, Belanda dan Indonesia, baik dari Bali, Yogyakarta dan Jakarta, di Museum NGM.   
Dari situ nampak jelas kebenaran akan arti pernyataan dan argumentasi Nyoman Gunarsa tentang seni lukis klasik Bali memang ada, dan kata 'klasik' tersebut merupakan sebutan untuk menamai karya-karya yang berkelas karena memiliki dasar filosofi, dan teknik yang khas dimiliki Bali dan hanya berkembang di Pulau Bali saja. Berbagai komentar dari para ahli seni dan sejarah dapat kita baca komentarnya tentang kata 'klasik' untuk menamai seni lukis klasik Bali antara lain:
1. Prof DR AA Wirawan
Saudara-saudara dari Kamasan jangan merasa bangga dengan diberikan predikat 'Seni Lukis      Klasik Kamasan Bali' oleh pemerintah, harus diingat bahwa kata 'klasik' itu adalah usaha Nyoman Gunarsa untuk menaikkan derajat yang semua sering disebut seni lukis tradisional Kamasan oleh penulis-penulis asing.
2. Prof DR I Made Bandem MA
Dilihat dari isinya, Nyoman Gunarsa Museum ini memiliki koleksi seni lukis klasik Bali yang amat tinggi mutunya, menampilkan gaya (isi dan bentuk) seni lukis yang sangat khas. Keunikan dari koleksi ini adalah dipajangnya berpuluh-puluh lukisan klasik gaya Bali yang dikumpulkan dari seluruh dunia yang pada umumnya mengambil tema dari Epos Ramayana, Mahabharata, Roman Panji (Malat), Wiracarita Tantri, Ceritera Calonarang, dan Rerajahan dengan tema 'blac-magic'. Meminjam tipologi dari Prof Anthony Forge yang ditulis dalam bukunya yang bertajuk 'Balinese Traditional Paintings' bahwa lukisan-lukisan tradisional itu digolongkan menjadi lukisan tabing, langse, ider-ider, langit-langit, kober dan lelontek. Nyoman Gunarsa sangat cerdas untuk merintis dan menambahkan kata sifat 'klasik' pada lukisan-lukisan Bali yang diciptakan pada abad pertengahan tersebut menjadi 'Seni Lukis Klasik Bali'.
3. Prof Emeritus Peter Worsley
Layak disebut juga sebagai satu set boneka wayang dari Gelgel. Dari istana Sueca Pura di Gelgel, koleksi ini memuat sebanyak 300 boneka, yang dipahat dan dilukis dengan baik dan diberi sentuhan emas, digunakan untuk pertunjukan Mahabharata dan Ramayana. Akhirnya terdapat sebilah keris yang dibuat secara luar biasa dari Julah di Buleleng, satu lagi dari Singaraja dengan bilah yang dibuat antara 1908 dan 1920 di mana terdapat mahkota Wilhelmina sebagai bagian dari insignia dari pemerintah kolonial Belanda. Terdapat 'kris' yang lain dari Kusumba dan Sampalan di Klungkung, dan ada pula dari istana kerajaan di Gelgel, Karangasem, Singaraja. Variasi dan kualitas karya yang ditampilkan, sebaran budayanya dari seluruh Bali dan kedalaman historisnya memberikan koleksi di Museum Lukisan Bali Klasik Nyoman Gunarsa sebuah nilai penting nasional dan internasional dan membuatnya cocok untuk dipertimbangkan dalam daftar warisan dunia.    
Kini salah satu dari seni lukis klasik Bali itu terutama yang berasal dari Kamasan, telah diakui pemerintah sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Dengan demikian usaha Sang Maestro untuk mengangkat derajat seni lukis klasik Bali menjadi terbukti, dan dunia secara otomatis telah mengakuinya. Demikian juga seni tari Bali dengan gaya dan gerakan tangan, kaki, badan dan mata yang dinamis diiringi suara gamelan yang dinamis pula, telah diakui oleh Lembaga Badan Pelestarian Dunia 'UNESCO' sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda.
   
Lahirnya seni tari Bali tersebut bersamaan dengan seni lukis klasik Bali, seni patung dengan gerak tariannya, arsitektur dengan Asta Kosala Kosalinya, seni sastra dengan kekawin Arjuna Wiwaha, Ramayana, Mahabharata, dan lain-lain, adalah merupakan puncak-puncaknya seni budaya Bali pada abad XVI itu pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong. Kini koleksi Museum Seni Lukis Klasik Bali 'Nyoman Gunarsa Museum' menjadi bukti dalam sejarah seni rupa Bali, sebagai satu-satunya peninggalan yang amat penting sebagai sumber penelitian dunia dan patut diperjuangkan sebagai kandidat Warisan Budaya Dunia. (vivi/r7)
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved