-->

Kamis, 18 Januari 2018

Maraknya Serangan Desti di Bali

Maraknya Serangan Desti di Bali

[foto / wisatawan di ramal ]
Maraknya Serangan Desti di Bali
Sebagai Ajang Pelampias Iri Hati dan Kebencian
Laporan : Suamba


Kematian akibat serangan desti banyak terjadi di Bali karena lalu lintas desti hampir tiap detik terjadi, bahkan lebih marak dari santet di Jawa. Bagaimana bentuk desti tersebut?

Penyakit akibat serangan desti memang masih marak terjadi. Lalu lintas peredarannya hampir tiap hari. Mungkin tiap detik, ada saja orang yang mengaku terkena serangan desti. Banyak penyakit didomplengi bahkan diawali oleh serangan desti, tetapi tidak jelas siapa dan dimana pelakunya apalagi orang yang memproduksi penyakit tersebut. Hanya saja dukun kerap memberi isyarat bahwa orang yang menyerang dengan desti adalah masih kerabat dekat.
Perseteruan antar dukun yang mengobati dengan dukun pembuat desti hampir tiap hari terjadi, bahkan tiap detik. Tak terelakkan, perang malam pun hampir tiap hari terjadi, mirip seperti perang santet di Jawa, tetapi tidak terpublikasi secara luas. Hanya kalangan penekun ilmu gaib dan  para psikolog inilah yang mahfum terhadap perang gaib yang terjadi di Bali.
Desti mirip dengan santet di Jawa. Desti digunakan untuk tujuan menyakiti bagian tubuh hingga pikiran manusia. Menurut Prof. Dr. Ngurah Nala, M.P.H, desti adalah suatu kekuatan gaib yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit. Uniknya, beberapa penyakit yang didiagnosa secara medis seperti jantung, kanker, stroke, hepatitis dan lain-lain, juga banyak diakibatkan oleh desti.
Tokoh spiritual Yudhi Suryawan berpendapat, serangan desti akan merasuk ke dalam darah kemudian menjadi endapan dan gumpalan darah, lalu menjadi penyakit tertentu yang tampak secara medis. Tetapi juga muncul dalam bentuk penyakit aneh yang tidak bisa terdeteksi secara medis.
Kata Ngurah Nala, desti biasanya memanfaatkan sarana atau benda-benda dari orang yang akan disakiti seperti rambut, kuku, tanah bekas injakan kaki, pakaian atau perhiasan. Intinya adalah benda-benda yang pernah dialirkan energi oleh seseorang yang akan disakiti. Sebagai mediator adalah angin, telur, air, kertas, permata, hingga keris yang dirajah atau diberi gambar magis sesuai penyakit yang dikehendaki si pengirimnya. Dengan mantra-mantra, benda-benda tersebut dikirim dari jarak jauh.
Contohnya, rambut orang yang akan disakiti dibungkus dengan kain yang telah dirajah, kemudian dibakar. Dengan kekuatan mantra-mantra benda-benda tersebut diubah menjadi inmaterial atau energi lalu dikirim ke orang yang dituju. Selang beberapa waktu, orang yang dituju akan jatuh sakit. Bisa berawal dari sakit ringan kemudian makin hari makin parah, atau langsung sakit keras seperti stroke, perut melilit-lilit, dan gila. Tidak akan diketahui apa dan siapa yang menyebabkan dia sakit, hanya dukun atau balian yang bisa memproteksi sekaligus memusnahkan penyakit tersebut sehingga si sakit menjadi sembuh.
Cara lainnya adalah dengan merajah nama orang yang akan disakiti di telur ayam. Telur diikat dengan benang merah, kemudian dibungkus dengan kain, lalu ditanam di areal yang sering dilalui oleh orang yang akan disakiti. Jika benda itu dilangkahi atau diinjak, ibarat ranjau, ia akan meledak dan menyakiti. Desti ibarat rimut control, ia hanya berfungsi pada TV tertentu, bukan TV lain. Ia akan menyasar orang yang sudah menjadi targetnya, karena namanya sudah disebutkan dalam mantra-mantra atau rajah yang ditulis di medianya.
Bila memakai air sebagai media penyalur desti, air harus ditaruh di tempurung kelapa dan di atasnya diberi sehelai daun ilalang muda. Daun ditekuk sampai sebagian ujungnya berada di atas air dan pangkalnya berada di atas tempurung. Sesaji dihaturkan di dekat tempurung dan diberi asap kemenyan. Dengan melafalkan mantra-mantra tertentu, sang dukun membayangkan wajah orang yang akan disakiti muncul di air dalam tempurung. Ketika wajah itu sudah tervisualisasi, sang dukun menikam bayangan itu. Dengan demikian, orang yang menjadi target akan jatuh sakit.
Ritual untuk menyakiti dengan desti biasanya dilakukan saat tengah malam karena pada saat itu,  saudara batin meninggalkan badan sehingga lebih mudah dimasuki kekuatan lain.

Desti Sata Wiring
Salah satu jenis desti berbahaya, menurut Yudhi, adalah desti sata wiring. Desti ini memakai sarana tulang paha ayam biying (merah). Sarana ini diberi rajah dan mantra, kemudian ditanam di areal yang akan dilalui oleh orang yang dituju. Bila sarana dilangkahi, orang yang dijutu akan merasa panas di celah pori-pori telapak kaki. Selang satu bulan, barulah desti ini kembali bekerja menyerang organ tubuh mulai kaki, ulu hati, jantung sampai otak. Setelah otak dikuasai, berulah efeknya terasa maksimal seperti tubuh lemah, letih dan terus bergetar. Bila terlambat menangani, desti berkahir dengan penyakit lumpuh atau stroke.
Kekuatan desti sata wiring ini bisa berpindah pada orang yang hendak mengobati jika dukun tidak memiliki pengetahuan cukup. Serangan baliknya terasa seperti sengatan listrik tegangan tinggi. Namun sebetulnya cara penangannya sangat mudah, hanya dengan bawang tanpa siung (bawang nunggal)  yang diusapkan di pusar, ubun-ubun, tengkuk, dan kaki bagian bawah, ketika kaki terasa panas saat pertama menginjak sarana desti sata wiring.[BL/r5]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved