BaliKini , Tabanan – Pura Yeh Gangga menurut berbagai Purana sebagai keberadaan Sungai Gangga yang disuci umat hindu di belahan dunia termasuk umat Hindu di Pulau Bali ini , selain itu juga diyakini sebagai sungai Gangga juga ada di alam Swarga atau sorga .
Maka tidaklah berlebihan Umant Hindu di seluruh dunia sangat meyakini bahwa kesucian Sungai Gangga yang ada di sorga itu dapat dimohon agar turun untuk menyucikan umat secara individual maupun secara bersama-sama.
Nampaknya keberadaan Pura Yeh Gangga di Desa Perean Kecamatan Baturiti, Tabanan itu didirikan sebagai sarana sakral untuk memohon turunnya kesucian spiritual Sungai Gangga yang ada di sorga itu. Keberadaan Pura Yeh Gangga ini berdasarkan adanya peninggalan pada abad ke-11 Masehi pura ini dibangun saat itu Bali dipimpin oleh Raja Swami, istri yaitu Raja Udayana dan permaisurinya Mahendaradatta. Raja Udayana menganut paham Buddha Mahayana, sedangkan permaisurinya menganut ajaran Siwa. Sangatlah tepat kalau bangunan suci Meru tersebut sebagai media untuk mengharmoniskan antara paham Siwaistik dengan Buddhisme. Di pura tersebut juga diketemukan Lingga sebagai sarana sakral untuk memuja Tuhan sebagai Siwa Parwati.
Pura Yeh Gangga hingga saat ini sangat diyakini sebagai media sakral untuk memohon tirtha atau air suci bagi masyarakat Hindu di Bali . Karena palinggih yang ada di Pura Yeh Gangga itu menghadap ke semua penjuru. Dari keberadaan pelinggih seperti itu sangat kuat kemungkinannya bahwa Pura Yeh Gangga itu sebagai pusat nunas tirtha bagi umat Hindu dari seluruh Bali.
Hal ini terjadi karena saat itu nampaknya belum banyak ada pandita yang mampu menciptakan tirtha suci dengan menggunakan Puja Sapta Gangga tersebut di atas. Sedangkan pengaruh Hindu dari India sudah demikian kuatnya saat itu di Bali.
Terbukti dari prasasti yang diketemukan di Pura Yeh Gangga itu menggunakan bahasa Sansekerta. Keyakinan pada kesucian spiritual pendirian Pura Yeh Gangga itu sebagai sarana untuk mewujudkan keyakinan pada kesucian Sungai Gangga sebagai ciptaan Tuhan. Pemujaan Tuhan sebagai pencipta kesucian Sungai Gangga di sorga itu diselenggarakan dengan berbagai ritual sakral di Pura Yeh Gangga.
Keberadaan Sungai Gangga di India pun didapatkan dalam berbagai Purana di Itihasa yang diuraikan lewat ceritra keagamaan yang sangat menarik dan dengan ceritra yang memiliki banyak versi sesuai dengan Itihasa dan Purana masing-masing. Dalam Bhagawata Purana, Vayu Purana, Markandeya Purana dan juga dalam Mahabharata dan Ramayana ada diceritrakan tentang turunnya Sungai Gangga di India dari sorga melalui Gunung Himalaya.
Dalam Kitab Bhagawata Purana turunnya Sungai Gangga di India dari sorga diceritrakan sbb: Ada seorang raja bernama Raja Sagara memiliki dua orang istri bernama Kesini dan Sumati. Sumati memiliki 60.000 orang putra. Sedangkan Kesini hanya seorang saja. Suatu saat Raja Sagara mengadakan upacra Aswameda Yadnya atau upacara korban kuda. Kuda persembahan Raja Sagara itu disembunyikan oleh Dewa Indra. Seluruh putra Raja Sagara ditugaskan untuk mencari kuda persembahan yang hilang itu.
Putra-putra Raja Sagara mencari kuda tersebut ke mana-mana. Kuda tersebut diketemukan di dekat pertapaan Resi Kapila. Putra-putra Raja Sagara menduga Resi Kapila itulah yang menyembunyikan kuda persembahan tersebut. Pertapaan Resi Kapila dirusak oleh putra-putra Raja Sagara. Resi Kapila sendiri pun disiksanya. Karena perbuatan yang keterlaluan itu menyebabkan Resi Kapila menjadi bangkit dari pertapaannya.
Resi Kapila pun marah dan dari sorot matanya mengeluarkan api terus membakar habis hingga jadi abu seluruh putra Raja Sagara dari Sumati. Putra Raja dari Kesini bernama Asamanja masih hidup dan juga sudah berputra bernama Amsumana. Cucu Raja Sagara inilah yang mendapatkan tugas untuk mencari pamannya yang lama menghilang mencari kuda persembahan. Amsumana akhirnya bertemu dengan pamannya yang sudah menjadi abu di pertapaan Resi Kapila.
Amsumana memohon maaf atas kesalahan pamannya yang telah menghina Resi Kapila. Resi Kapila memaafkan dan memberikan baha pamannya yang banyak itu akan terbebas dari neraka setelah keturunannya kelak dapat bertapa untuk menurunkan Sungai Gangga yang ada di sorga. Tapa brata itu pun dimulai oleh Amsumana.
Begitu sakralnya Pura Yeh Gangga Bagaikan alam Swarga sehingga menjadi kan pura ini sebagai tempat untuk pendekatan diri umat hindu tidak terkecuali , Dalam upaya meningkatkan Sradha Bhakti terhadap Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa/Ida Sanghyang Widhi Wasa, bahkan Wakapolres Badung Kompol Ni Putu Utariani, juga melaksanakan persembahyangan di Pura Yeh Gangga, Ds. Perean, Kecamantan. Baturiti, Kabupaten. Tabanan, Jumat, (12/2).
Wakapolres Badung menyebutkan melaksanakan persembahnyangan merupakan wujud sikap tulus ikhlas untuk sujud bakti, berdoa dan memuja kepada yang mulia yang maha agung dan suci yaitu Sanghyang Widhi Wasa sebagai sumber segala sumber.
Baginya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, sembahyang hendaknya dilakukan secara rutin.
“Ini sebagai wujud syukur atas karunia Ida Sanghyang Widi Wasa, selama Pandemi Covid -19 masih di berikan kesehatan yang baik serta diberikan kesempatan untuk berbuat baik kepada masyarakat," Ungkap Putu Utari.
"Ini juga kesempatan saya untuk mengintospeksi diri, agar kedepannya bisa lebih baik dalam menjalankan swadarma negara kepada masyarakat," [sud/red/r1]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram