-->

Rabu, 22 April 2020

Puluhan Makhluk Menakutkan Yang Dipercaya Masyarakat Bali Masih Ada Hingga Kini

Puluhan Makhluk Menakutkan Yang Dipercaya Masyarakat Bali Masih Ada Hingga Kini

Bali Kini  - Jro Mangku Suardana (45), salah seorang Pemangku (Pemimpin Persembahyangan Umat Hindu) di Pura Dangkahyangan Rambutsiwi, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, yang juga aktif sebagai Anggota Sabha Walaka PHDI Kabupaten Jembrana memang sejak masa mudanya terlihat telah senang dengan kehidupan sepiritual, hingga ia telah beberapa kali rampung dalam penyusunan buku-buku keagamaan (khusus Hindu) seperti Buku Puja Pengastawa (Piodalan & Kramaning Sembah) juga menulis Buku Tatwa Liak (Hakekat Lingga Aksara) yang memuat kontroversi pelurusan sejarah tentang ajaran Liak di Bali yang sejatinya adalah ajaran tingkat sempurna yakni warisan adiluhung dari leluhur Hindu di Bali bahkan ajaran ini adalah sebagai salah satu tuntunan dalam mencapai tingkatan Moksa yang merupakan tujuan akhir dari agama Hindu, akan tetapi selama ini selalu dikambinghitamkan (dipropaganda) hanya pada ranah kejahatan.

Menurutnya, banyak sekali hal-hal mistis dan menyeramkan di Bali, baik itu makhluk jelmaan (jejadian) atapun yang bersumber dari Alam Gaib (Niskala).

"Dari penelusuran sepiritual.yang saya lakukan, ada sekira 21 makhluk menakutkan yang hingga kini dipercaya masih ada", jelas Jro Mangku Suar.

Pria yang juga masih aktif sebagai seorang anggota TNI yang aktif sejak tahun 1997 dan hingga kini masih berdinas di Korem 163/Wirasatya ini, Rabu (22/4) memaparkan, 21 makhluk-makhluk menakutkan itu, diantaranya :

Pertama, Liak. Kata liak pasti sudah tak asing lagi di telinga orang Bali. Praktisi penyalahguna ajaran Liak bisa merubah wujudnya menjadi hantu jejadian, dimana proses perubahannya disebut dengan Ngelekas. Ilmu pengeliakan ini bisa dipelajari dari berbagai lontar semisal Lontar Cambra Berag, Lontar Durga Bhairawi, Lontar Ratuning Kawisesan, Lontar Tanting Emas, dan lontar lainnya. Ada berbagai macam jenis Liak yang dikenal yaitu Liak Barak, Liak Sari, Liak Siwa Klakah, Liak Bunga, maupun Liak Pamaron. Dari semua jenis makhluk yang bersumber dari ajaran Liak, yang paling tinggi tingkatannya adalah Liak Siwa Klakah dikarenakan dari ketujuh Cakra akan mengeluarkan cahaya. Untuk memperoleh ilmu pengeliakan ini ada beberapa cara yang ditempuh yaitu Liak yang didapat dari Anugerah dikarenakan melakukan suatu Tapa. Selain itu ada juga yang diperoleh dengan cara belajar dari Lontar, membeli Pekakas ke Dukun, ataupun diperoleh melalui Keturunan. Banyak orang percaya saat seseorang yang bisa ngeliak ketika meninggal, ilmunya bisa terbang ke orang yang menungguinya saat sebelum meninggal tersebut.

Kedua, Rangda. Rangda ini dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Dhurga yang memiliki manifestasi sebagai pemusnah atau pelebur.

Ketiga, Rarung. Dalam lakon Calonarang, Rarung juga biasa disebut sebagai antek-antek dari Rangda. Dalam Calonarang, Rarung merupakan murid dari Walu Nateng Dirah. Tak seperti Rangda yang disebutkan sebagai Janda, ararung digambarkan sebagai sosok yang lebih cantik dan lebih muda daripada Rangda.

Keempat, Celuluk
Celuluk atau ada yang menyebut Pang Pang juga biasa disebut dengan Liak Gundul. Hantu jenis ini merupakan hantu jadi-jadian dengan wujud yang sangat menyeramkan. Ia memiliki rambut yang lebat dan botak pada bagian atas, payudaranya besar, bertaring, dengan mata mebelalak. Dalam pementasan Calonarang, Celuluk ini disebut sebagai antek-antek dari Rangda.

Kelima, Basang-Basang. Basang dalam kamus bahasa Bali artinya Perut yang dalam hal ini bermakna Usus. Basang-Basang merupakan makhluk yang hanya terdiri atas Usus saja.

Keenam, Bake. Ini merupakan makhluk yang mirip seperti manusia dengan tubuh hitam besar. Tinggal di semak-semak dan keluar saat malam hari.

Ketujuh, Memedi. Dalam kehidupan masyarakat Bali, dikenal dengan istilah engkebang Memedi. Engkebang Memedi berarti disembunyikan oleh Memedi. Memedi merupakan makhluk halus yang dipercayai di Bali, dimana memedi ini akan mendiami semak-semak, pepohonan, ataupun batu besar. Makhluk gaib ini senang bermain dengan anak-anak dimana anak tersebut akan disembunyikannya sehingga tidak akan ditemukan. Untuk menemukan seorang anak yang disembunyikan atau engkebang memedi biasanya warga secara beramai-ramai akan menabuh alat musik sehingga anak yang disembunyikan akan dikembalikan.
Makhluk ini juga berambut merah seperti api, kulit menyala merah.

Kedelaan, Lawean. Makhluk ini memiliki wujud badan manusia. Akan tetapi tak memiliki lengan, tungkai, maupun, kepala. 
Biasanya muncul saat malam dan tinggal di semak belukar.

Kesembulan, Tonya. Tonya sering dianggap sebagai penunggu sungai atau pohon besar seperti beringin, bunut, kepuh, rangdu dan sejenisnya. Makhluk ini jarang berkeliaran dan saat pergi tak pernah jauh dari pohon tempatnya tinggal.

Kesepuluh, Kemangmang. Kemangmang atau ada yang menyebut Kumangmang, merupakan makhluk halus yang hanya terdiri dari kepala saja dengan rambut menyala.
Ia tak memiliki badan, tangan, maupun kaki. Bentuk kepalanya pun bolong seperti kelapa yang digigit tupai. Makhluk ini suka mengganggu sesorang yang memiliki hasil panen. Ia tinggal di tegalan dan di semak-semak dan berjalan dengan cara menggelinding.

Kesebelas, Gregek Tunggek. Hantu ini suka tinggal di tempat yang sepi dengan wujud menyerupai Kuntilanak atau Sundel Bolong.
Makhluk ini suka bermain dengan anak-anak di malam hari. Tinggal di semak belukar, dekat danau, air terjun, sumur, payau, kuburan dan muncul di malam hari.

Kedua Belas, Bakis Botong. Ia menampakkan diri dengan wujud manusia kerdil atau kate, berkepala gundul, dan berkulit putih pucat.
Suka tinggal di rumah kosong tanpa penghuni.

Ketuga Belas, Tangan-Tangan. Tangan-Tangan merupakan makhluk yang hanya berupa tangan saja. Tinggal di semak-semak maupun tempat kosong. Saat malam, Tangan-Tangan ini terbang di udara.

Keempat Belas. Wong Samar. Wong samar mirip dengan manusia hanya saja tanpa lekukan pada bibir atas. Sebagaimana manusia, Wong Samat ini juga memiliki keluarga hidup layaknya manusia namun tidak dapat dilihat oleh manusia awam. Apabila berkehendak, ia bisa terlihat oleh manusia.

Kelima Belas. Gamang
Seperti halnya Tonya, Gamang juga disebut tinggal di sungai atau kali. Jika Tonya hidup berkelompok, maka gamang hidup menyendiri dan terpisah. Gamang ini merupakan jenis makhluk halus yang fisiknya buruk, kotor, rambut panjang tergerai tak terurus.

Keenam Belas, Papengkah. Makhluk ini memiliki perut buncit dan gendut, seperti manusia. Biasa muncul siang maupun malam hari dan tinggal di sembarang tempat.

Ketujuh Belas, Anja-Anja. Ini merupakan makhluk berkaki empat dan berkepala seperti raksasa. Matanya melotot besar dengan mulut lebar bertaring panjang dan berambut terurai.

Kedelapan Belas, Brerong.
Brerong merupakan Tuyul versi Bali, walaupun tak sama dengan Tuyul namun memiliki tugas yang hampir mirip dengan tuyul. Makhluk ini biasanya dipelihara oleh seorang majikan dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan dengan jalan mencuri uang secara gaib. Seseorang yang memelihara Brerong biasanya akan menyiapkan tumbal yang paling sadis tumbalnya berupa manusia. Selain itu sang majikan juga harus membuatkan sesajen yang lengkap dan ada perjanjian tertentu yang harus dipenuhi dan dilaksanakan. Jika janji tersebut dilanggar bisa membahayakan si majikan yang bisa saja berujung pada kematian.

Kesembilan Belas, Katugtug. Makhluk yang hanya berupa kaki dari lutut ke bawah. Injakannya berbunyi Tug Tug Tug. Menyukai rumah kosong dan keluar saat malam hari.

Kedua Puluh, Enjek Pupu. Mahkluk ini terdiri atas paha sampai kaki tanpa badan. Bunyi injakan kakinya membuat bulu kuduk merinding karena halus dan berirama. Suka pada tempat yang kosong, keluar malam hari dan suka mengitari pekarangan rumah.

Kedua Puluh Satu, Jerangkong.
Makhluk ini hanya terdiri atas rangka yang bergerak-gerak dan tinggal di rumah kosong.

"Sejatinya bukan hanya sebatas itu, masih banyak makhluk tak kasap mata dan menakutkan yang ada di alam semesta ini, seperti Kasa yaitu kain kafan putih yang melayang-layang di tempat sepi atau angker dan bisa melilit korbannya hingga meninggal. Sayangnya kita terbatas dengan indera yang kita miliki untuk mengetahui keberadaan mereka semua", tutup Jro Mangku Suar. (r1)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved