-->

Sabtu, 09 Mei 2020

Memaknai Tumpek Uye Sebagai Perwujudan Kasih terhadap Binatang

Memaknai Tumpek Uye Sebagai Perwujudan Kasih terhadap Binatang

Denpasar,BaliKini.Net - Tumpek Uye atau yang lazim disebut Tumpek Kandang sebagai tradisi Hindu Bali, dilaksanakan setia 6 bulan sekali pada Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut perhitungan kalender Bali-Jawa.

Mengutip dari web.parisadahindudharma bahwa diantara sekian banyak hari raya Hindu di Bali, satu di antaranya adalah hari untuk memuja keagungan Tuhan Yang Maha Esa melalui pemeliharaan atas ciptaan-Nya berupa binatang ternak atau peliharaan. 

Umat Hindu di Bali menyebut hari itu adalah hari Tumpek Kandang atau Hari Tumpek Uye. Pada hari ini umat Hindu membuat upacara memuja keagungan Tuhan Yang Mahaesa sebagai Siva atau Pasupati, yang memelihara semua makhluk di alam semesta ini. 

Pemujaan kepada Tuhan Yang Mahaesa ini diwujudkan dengan memberikan upacara selamatan terhadap semua bintang, khususnya binatang ternak atau piaraaan.

Bagi mereka yang bukan masyarakat Bali tentunya bertanya. Kenapa orang Bali bisa memuja binatang ? Menurut tokoh muda spiritual Bali, Jro Paksi bahwa pertanyaan itu sangat wajar, karena terkesan memuja binatang. Tetapi tidaklah binatang yang di puja. Lalu.?

Dijelaskannya, di Bali selain hari Tumpek Uye atau Tumpek Kandang, terdapat juga lima jenis Tumpek yang lain, yaitu Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga yakni upacara selamatan (upacara) untuk tumbuh-tumbuhan.

Kemudian ada Tumpek Landep, selamatan untuk senjata, Tumpek Kuningan, selamatan untuk gamelan, Tumpek Wayang, selamatan untuk wayang dan Tumpek Krulut, selamatan untuk unggas. 

Namun, demikian Jro Paksi menyebut bahwa tradisi upacara selamatan untuk unggas ini kini digabungkan pada hari Tumpak Uye ini. Sehingga di tumpek Krulut dijadikan simbol ke agungan sang angkasa.

Menurutnya, Tumpek Kandang pada hakekatnya untuk memuja Tuhan Yang Mahaesa, Siwa yang disebut Rare Angon yang  menggembala makhluk. 

"Jadi, dalam setiap upacara tumpek yang dipuja adalah Tuhan Yang Mahaesa. Tentu bukan memuja binatang, atau  tumbuh-tumbuhan, senjata berupa besi, gamelan dan sebagainya," ungkal Jro.

Dengan demikian hendaknyalah manusia selaras dan hidup hamonis dengan alam semesta, khususnya bumi ini dan dengan ciptaan-Nya yang lain, termasuk tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Terlebih di tengah pandemi saat ini, lanjut Jro bagaimana manusia diharuskan untuk menjaga diri kita (disiplin jaga kesehatan), lingkungan dan semua mahluk dimuka bumi ini.

"Dalam ajaran Hindu, semua makhluk diyakini memiliki jiwa yang berasal dari Tuhan Yang Mahaesa. Sebagaimana dikutip dari Yajurveda XVI.48, isinya "Berbuatlah agar semua semua makhluk hidup berbahagia," jelasnya.

Tuhan Yang Mahaesa dapat mengambil wujud-wujud tertentu sebagai yang didambakan oleh umat manusia. Ia hadir berwujud atau tidak berwujud (Sarupa atau Nirrupa), personal atau impersonal sesuai dengan kemampuan manusia. 

Dari semua ulasan tersebut, demikian Jro Paksi dari Pererepan  Sari, Denpasar menyebut bahwa intinya adalah ELING atau mengingat. Makna dari tumpek Kandang adalah eling ring wid atau kulit kita atau asal muasal kita. 

"Kita sering lupa dengan asal kita. Lupa siapa kita, mengabaikan orang tua dan leluhur. Mengabaikan alam ini. Jadi saatnya di era kekinian dalam kondisi pandemi saat ini, kita tersadarkan untuk ingat sang pencipta dengan menjaga alam lingkungan beserta ciptanya," pungkasnya. (Ar/R5)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved