-->

Rabu, 25 Juni 2025

WHDI Bangli Gelar Sosialisasi Tentang Etika Dan Kesadaran Multikultur Dalam Upacara Yadnya


Laporan Reporter : Tim Lpt 

BANGLI, BALI KINI - Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kabupaten Bangli Ny. Suciati Diar Membuka acara Sosialisasi yang bertemakan Etika Dan Kesadaran Multikultur Dalam Upacara Dan Upakara Yadnya yang dilaksanakan di Ruang Rapat Krisna Setda Bangli pada Selasa, (24/6/25). 

Dua Narasumber dari Kementrian Agama yang mengisi sosialisasi tersebut yakni I Wayan Suwirta dan Yudi Laksana. 

Ketua WHDI Bangli Ny. Suciati Diar dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini adalah program kerja WHDI Bangli. Sosialisasi WHDI mengenai upakara dan yadnya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anggota WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia) tentang makna dan filosofi upakara serta yadnya dalam agama Hindu, serta pentingnya melestarikan tradisi, ungkapnya 

Dimana pada hari ini anggoata WHDI yang hadir diajak mendengarkan paparan dari narasumber terkait dengan etika kesadaran dan  multikultur dalam uapacara dan Upakara Yadnya. 

Adapun tujuan dari sosialisasi ini untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang upakara dan yadnya, tidak hanya sebagai ritual, tetapi juga sebagai bagian dari ajaran agama Hindu yang memiliki nilai-nilai filosofis. 

Suciati berharap dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan anggota WHDI dapat lebih memahami dan menghargai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam upakara dan yadnya, serta berperan aktif dalam menjaga kelestariannya. 

Disamping itu harapannya agar WHDI Bangli bisa ikut mensosialisasikan apa yang didapatkan hari ini dari para narasumber kepada masyarakat luas khusunya di Kabupaten Bangli, tutupnya. 

Jumat, 18 April 2025

Upacara Piodalan Di Padmasana Kantor Bupati Bangli


Laporan Reporter : Tim Lip Bangli 

 Bali , Kini – Suasana khidmat dan penuh kebersamaan terasa di Kantor Bupati Bangli pada Jumat, (18/4/25) saat jajaran ASN di Lingkungan Pemkab Bangli melaksanakan upacara piodalan di Padmasana kantor Bupati Bangli. Upacara yang merupakan perayaan setiap 6 bulanan tersebut dihadiri oleh Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli I Made Ari Pulasari, Ketua TP PKK Kab. Bangli Ny. Sariasih Sedana Arta didampingi Ny. Suciati Diar, Para Pimpinan Perangkat Daerah serta seluruh jajaran pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli.


Prosesi upacara piodalan kali ini dipuput oleh Ida Pandita Made Karang,  dimana dari pagi hari para pegawai sudah ngaturang ayah (melaksanakan tugas dengan tulus) mempersiapkan berbagai sarana upakara dan kelengkapan upacara. 


Dalam kesempatan itu, Pj. Sekda Bangli I Made Ari Pulasari menyampaikan bahwa piodalan kali ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momentum penting untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan rasa kebersamaan antar pegawai. 

Ia berharap, melalui upacara ini, energi positif dapat terpancar dan memberikan kelancaran dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan demi kemajuan Kabupaten Bangli.

Lebih lanjut, Made Ari Pulasari  juga menekankan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia serta manusia dengan alam lingkungan sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.


Meskipun pada saat prosesi piodalan sempat diguyur hujan, namun tidak menyurutkan niat para ASN maupun Non ASN untuk tetap melaksanakan upacara piodalan enam bulanan tersebut.

Perayaan Piodalan ini merupakan wujud syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan juga menjadi sarana untuk menjaga tradisi dan budaya Bali di tengah kesibukan rutinitas pemerintahan. 

Diharapkan, semangat kebersamaan dan harmoni yang tercipta melalui piodalan ini dapat terus terjaga dan memberikan dampak positif bagi kinerja Pemerintah Kabupaten Bangli dalam melayani masyarakat.

Senin, 14 April 2025

Mas Sumatri dan Ode Hadiri Sarining Taun Nyegara Gunung: Tebar Bunga Di Makam Datuk Mas Pakel


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih


Karangasem, Bali Kini -Warga Desa Bukit, Karangasem, kembali melaksanakan tradisi turun-temurun Sarining Taun Nyegara Gunung, Senin (14/5/2025), sebuah upacara tahunan sebagai wujud syukur atas hasil bumi. Tradisi ini menjadi simbol kerukunan umat Hindu dan Muslim yang telah terjalin erat sejak zaman dahulu. Mereka bersama-sama membawa Pajegan / Pajegan Wale ke segara (laut), sebelum berpisah untuk bersembahyang di tempat masing-masing.


Dalam momentum yang penuh makna ini, dua tokoh masyarakat Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumantri dan I Gusti Bagus Subagiarta (Ode), juga berkesempatan ikut menebar bunga di Makam Datuk Mas Pakel (Sunan Mumbul), salah satu leluhur warga Muslim Desa Bukit. Keduanya menyampaikan rasa haru dan kebanggaan bisa menjadi bagian dari tradisi yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan persaudaraan tersebut.


“Tradisi ini tidak hanya mengingatkan kita pada akar sejarah dan budaya Desa Bukit, tetapi juga menjadi simbol kuat bagaimana umat beragama bisa hidup rukun dalam keberagaman. Saya merasa terhormat bisa ikut menebar bunga di makam Datuk Mas Pakel bersama saudara-saudara Muslim,” ujar Mas Sumantri, mantan Bupati Karangasem yang juga hadir mewakili Bupati Gusti Putu Parwata, Senin (14/4/2025). 


Umat Hindu melanjutkan persembahyangan ke Pura Linggayoni, sementara warga Muslim melakukan ziarah ke makam leluhur. Mereka berjalan beriringan menuju laut, membawa pajegan berisi hasil panen desa seperti rambutan dan durian, mengenakan pakaian adat masing-masing sebagai bentuk penghormatan.


Perbekel Desa Bukit, I Gusti Ngurah Widnyana, menyampaikan bahwa upacara tahun ini menjadi momen membangkitkan kembali tradisi Sarining Taun yang sempat terhenti. “Kami dari pemerintahan desa memfasilitasi dan mendukung penuh pelaksanaan upacara ini. Dengan menghadirkan Sarining Taun, kami berharap bisa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” jelasnya.


Pajegan Wale juga dibawa oleh warga Muslim Saren Jawa / Sasak Jawa sebagai bentuk syukur kepada leluhur yang dimakamkan di desa tersebut.


I Gusti Bagus Subagiarta (Ode), tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Karangasem, turut memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan tradisi ini. “Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat Desa Bukit kepada leluhur, dengan menghaturkan hasil bumi. Mudah-mudahan melalui upacara ini, rasa toleransi antarumat beragama di Desa Bukit menjadi spirit keharmonisan yang bisa disebarkan ke seluruh Bali,” ungkapnya.


Tradisi Sarining Taun Nyegara Gunung merupakan warisan perintah dari Raja Karangasem di masa lalu, sebagai simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Desa Bukit. Semangat toleransi dan kebersamaan ini terus dijaga hingga kini, menjadi contoh nyata persaudaraan lintas agama di Bali.

Jumat, 16 Agustus 2024

Bupati Sanjaya Apresiasi Gotong-Royong Karya Ngenteg Linggih Krama Desa Adat Buwit


Tabanan , Bali Kini - 
Rangkaian Karya Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Madya Meyama Raja di Pura Dalem Desa, Desa Adat Buwit, Kediri, Tabanan, dihadiri oleh Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M, selaku Murdaning Jagat, Kamis, (15/8). Hal ini sekaligus menunjukkan komitmennya dalam membangun dan memajukan desa-desa di Kabupaten Tabanan serta memberikan apresiasi yang tinggi terhadap gotong-royong yang dilakukan oleh krama/masyarakat dalam rangka membangun Yadnya.

 

Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya hadir bersama salah satu perwakilan Anggota DPR RI, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda, para Kepala OPD terkait, Camat Kediri, Perbekel, serta Bendesa Adat setempat. Apresiasi ini juga merupakan bentuk dukungan dan penghargaan atas kerjasama yang telah terjalin dalam proses pembangunan desa, terutama dalam pelaksanaan yadnya, yaitu upacara keagamaan dan adat yang memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

 

“Salah satu yang terpenting dalam Visi Misi ini adalah bagaimana Pemerintah di Kabupaten Tabanan ini fungsinya sebagai guru wisesa, murdaning jagat. Disamping sebagai Bupati, juga bagaimana kita ikut serta mengayomi, mendampingi masyarakat dalam membangun yadnya-yadnya yang ada di tengah-tengah masyarakat, baik yang bersifat ngenteg linggih, ngaben bersama dan yadnya secara keseluruhan yang dilaksanakan krama," sebut Sanjaya.

 

Sanjaya juga menyampaikan terimakasihnya kepada seluruh masyarakat karena menunjukan semangat yang tinggi dalam membangun daerah. Untuk itu dikatakannya Pemerintah daerah harus wajib hadir di tengah-tengah masyarakat, turut membantu dalam setiap aspek kehidupan, baik itu dalam perayaan keagamaan maupun dalam pembangunan infrastruktur dan lainnya. Disamping itu, pelakasanaan yadnya di masyarakat tidak hanya menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial di antara warga desa, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperkenalkan dan mempromosikan nilai-nilai adat dan budaya yang ada. 

 

Untuk diketahui, bahwa proses pelaksanaan rangkaian Karya Ngenteg Linggih di Desa Adat Buwit melibatkan seluruh masyarakat dalam berbagai tahapan, termasuk persiapan upacara, pembuatan perlengkapan, hingga pelaksanaan ritual. Gotong-royong yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan kontribusi dalam bentuk waktu, tenaga, dan pemikiran. 

 

“Yadnya Ngenteg Linggih ini, selain kita memiliki niat suci juga sebagai alat pemersatu. Di siniliah kita bersatu, lanang istri, semuanya krama di sini dalam satu kesatuan, itulah yadnya. Maka dari itu, saya di Pemda kalau ada masyarakat ngewangun yadnya saya pasti sebisa mungkin untuk hadir ngupasaksi agar yadnya ini satwika, agar yadnya ini bermakna, suci utamaning utama. Selain itu juga, saya berkontribusi dalam pembangunan ini tujuannya agar menemukan kerahayuan," Imbuh Sanjaya. 

 

Tak ketinggalan, masyarakat Desa Adat Buwit juga menyampaikan rasa terimakasih mereka atas kehadiran dan perhatian Bupati Sanjaya dalam acara tersebut. Dalam pernyataan mereka yang diwakili Bendesa Adat, I Wayan Pugeh menyampaikan, pihaknya menyambut positif kehadiran Bapak Bupati Sanjaya yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan memberikan dukungan. "Kehadiran beliau menunjukkan, bahwa pemerintah sangat peduli dengan pelestarian adat dan budaya kami. Ini memberikan semangat dan motivasi bagi kami untuk terus melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur kami.” ujarnya.(tb)

Minggu, 14 Juli 2024

Penguatan Sisi Spiritual Masyarakat Tabanan


Bupati Sanjaya Hadiri Rangkaian Pengelukatan Banyu Pinaruh Bersama di Pantai Yeh Gangga dan Pandai Abian Kapas Seltim-

 

Tabanan , Bali Kini – Sebagai bagian dari upaya untuk menguatkan kehidupan spiritual dan memperkokoh persatuan, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya.,S.E.,M.M, tunjukkan komitmennya dalam mendukung program pembangunan secara sekala dan niskala di masyarakat. Salah satunya adalah menghadiri rangkaian Pengelukatan Agung Banyu Pinaruh yang berlangsung di dua lokasi berbeda yakni di Pantai Yeh Gangga, Tabanan dan di Pantai Abian Kapas, Selemadeg Timur, Minggu, (14/7).

 

Lokasi pertama yang dikunjungi yakni kegiatan Banyu Pinaruh dan Baruna Astawa oleh Pinandita Sanggrahan Nusantara ( PSN ) Koorda Tabanan di Pantai Yeh Gangga, Sudimara Tabanan yang berlangsung di Pantai Yeh Gangga, Sudimara, Tabanan, dilanjutkan di Pantai Abian Kapas, Desa Beraban, Selemadeg Timur, yaitu Pengelukatan Banyu Pinaruh Masal Gratis yang diselenggarakan oleh Paiketan Pemangku Bhakti Yoga Dharma bersama Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Selemadeg Timur dan Pandita Sanggraha Nusantara.

 

Turut hadir, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, I Made Dirga, dan salah satu anggota DPRD Tabanan I Made Muskadana, Sekda dan Para Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemkab, Ketua PHDI Kabupaten Tabanan, Bendesa Madya Majelis Desa Adat Kabupaten Tabanan, Camat beserta unsur Forkopimcam setempat, Ketua PSN Korda Tabanan, Ketua MGPSSR Seltim, Ketua Paiketan Pemangku Yoga Dharma serta panitia dan peserta pengelukatan di masing-masing lokasi.

 

Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya sampaikan apresiasi positif atas terselenggaranya kegiatan Pengelukatan ini. Pengelukatan Banyu Pinaruh memiliki makna yang dalam pada konteks kehidupan spiritual masyarakat Bali. Dilaksanakan sehari setelah hari Saraswati, upacara ini bertujuan untuk membersihkan kegelapan pikiran dengan ilmu pengetahuan, secara harafiah disebut mandi dengan ilmu pengetahuan. Bupati Sanjaya menggarisbawahi pentingnya ritual ini sebagai sarana untuk membersihkan dan memurnikan jiwa, sehingga masyarakat Tabanan dapat hidup dalam harmoni dan kedamaian.

 

Pengelukatan Banyu Pinaruh memiliki makna simbolis sebagai sarana menyucikan diri bagi masyarakat Hindu Bali. Selain sebagai sarana untuk membersihkan diri secara spiritual, ritual ini juga mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang masih dijunjung tinggi di tengah-tengah modernitas. Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya juga menekankan, bahwa menjaga tradisi dan nilai-nilai keagamaan adalah salah satu kunci untuk membangun identitas dan solidaritas sosial yang kuat di masyarakat.

 

“Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan hari ini dapat dikatakan bukanlah kegiatan biasa saja, tetapi dapat dimaknai sebagai sebuah kegiatan luar biasa artinya bagi upaya penguatan sisi spiritual kita bersama” Jelas Sanjaya seraya mengajak seluruh elemen masyarakat yang hadir saat itu untuk saling bersinergi bersama-sama pemerintah daerah untuk mewujudkan visi Kabupaten Tabanan Menuju Tabanan Era Baru yang Aman,Unggul dan Madani (AUM). 

 

Pengelukatan Banyu Pinaruh Massal di Tabanan bukan sekadar sebuah upacara adat, tetapi juga sebuah peristiwa yang menggambarkan komitmen yang kuat dalam membangun dan memperkuat sisi spiritual masyarakat. Bupati Sanjaya dan seluruh peserta acara menegaskan pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritualitas sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan yang berkelanjutan. Dan berharap, acara ini terus dilakukan dan memberi dampak positif yang lebih luas bagi seluruh masyarakat. 

 

Ketua PSN Jero Mangku Wayan Mertana pagi itu menyampaikan, kegiatan Banyu Pinaruh yang diikuti kurang lebih 1000 peserta ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan PSN setiap 6 bulan sekali. Tajuk utama yang dilakukan adalah untuk memberikan pelayanan kepada umat dari PSN, secara tulus dan ikhlas. “Terima kasih kepada Bapak Bupati Tabanan yang tetap mendukung kegiatan apapun yang dilakukan PSN dalam melayani umat. Bapak tetap mendukung dan memberikan support serta berpesan agar kegiatan-kegiatan ini bisa berlanjut, tidak di sini saja tetapi nantinya akan melibatkan kerjasama yang lebih luas," ungkapnya.[rl]

Sabtu, 25 November 2023

Walikota Jaya Negara Ngayah Nyangging Pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI, Tercatat 416 Orang Peserta Ikuti Kegiatan Itu

 


Ket Foto: Walikota Denpasar, I.G.N Jaya Negara saat ngayah nyangging pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI di Pura Agung Loka Natha.



Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah nyangging pada serangkaian karya Pewintenan dan Metatah Masal yang digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Pura Agung Loka Natha, Kecamatan Denpasar Utara, pada Sabtu (25/10) pagi. Terkonfirmasi sejumlah 204 orang mengikuti upacara Metatah Masal, dan 212 orang lainnya mengikuti serangkaian karya Menek Kelih, Pewintenan Saraswati, dan Sapu Leger.



Walikota Denpasar, Jaya Negara, pada kesempatan itu hadir bersama Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede,

Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Sekertaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana.


Dalam kesempatan itu Jaya Negara mengatakan, Metatah merupakan prosesi upacara yang memiliki arti untuk memanusiakan manusia sesuai dengan hakikatnya, serta memelihara hubungan yang harmonis antara umat manusia dengan sang pencipta.



"Sebagai manusia kita semua tidak terlepas dari siklus hidup mulai dari kandungan, hingga beranjak mamasuki usia dewasa, serta astungkara membawa kebijaksanaan sesuai dengan kodrat sebagai manusia, demikian yang mendasari makna dari prosesi Metatah," ungkap Jaya Negara.



Sementara itu, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka menyampaikan, pelaksanaan upacara ini secara bersama-sama dimaknai sebagai upaya menghapus stigma upacara dan Yadya di Bali ini menelan biaya yang besar dan cenderung menjadi beban.



"Penyelenggaraan upacara ini, merupakan wujud implementasi jiwa gotong royong dan kebersamaan sebagai budaya yang sejak lama tertanam dalam masyarakat di Bali yang dikenal sebagai spirit Vasudhaiva Kutumbakam, sehingga para peserta hanya perlu berpunia semampunya tanpa ada batasan besaran yang harus diberikan," ujar I Made Arka. (Gita/H)


© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved