-->

Senin, 07 Oktober 2019

Unggul dalam Kompetensi dan Spiritualitas, Sarjana Teknik Unhi Tidak Ada yang Nganggur

Unggul dalam Kompetensi dan Spiritualitas,  Sarjana Teknik Unhi Tidak Ada yang Nganggur

DENPASAR, BaliKini.Net - Wakil Rektor III Universitas Hindu Indoinesia (Unhi) Denpasar, Dr. Ir. I Wayan Muka, MT., di sela menghadiri Yudisium Periode II Fakultas Teknik Unhi mengatakan, lulusan Teknik Sipil dan Perencanaan Wilayah Kota Unhi bisa bersaing tidak hanya dari sisi kemampuan akademisnya, tetapi sikap, emosional, dan spiritual. 
Sehingga belum pernah ia mendengar jebolan kampus yang beralamat di Jalan Sanggalangit, Penatih, Dentim itu menganggur alias tidak mendapat pekerjaan. Ratusan alumnus FT Unhi telah berkontribusi bagi pembangunan baik sebagai abdi Negara (PNS), wirausaha dan karyawan swasta sesuai bidang keilmuannya.
Selain itu, para mahasiswa selama menempuh pendidikan juga telah dibekali keterampilan praktik metode pelaksanaan proyek, pelatihan program di bidang keteniksipilan seperti mengaplikasikan sebuah rekayasa konstruksi di lapangan dengan metode-metode yang sifatnya berbasis komputer.
Sementara, Dekan FT Unhi I Komang Gede Santhyasa, ST., MT., menjelaskan rata-rata masa tunggu lulusan untuk bekerja paling lama dua bulan. Bahkan, belakangan ini hampir tidak ada masa tunggu karena kecenderungan mahasiswa Fakultas Teknik ketika masuk di Semester V itu sudah mulai sambil bekerja, ada yang full time dan ada pula yang freelance," kata Santhyasa di sela yudisium yang berlangsung di Inna Bali Heritage Hotel, Senin (6/10) kemarin.
FT Unhi, kata dia, berkomitmen tidak ingin menambah jumlah pengangguran terdidik di Pulau Dewata, sehingga lulusannya telah dibekali berbagai ilmu dan keterampilan yang menjadikan mereka siap bersaing di pasar kerja.

Oleh karena sebagian besar lulusan sudah bekerja, lanjut Santhyasa, maka peserta didik di Unhi Denpasar tidaklah berkontribusi menambah pengangguran.
"Kalaupun diantara lulusan ini ketika ada yang ditanya mengatakan 'belum bekerja' pasti dikarenakan 'resign' dari tempat bekerja karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Barangkali mereka mengusung istilah skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai," ujarnya.
Mengutip data dari Kemenristekdikti, lanjut Santhyasa, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah sarjana namun sedikit yang langsung diterima bekerja. Sekitar 8,8 persen dari total 7 juta pengangguran di Indonesia (sekitar 600 ribu) merupakan sarjana yang menganggur pasca lulus.


"Mengenai prospektif lulusan fakultas teknik sendiri, kita perlu mencoba melihat agenda pembangunan global, nasional, dan daerah (Bali). Saat ini kita berada pada fase agenda global yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam SDGs paling tidak ada 3 'goals' yang sangat terkait dengan bidang ilmu teknik sipil dan perencanaan wilayah kota (PWK) yakni pembangunan infrastruktur yang berketahanan, pengurangan kesenjangan antarwilayah dan pembangunan kota-permukiman yang berkelanjutan," katanya.


Dari agenda global ini, belakangan ini Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memfokuskan pembangunan infrastruktur sebagai implementasi dari Nawacita yang salah satunya membangun Indonesia dari pinggiran.


Dalam konteks ini, difokuskan pada 35 wilayah pengembangan strategis (WPS) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke termasuk di dalamnya Bali dan wilayah Indonesia Timur. Dari sektor jalan, sektor perumahan, sektor cipta karya, dan sektor sumber daya air.[r7]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved