-->

Jumat, 18 April 2025

Upacara Piodalan Di Padmasana Kantor Bupati Bangli


Laporan Reporter : Tim Lip Bangli 

 Bali , Kini – Suasana khidmat dan penuh kebersamaan terasa di Kantor Bupati Bangli pada Jumat, (18/4/25) saat jajaran ASN di Lingkungan Pemkab Bangli melaksanakan upacara piodalan di Padmasana kantor Bupati Bangli. Upacara yang merupakan perayaan setiap 6 bulanan tersebut dihadiri oleh Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli I Made Ari Pulasari, Ketua TP PKK Kab. Bangli Ny. Sariasih Sedana Arta didampingi Ny. Suciati Diar, Para Pimpinan Perangkat Daerah serta seluruh jajaran pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli.


Prosesi upacara piodalan kali ini dipuput oleh Ida Pandita Made Karang,  dimana dari pagi hari para pegawai sudah ngaturang ayah (melaksanakan tugas dengan tulus) mempersiapkan berbagai sarana upakara dan kelengkapan upacara. 


Dalam kesempatan itu, Pj. Sekda Bangli I Made Ari Pulasari menyampaikan bahwa piodalan kali ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momentum penting untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan rasa kebersamaan antar pegawai. 

Ia berharap, melalui upacara ini, energi positif dapat terpancar dan memberikan kelancaran dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan demi kemajuan Kabupaten Bangli.

Lebih lanjut, Made Ari Pulasari  juga menekankan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia serta manusia dengan alam lingkungan sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.


Meskipun pada saat prosesi piodalan sempat diguyur hujan, namun tidak menyurutkan niat para ASN maupun Non ASN untuk tetap melaksanakan upacara piodalan enam bulanan tersebut.

Perayaan Piodalan ini merupakan wujud syukur dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan juga menjadi sarana untuk menjaga tradisi dan budaya Bali di tengah kesibukan rutinitas pemerintahan. 

Diharapkan, semangat kebersamaan dan harmoni yang tercipta melalui piodalan ini dapat terus terjaga dan memberikan dampak positif bagi kinerja Pemerintah Kabupaten Bangli dalam melayani masyarakat.

Senin, 14 April 2025

Mas Sumatri dan Ode Hadiri Sarining Taun Nyegara Gunung: Tebar Bunga Di Makam Datuk Mas Pakel


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih


Karangasem, Bali Kini -Warga Desa Bukit, Karangasem, kembali melaksanakan tradisi turun-temurun Sarining Taun Nyegara Gunung, Senin (14/5/2025), sebuah upacara tahunan sebagai wujud syukur atas hasil bumi. Tradisi ini menjadi simbol kerukunan umat Hindu dan Muslim yang telah terjalin erat sejak zaman dahulu. Mereka bersama-sama membawa Pajegan / Pajegan Wale ke segara (laut), sebelum berpisah untuk bersembahyang di tempat masing-masing.


Dalam momentum yang penuh makna ini, dua tokoh masyarakat Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumantri dan I Gusti Bagus Subagiarta (Ode), juga berkesempatan ikut menebar bunga di Makam Datuk Mas Pakel (Sunan Mumbul), salah satu leluhur warga Muslim Desa Bukit. Keduanya menyampaikan rasa haru dan kebanggaan bisa menjadi bagian dari tradisi yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan persaudaraan tersebut.


“Tradisi ini tidak hanya mengingatkan kita pada akar sejarah dan budaya Desa Bukit, tetapi juga menjadi simbol kuat bagaimana umat beragama bisa hidup rukun dalam keberagaman. Saya merasa terhormat bisa ikut menebar bunga di makam Datuk Mas Pakel bersama saudara-saudara Muslim,” ujar Mas Sumantri, mantan Bupati Karangasem yang juga hadir mewakili Bupati Gusti Putu Parwata, Senin (14/4/2025). 


Umat Hindu melanjutkan persembahyangan ke Pura Linggayoni, sementara warga Muslim melakukan ziarah ke makam leluhur. Mereka berjalan beriringan menuju laut, membawa pajegan berisi hasil panen desa seperti rambutan dan durian, mengenakan pakaian adat masing-masing sebagai bentuk penghormatan.


Perbekel Desa Bukit, I Gusti Ngurah Widnyana, menyampaikan bahwa upacara tahun ini menjadi momen membangkitkan kembali tradisi Sarining Taun yang sempat terhenti. “Kami dari pemerintahan desa memfasilitasi dan mendukung penuh pelaksanaan upacara ini. Dengan menghadirkan Sarining Taun, kami berharap bisa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” jelasnya.


Pajegan Wale juga dibawa oleh warga Muslim Saren Jawa / Sasak Jawa sebagai bentuk syukur kepada leluhur yang dimakamkan di desa tersebut.


I Gusti Bagus Subagiarta (Ode), tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Karangasem, turut memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan tradisi ini. “Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat Desa Bukit kepada leluhur, dengan menghaturkan hasil bumi. Mudah-mudahan melalui upacara ini, rasa toleransi antarumat beragama di Desa Bukit menjadi spirit keharmonisan yang bisa disebarkan ke seluruh Bali,” ungkapnya.


Tradisi Sarining Taun Nyegara Gunung merupakan warisan perintah dari Raja Karangasem di masa lalu, sebagai simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Desa Bukit. Semangat toleransi dan kebersamaan ini terus dijaga hingga kini, menjadi contoh nyata persaudaraan lintas agama di Bali.

Jumat, 16 Agustus 2024

Bupati Sanjaya Apresiasi Gotong-Royong Karya Ngenteg Linggih Krama Desa Adat Buwit


Tabanan , Bali Kini - 
Rangkaian Karya Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Madya Meyama Raja di Pura Dalem Desa, Desa Adat Buwit, Kediri, Tabanan, dihadiri oleh Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M, selaku Murdaning Jagat, Kamis, (15/8). Hal ini sekaligus menunjukkan komitmennya dalam membangun dan memajukan desa-desa di Kabupaten Tabanan serta memberikan apresiasi yang tinggi terhadap gotong-royong yang dilakukan oleh krama/masyarakat dalam rangka membangun Yadnya.

 

Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya hadir bersama salah satu perwakilan Anggota DPR RI, Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda, para Kepala OPD terkait, Camat Kediri, Perbekel, serta Bendesa Adat setempat. Apresiasi ini juga merupakan bentuk dukungan dan penghargaan atas kerjasama yang telah terjalin dalam proses pembangunan desa, terutama dalam pelaksanaan yadnya, yaitu upacara keagamaan dan adat yang memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

 

“Salah satu yang terpenting dalam Visi Misi ini adalah bagaimana Pemerintah di Kabupaten Tabanan ini fungsinya sebagai guru wisesa, murdaning jagat. Disamping sebagai Bupati, juga bagaimana kita ikut serta mengayomi, mendampingi masyarakat dalam membangun yadnya-yadnya yang ada di tengah-tengah masyarakat, baik yang bersifat ngenteg linggih, ngaben bersama dan yadnya secara keseluruhan yang dilaksanakan krama," sebut Sanjaya.

 

Sanjaya juga menyampaikan terimakasihnya kepada seluruh masyarakat karena menunjukan semangat yang tinggi dalam membangun daerah. Untuk itu dikatakannya Pemerintah daerah harus wajib hadir di tengah-tengah masyarakat, turut membantu dalam setiap aspek kehidupan, baik itu dalam perayaan keagamaan maupun dalam pembangunan infrastruktur dan lainnya. Disamping itu, pelakasanaan yadnya di masyarakat tidak hanya menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial di antara warga desa, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperkenalkan dan mempromosikan nilai-nilai adat dan budaya yang ada. 

 

Untuk diketahui, bahwa proses pelaksanaan rangkaian Karya Ngenteg Linggih di Desa Adat Buwit melibatkan seluruh masyarakat dalam berbagai tahapan, termasuk persiapan upacara, pembuatan perlengkapan, hingga pelaksanaan ritual. Gotong-royong yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan kontribusi dalam bentuk waktu, tenaga, dan pemikiran. 

 

“Yadnya Ngenteg Linggih ini, selain kita memiliki niat suci juga sebagai alat pemersatu. Di siniliah kita bersatu, lanang istri, semuanya krama di sini dalam satu kesatuan, itulah yadnya. Maka dari itu, saya di Pemda kalau ada masyarakat ngewangun yadnya saya pasti sebisa mungkin untuk hadir ngupasaksi agar yadnya ini satwika, agar yadnya ini bermakna, suci utamaning utama. Selain itu juga, saya berkontribusi dalam pembangunan ini tujuannya agar menemukan kerahayuan," Imbuh Sanjaya. 

 

Tak ketinggalan, masyarakat Desa Adat Buwit juga menyampaikan rasa terimakasih mereka atas kehadiran dan perhatian Bupati Sanjaya dalam acara tersebut. Dalam pernyataan mereka yang diwakili Bendesa Adat, I Wayan Pugeh menyampaikan, pihaknya menyambut positif kehadiran Bapak Bupati Sanjaya yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan memberikan dukungan. "Kehadiran beliau menunjukkan, bahwa pemerintah sangat peduli dengan pelestarian adat dan budaya kami. Ini memberikan semangat dan motivasi bagi kami untuk terus melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur kami.” ujarnya.(tb)

Minggu, 14 Juli 2024

Penguatan Sisi Spiritual Masyarakat Tabanan


Bupati Sanjaya Hadiri Rangkaian Pengelukatan Banyu Pinaruh Bersama di Pantai Yeh Gangga dan Pandai Abian Kapas Seltim-

 

Tabanan , Bali Kini – Sebagai bagian dari upaya untuk menguatkan kehidupan spiritual dan memperkokoh persatuan, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya.,S.E.,M.M, tunjukkan komitmennya dalam mendukung program pembangunan secara sekala dan niskala di masyarakat. Salah satunya adalah menghadiri rangkaian Pengelukatan Agung Banyu Pinaruh yang berlangsung di dua lokasi berbeda yakni di Pantai Yeh Gangga, Tabanan dan di Pantai Abian Kapas, Selemadeg Timur, Minggu, (14/7).

 

Lokasi pertama yang dikunjungi yakni kegiatan Banyu Pinaruh dan Baruna Astawa oleh Pinandita Sanggrahan Nusantara ( PSN ) Koorda Tabanan di Pantai Yeh Gangga, Sudimara Tabanan yang berlangsung di Pantai Yeh Gangga, Sudimara, Tabanan, dilanjutkan di Pantai Abian Kapas, Desa Beraban, Selemadeg Timur, yaitu Pengelukatan Banyu Pinaruh Masal Gratis yang diselenggarakan oleh Paiketan Pemangku Bhakti Yoga Dharma bersama Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Selemadeg Timur dan Pandita Sanggraha Nusantara.

 

Turut hadir, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, I Made Dirga, dan salah satu anggota DPRD Tabanan I Made Muskadana, Sekda dan Para Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemkab, Ketua PHDI Kabupaten Tabanan, Bendesa Madya Majelis Desa Adat Kabupaten Tabanan, Camat beserta unsur Forkopimcam setempat, Ketua PSN Korda Tabanan, Ketua MGPSSR Seltim, Ketua Paiketan Pemangku Yoga Dharma serta panitia dan peserta pengelukatan di masing-masing lokasi.

 

Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya sampaikan apresiasi positif atas terselenggaranya kegiatan Pengelukatan ini. Pengelukatan Banyu Pinaruh memiliki makna yang dalam pada konteks kehidupan spiritual masyarakat Bali. Dilaksanakan sehari setelah hari Saraswati, upacara ini bertujuan untuk membersihkan kegelapan pikiran dengan ilmu pengetahuan, secara harafiah disebut mandi dengan ilmu pengetahuan. Bupati Sanjaya menggarisbawahi pentingnya ritual ini sebagai sarana untuk membersihkan dan memurnikan jiwa, sehingga masyarakat Tabanan dapat hidup dalam harmoni dan kedamaian.

 

Pengelukatan Banyu Pinaruh memiliki makna simbolis sebagai sarana menyucikan diri bagi masyarakat Hindu Bali. Selain sebagai sarana untuk membersihkan diri secara spiritual, ritual ini juga mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang masih dijunjung tinggi di tengah-tengah modernitas. Dalam acara tersebut, Bupati Sanjaya juga menekankan, bahwa menjaga tradisi dan nilai-nilai keagamaan adalah salah satu kunci untuk membangun identitas dan solidaritas sosial yang kuat di masyarakat.

 

“Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan hari ini dapat dikatakan bukanlah kegiatan biasa saja, tetapi dapat dimaknai sebagai sebuah kegiatan luar biasa artinya bagi upaya penguatan sisi spiritual kita bersama” Jelas Sanjaya seraya mengajak seluruh elemen masyarakat yang hadir saat itu untuk saling bersinergi bersama-sama pemerintah daerah untuk mewujudkan visi Kabupaten Tabanan Menuju Tabanan Era Baru yang Aman,Unggul dan Madani (AUM). 

 

Pengelukatan Banyu Pinaruh Massal di Tabanan bukan sekadar sebuah upacara adat, tetapi juga sebuah peristiwa yang menggambarkan komitmen yang kuat dalam membangun dan memperkuat sisi spiritual masyarakat. Bupati Sanjaya dan seluruh peserta acara menegaskan pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritualitas sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan yang berkelanjutan. Dan berharap, acara ini terus dilakukan dan memberi dampak positif yang lebih luas bagi seluruh masyarakat. 

 

Ketua PSN Jero Mangku Wayan Mertana pagi itu menyampaikan, kegiatan Banyu Pinaruh yang diikuti kurang lebih 1000 peserta ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan PSN setiap 6 bulan sekali. Tajuk utama yang dilakukan adalah untuk memberikan pelayanan kepada umat dari PSN, secara tulus dan ikhlas. “Terima kasih kepada Bapak Bupati Tabanan yang tetap mendukung kegiatan apapun yang dilakukan PSN dalam melayani umat. Bapak tetap mendukung dan memberikan support serta berpesan agar kegiatan-kegiatan ini bisa berlanjut, tidak di sini saja tetapi nantinya akan melibatkan kerjasama yang lebih luas," ungkapnya.[rl]

Sabtu, 25 November 2023

Walikota Jaya Negara Ngayah Nyangging Pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI, Tercatat 416 Orang Peserta Ikuti Kegiatan Itu

 


Ket Foto: Walikota Denpasar, I.G.N Jaya Negara saat ngayah nyangging pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI di Pura Agung Loka Natha.



Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah nyangging pada serangkaian karya Pewintenan dan Metatah Masal yang digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Pura Agung Loka Natha, Kecamatan Denpasar Utara, pada Sabtu (25/10) pagi. Terkonfirmasi sejumlah 204 orang mengikuti upacara Metatah Masal, dan 212 orang lainnya mengikuti serangkaian karya Menek Kelih, Pewintenan Saraswati, dan Sapu Leger.



Walikota Denpasar, Jaya Negara, pada kesempatan itu hadir bersama Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede,

Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Sekertaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana.


Dalam kesempatan itu Jaya Negara mengatakan, Metatah merupakan prosesi upacara yang memiliki arti untuk memanusiakan manusia sesuai dengan hakikatnya, serta memelihara hubungan yang harmonis antara umat manusia dengan sang pencipta.



"Sebagai manusia kita semua tidak terlepas dari siklus hidup mulai dari kandungan, hingga beranjak mamasuki usia dewasa, serta astungkara membawa kebijaksanaan sesuai dengan kodrat sebagai manusia, demikian yang mendasari makna dari prosesi Metatah," ungkap Jaya Negara.



Sementara itu, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka menyampaikan, pelaksanaan upacara ini secara bersama-sama dimaknai sebagai upaya menghapus stigma upacara dan Yadya di Bali ini menelan biaya yang besar dan cenderung menjadi beban.



"Penyelenggaraan upacara ini, merupakan wujud implementasi jiwa gotong royong dan kebersamaan sebagai budaya yang sejak lama tertanam dalam masyarakat di Bali yang dikenal sebagai spirit Vasudhaiva Kutumbakam, sehingga para peserta hanya perlu berpunia semampunya tanpa ada batasan besaran yang harus diberikan," ujar I Made Arka. (Gita/H)


Rabu, 22 November 2023

Angel Hearts Bali Foundation Gelar Upacara Mepandes Bersama Krama Bangli


Bangli, Bali Kini -
Sebagai bentuk kepedulian Yayasan Angel Hearts Bali terhadap kehidupan sosial anak asuh dan Hindu Bali lainnya, dari keluarga prasejahtera yang kesulitan melakukan upacara khususnya upacara mepandes, karena terkendala alasan kondisi ekonomi serta masih kurangnya kegiatan- kegiatan sosial keagamaan, maka untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan tersebut Yayasan Angel Hearts Bali menggelar upacara mepandes bersama Krama Bangli.


Dengan mengusung tema "Melalui Upacara Mepandes Bersama Krama Bangli, Yayasan Angel Hearts Bali dan Yayasan Komunitas Sosial dan Penggiat Sosial Bali Hadir Untuk Melayani, Berbagi dan Berbakti", upacara dipusatkan di Kabupaten Bangli tepatnya di Wantilan Desa Adat Kubu, Kecamatan Bangli, diikuti oleh 206 orang peserta yang berasal dari Kabupaten Bangli, Buleleng, Karangasem dan Klungkung.



Upacara tersebut dihadiri oleh Assisten I Sekda Kabupaten Bangli, I Made Ari Pulasari, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bangli, Ny. Ida Ayu Suardini Giri Putra, perwakilam Dinas Sosial P3A Provinsi Bali dan perwakilan Dinas Sosial Kabupaten Bangli, Ketua MDA Kabupaten Bangli, Perwakilan PHDI Kabupaten Bangli, perwakilan WHDI Kabupaten Bangli, Camat Bangli, Lurah Kubu serta undangan lainnya.



Ketua Panitia Upacara Mepandes Bersama, I Wayan Juni Artayasa,S.Pd.M.Si.CMC., dalam laporannya menyampaikan, bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan dan membantu anak-anak yatim/piatu, anak-anak dari keluarga prasejahtera dan keluarga tidak mampu lainnya di Bangli untuk dapat melaksanakan upacara Mepandes bersama tanpa perlu memikirkan biaya besar yang biasanya diperlukan untuk upacara tersebut, membantu program pemerintah dalam mengatasi dan mengentaskan masalah-masalah sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya demi mewujudkan kesetaraan sosial dalam sumber daya manusia di Bali serta memberikan rangsangan kepedulian bagi pribadi, organisasi maupun institusi lainnya di Bali untuk bergerak dan berbagi mengatasi permasalahan-permasalahan sosial di Bali.


Pihaknya menambahkan bahwa kegiatan Upacara Mepandes bersama karma Bangli ini tidak lepas dari ide-ide cemerlang Ibu Linda Anugerah dan Bapak Eddy Martamulia selaku Pendiri Yayasan Angel Hearts Bali, yang telah mengabdikan waktu,, tenaga, pikiran dan materi untuk selalu berbagi kepada masyarakat bali, khususnya kepada masyarakat Bangli yang belum sempat melaksanakan Mepandes di tempat masing-masing, dikarenakan oleh berbagai kendala.


"Suatu kebahagiaan yang sangat besar bagi kami selaku Panitia Penyelenggara, karena merasakan respons yang sangat positif dari masyarakat Bangli tercinta ini, sehingga Peserta yang mengikuti Upacara Mepandes kali ini, tidak hanya yang berusia remaja, tetapi banyak juga peserta dewasa, bahkan yang sudah berkeluarga, bagi kami hal ini sungguh sangat luar biasa". "Imbuhnya".


Pihaknya berharap dengan adanya kepedulian, sinergitas, dan kebersamaan semua pihak, diharapkan semua kendala akan mendapatkan solusi dengan baik, sehingga dimasa mendatang akan terwujud masyarakat Bali, khususnya Bangli yang sejahtera seutuhnya, sekala maupun niskala.


Bupati Bangli dalam sambutannya yang disampaikan oleh Assisten I Sekda Kabupaten Bangli, I Made Ari Pulasari mengatakan, Upacara Potong Gigi yang dalam bahasa Bali sering pula disebut dengan mepandes, mesangih atau metatah merupakan ritual keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua umat Hindu di Bali, khususnya bagi yang telah menginjak masa remaja. 


Dalam ajaran ini terkandung nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang sedang dibutuhkan pada masa remaja sebagai sarana dalam pembentukan kepribadian anak yang merupakan kelanjutan dari pembentukan di masa bayi dalam kandungan, dengan harapan lahirnya anak yang suputra (anak yang baik). Oleh karena itu, sifat-sifat keraksasaan tersebut perlu dinetralisir dan dikendalikan, agar nantinya dapat tercapainya tujuan, yaitu diharapkan sifat-sifat keraksasaan dapat berubah menjadi sifat-sifat kebaikan. Upacara potong gigi adalah ritual yang sudah dilaksanakan sejak dahulu kala dan terus berkembang sampai saat ini. Dan biasanya di Bali upacara potong gigi ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan upacara Ngaben, pernikahan, dan Ngeresi.


Pelaksanaan Upacara Mepandes merupakan tanggung jawab orang tua bagi putra putrinya, tapi dalam kondisi, keadaan maupun situasi yang belum memungkinkan sehingga upacara ini belum dapat dilaksanakan sehingga sangat dibutuhkan kehadiran Pemerintah maupun pihak non pemerintah untuk pelaksanaanya. Dalam kesempatan ini disampaikan terimakasih dan apresiasi atas kehadiran Yayasan Angel Heart Bali, Yayasan Komunitas Sosial lainnya, Jajaran Desa Adat Kubu dan pihak lain atas kepeduliannya sehingga acara Mepandes bersama ini dapat terselenggara dengan baik, yang tentunya kegiatan ini sangat membantu masyarakat kita.


Terdapat banyak hal yang mesti dilaksanakan untuk membangun Bangli yang lebih Maju yang tentunya akan terwujud dengan keterlibatan semua pihak, harapannya keperdulian dan kehadiran pihak non Pemerintah seiring waktu berjalan akan terus bertumbuh dan bertumbuh. "Harapnya"[rls]

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved