-->

Senin, 16 Oktober 2017

Geliat Membumikan Biogas di Pulau Dewata

Balikini.Net - Geliat pemanfaatan energi biogas sebagai energi alternatif semakin meluas di Pulau Dewata. Geliat tersebut seiring dengan target Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk mewujudkan “Green Province”, termasuk memperluas pemanfaatan energi bersih. Geliat untuk membumikan biogas di salah satu daerah tujuan wisata dunia ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk salah satunya dari Yayasan Rumah Energi “BIRU” Bali.

Selasa, 10 Oktober 2017

17 Live , Aplikasi Live Video Streaming sebagai Model Lapangan Pekerja Baru

17 Live , Aplikasi Live Video Streaming sebagai Model Lapangan Pekerja Baru
Berhadiahkan Mobil dan Pendapatan Ratusan Juta Rupiah per Bulan


Jakarta ,Balikini.Net -   17 Live, aplikasi live video streaming sebagai new social media yang mengedepankan variasi konten dengan pengawasan tim monitoring 24 Jam telah memiliki lebih dari 500 Official Host tersebar di seluruh Indonesia termasuk di provinsi Bali. Bertepatan dengan event pada aplikasi 17 Live yaitu event Amazing Bali, yang berhadiahkan jalan-jalan ke Bali, 17 Live mengadakan acara dinner bersama “17 Live Family Dinner” sebagai momen yang tepat untuk merangkul seluruh Official Host 17 Live yang berdomisili di provinsi Bali dan menjalin silahturami dengan rekan media di Bali.

Sejak November 2016, 17 Live telah mengadakan berbagai event pada aplikasi dan memberikan total hadiah hingga mencapai 550 juta Rupiah. Mulai dari event bagi-bagi emas, jalan-jalan ke Korea Selatan, Jepang, dan Cruise, hingga barang-barang bermerek dengan nilai puluhan juta Rupiah seperti MacBook Pro Touch Bar, iPhone 7 Plus 32 GB, Balenciaga Bag dan yang lainnya. Beragam event tersebut disambut dengan antusias dari para Official Host dan VIP yang terus mendukung mereka untuk dapat berkompetisi dan menjadi Top Host di setiap event.

Andryan Gouw, Direktur PT. Tujuhbelas Media Indonesia, mengatakan, “Sudah ada 6 mobil yang berhasil dibawa pulang oleh Official Host yang telah memenangkan event-event pada aplikasi 17 Live. Keberhasilan yang telah mereka raih menjadi suatu daya tarik yang membuktikan bahwa masyarakat Indonesia dapat berkarir pada industri livestreaming. Hadiah-hadiah pada event tersebut hanyalah sebuah bonus sebagai bentuk apresiasi 17 Live terhadap Official Host, belum termasuk jumlah pendapatan tunai fantastis yang mereka dapatkan setiap bulan.”

Jennifer Aiko dan Rizuki, pesulap wanita Indonesia yang dikenal dari ajang pencarian bakat sulap ini telah bergabung lama di 17 Live. Keduanya adalah bukti nyata bahwa aplikasi live video streaming merupakan platform yang digunakan secara positif untuk mengekspresikan talenta mereka. Oleh karena itu, 17 Live berkomitmen untuk memberikan inovasi secara kontinu dengan menghadirkan konten yang bervariasi antara lain acara kuliner, talk show, challenge, prank dan misteri yang dikemas semenarik mungkin.

“Aplikasi live video streaming akan menjadi masa depan media sosial dan memiliki peluang market yang besar di Indonesia. Kami akan terus mengedukasi masyarakat tentang kegunaan live video streaming dan manfaat positifnya. 17 Live juga telah membangun mitra kerja sama antara lain dengan ASUS, LINE, Telkomsel, NET, Boyaa dan kerja sama mendatang lainnya." ujar Fauzi, Senior Operations Manager.

Pendapatan tertinggi yang diperoleh Official Host 17 Live sampai saat ini mencapai lebih dari seratus juta per bulan yang belum ditambah dengan hadiah-hadiah yang didapatkan. Hal ini diharapkan dapat memotivasi anak muda lainnya agar tak hanya menjadi konsumen aplikasi live video streaming yang sedang digandrungi, tetapi juga bisa memanfaatkannya untuk membuat konten menarik dan menghasilkan uang.

“Awal bergabung, saya tidak pernah menyangka dapat mencukupi kehidupan saya dengan menjadi Official Host di aplikasi 17 Live. Saya kaget ketika mendapatkan gaji pertama sekitar puluhan juta Rupiah, orang tua saya pun tidak percaya awalnya. Jumlah yang tidak sedikit itulah yang membuat saya melihat bahwa ini merupakan kesempatan emas yang harus ditekuni. Saya jadi lebih rajin untuk mencari ide untuk konten live dari obrolan-obrolan dengan tema menarik hingga menerima tantangan yang diberikan viewers. Alhasil, usaha saya membuahkan hasil dengan mendapatkan 2 mobil”,ujar Meidi.

Dalam menjamin kepercayaan serta keamanan para pengguna aplikasi, 17 Live memiliki tim monitoring 24 jam dan 2 layer pengawasan yaitu dari Indonesia dan Taiwan. 17 Live tidak mentolerir pengguna-pengguna nakal dan konten yang sifatnya negatif seperti pornografi, SARA, merokok, minum minuman beralkohol, serta hal-hal yang sifatnya menyebarkan kebencian yang akan berdampak negatif kepada masyarakat. Para Official Host 17 Live telah mengikuti sesi pelatihan dan mentoring dari pihak 17 Live untuk terus mengembangkan potensi kreatif dan menjadikan mereka host yang smart dan professional.

17 Live membuka kesempatan kepada seluruh wanita dan pria Indonesia yang tertarik untuk menunjukkan bakat mereka dengan bergabung di aplikasi 17 Live. Download aplikasi 17 Live di App Store atau Google Play Store dan daftarkan diri kamu melalui banner pada aplikasi 17 Live. Ini saatnya Indonesia unjuk kemampuan kepada dunia (cory / r4)


Kamis, 14 September 2017

Unud Uji Pemanfaatan “Selimut Lahan” Atasi Erosi di Kawasan Pegunungan Bali

Denpasar (balikini.net) -  Bali sejak beberapa tahun belakangan ini menghadapi masalah lahan kritis karena minimnya vegetasi akibat penebangan pohon berlebih di kawasan hutan lindung. Bencana tanah longsor dan kekeringan mengancam sebagian kawasan pengunungan dengan lereng yang kemiringannya lebih dari 60o. Mengatasi hal tersebut Universtas Udayana (Unud) bekerjasama Yamaguci University, Jepang  dan JICA menguji coba pemanfaatan teknologi “selimut lahan” di kaki Gunung Batur Kintamani.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Universitas Yamaguci, Jepang Prof. Takuya Marumoto saat berbicara selaku keynote speaker pada International Conference Bioscience and Biotechnology (ICCB) ke-8 di Kampus Unud, Denpasar Kamis (14/9) kemaren. ICBB ke-8 menjadi rangkaian kegiatan HUT ke-50 FP Unud dan Perayaan Dies Natalis Unud pada 29 September 2017 mendatang.
Prof. Takuya Marumoto menjelaskan uji coba pemanfaatan “selimut lahan” cukup berhasil untuk menahan tanah dikawasan rawan erosi. Dalam setahun sekitar 15 cm tanah subur berhasil ditahan oleh selimut lahan, dan ditumbuhi vegetasi. “Selimut lahan” terbuat bahan yang dapat terurai seperti sabut kelapa atau jerami. Guru Besar Unud Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan selaku tim peneliti menambahkan selimut lahan berupa jaring (net) yang dipasang ditanah diidalamnya ada semacam serbuk untuk menyerap air. Jadi selimut ini memiliki banyak fungsi sehingga teknologi ini dinamakan multifunctional sheet atau soil protection sheet. Selain berfungsi menahan lapisan humus yang larut terbawa musim hujan, juga dapat sebagai media tumbuh. Prof. Wirawan menjelaskan semakin lama bahan ini terurai maka akan semakin bagus, karena bisa membuat lapisan tanah subur lebih tebal, dan tumbuhan sudah tumbuh besar.
Ditambahkan, kerja sama penelitian tersebut telah berjalan 4 tahun dari 2012-2016 dengan melakukan uji coba di tiga lokasi (site) di areal Gunung Batur dengan luas areal yang ditutupi sekitar 80 are. Prof. Wirawan menggarisbawahi teknologi ini dijual senilai Rp 420/ m2, dan sasaran pemanfaatannya tidak kepada petani tetapi perusahaan besar dan pemerintah. Teknologi ini sudah dipasang di Jalan Trans Sumatra, Tol Cikampek, dan di Negara Timor Leste. Selimut ini dipasak dikawasan pembukaan lahan baru seperti pembangunan jalan, maka pada tebing-tebing tinggi bisa dipasang untuk merangsang tumbuhnya vegetasi baru.
Sementara itu keynote speaker lainnya Dr. Inez S. Loedin menyampaikan materi terkait modifikasi gen tanaman, hewan, dan juga manusia untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Untuk tanaman padi agar tahan terhadap hama wereng atau tungro maka gen tanaman padi diedit, sel-sel yang merangsang tungro dihilangkan, sehingga padi terbebas dari penyakit tersebut. Pada manusia juga bisa diterapkan untuk mengatasi tumor  Dr. Inez selaku peneliti di IRRI Filipina, lembaga penelitian terkait penggembangan benih padi menegaskan dengan teknologi genom editing ini pihaknya telah mengahsilkan beras warna kuning yang mengandung vitamin A. Beras ini direkomendasikan untuk dikonsomsi bagi anak-anak yang tidak sukan makan sayur mayur.
Ketua Panitia ICBB ke-8 Dr. Ir. IDP Oka Suardi, MSi menjelaskan konferensi internasional 103 peserta, 68 peserta menyampaikan makalah secara oral dan 31 peserta mempresentasikan hasil penelitian melalui poster. Adapun tujuan konferensi ini, Kata Ketua Prodi Agribisnis FP Unud ini, sebagai ajang tukar menukar informasi hasil penelitian bidang bioscience dan ciotechnology. Tujuan lain, mencermati sejauh mana bidang biotechnology memberikan sumbangan terhadap keberlanjutan pembangunan dan kehidupan umat manusia.(*/r6)

Jumat, 14 Juli 2017

Laporan: Satelit Kecil Dorong Pertumbuhan Industri Antariksa

Balikini.Net - Satelit-satelit kecil digunakan untuk mengamati kondisi di bumi adalah segmen dengan pertumbuhan tercepat dari industri satelit global senilai $260,5 milyar, ujar Sateliite Industries Association dalam sebuah laporan tahunan yang dirilis baru-baru ini.

Satelit-satelit kecil, beberapa di antaranya tidak lebih besar dari ukuran kotak sepatu, menghasilkan peningkatan 11 persen dalam pendapatan tahunan untuk pencitraan Bumi pada tahun 2016 dan pangsa pasar yang meningkat dari 1.459 wahana antariksa yang beroperasi dengan mengitari planet pada akhir tahun ini, ujar laporan tersebut.

Armada yang mengorbit termasuk 499 satelit yang bobotnya hingga 600 kg, banyak di antaranya digunakan untuk pengamatan bumi dan penginderaan jarak jauh, ujar Carissa Christensen, direktur utama Bryce Technology and Space, yang menulis laporan itu untuk asosiasi industri dimaksud.

Peluncur satelit kecil

Layanan satelit, termasuk saluran televisi rumah tangga, pita lebar, dan layanan pengamatan Bumi, secara kolektif menghasilkan pemasukan senilai $127,7 miliar pada tahun 2016, unit tunggal terbesar dari industri, menurut laporan tersebut.

Satelit-satelit yang digunakan untuk pencitraan bumi nilainya hanya $2 milyar dari keseluruhan total industri namun dari segi pertumbuhan sektor, pangsa pertumbuhannya mencapai 11 persen, menurut laporan tersebut.

“Diperkirakan pangsa pasarnya akan terus tumbuh, dengan mempertimbangkan banyaknya perusahaan baru yang bergabung di industri ini,” ujar wakil Direktur Utama Tom Stroup dalam sebuah wawancara.

pusat Pendidikan dan Peragaan di Siberian State Aerospace University untuk menandai Hari Kosmonaut tanggal 12 April, di kota Krasnoyarsk, Siberia, Rusia (foto: REUTERS/Ilya Naymushin)
Laporan ini paling tidak menemukan 33 peluncur satelit berukuran kecil yang sedang berkembang di seluruh dunia termasuk perusahaan Rocket Lab yang dimiliki secara pribadi, yang mengawali debutnya dengan roket pendorong Electron bulan Mei, dan Virgin Orbit milik Richard Branson, yang diharapkan akan menerbangkan roket peluncur LauncherOne tahun ini.

Pemasukan dari layanan pengamatan bumi akan lebih tinggi, namun peluncuran dari banyak satelit-satelit kecil akan ditunda setelah terjadinya kecelakaan roket Falcon 9 milik SpaceX di lokasi peluncuran pada bulan September 2016, ujar laporan tersebut.

SpaceX, yang dimiliki dan dioperasikan oleh wirausahawan Elon Musk, kembali meluncurkan armada roket Falconnya pada bulan Januari dan sejak itu telah melakukan 10 misi peluncuran sejauh ini.

Peluncuran 126 satelit di tahun 2016

Secara keseluruhan, 126 satelit telah diluncurkan tahun lalu, termasuk 55 wahana antariksa seukuran kotak sepatu yang dikenal sebagai CubeSats. Sekitar dua kali lebih banyak CubeSats telah diluncurkan sepanjang 2015, ujar laporan tersebut.

Jumlah satelit kecil yang diluncurkan selama paruh pertama tahun 2017 telah melampaui tingkat misi peluncuran tahun lalu, ujar Christensen.

Bulan Februari, sebuah roket tunggal milik India yang disebut Polar Satellite Launch Vehicle menempatkan 103 satelit kecil di orbit, bersamaan dengan wahana antariksa pencitraan bumi yang lebih besar yang disebut Cartosat. [sub/voa ]

Merawat Terumbu Karang Dengan Energi Matahari di Pemuteran

Balikini.Net - Sebuah langkah inovasi dikembangkan oleh Masyarakat Desa Pemuteran, Buleleng-Bali dalam upaya melakukan rehabilitasi terumbu karang. Melalui Yayasan Karang Lestari, masyarakat Desa Pemuteran mengadopsi teknik biorock atau teknologi percepatan pertumbuhan terumbu karang dengan aliran listrik. Langkah inovasi kembali dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari menjadi listrik melalui solar panel untuk mendukung teknologi biorock yang telah terpasang. 

Manager Program Biorock, Yayasan Karang Lestari Pemuteran Komang Astika menyampaikan adopsi teknologi biorock dengan solar panel diujicobakan pertama kali tahun 2011. Proses ujicoba dilakukan dengan pemasangan 2 unit solar panel. Hingga saat ini telah terpasang 12 solar panel. Guna memenuhi kebutuhan listrik 2,5 hektar luas kawasan rehabilitasi terumbu karang diperkirakan membutuhkan sekitar 40-50 unit solar panel. “12 solar panel yang ada sekarang baru hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik sekitar 25% dari seluruh kebutuhan” papar Astika.

Menurut Astika, jika solar panel mendapatkan sinar matahari penuh, satu panel bisa menghasilkan listrik maksimal 120 watt. Rata-rata sekarang satu panel hanya menghasilkan listrik 60-80 watt. Namun dari 12 panel yang sudah terpasang telah mampu mengurangi biaya beban listrik per-bulan mencapai Rp. 1,5 juta – Rp. 2 juta. Dengan pengurangan tersebut biaya beban listrik yang masih harus ditanggung mencapai Rp. 3 juta – Rp. 5 juta. “biaya beban listrik selama ini di sponsori oleh Hotel Taman Sari, sedangkan hotel yang lain belum memberi kontribusi dengan alasan masih belum mendapatkan keuntungan, padahal mereka mendapatkan keuntungan di kawasan wisata Pemuteran” tegas Astika.

Astika menjelaskan bahwa pemanfaatan solar panel tidak saja mampu mengurangi biaya listrik tiap bulan, tetapi juga mengurangi biaya operasional dan biaya pergantian alat. Jika menggunakan listrik PLN maka setiap tahun harus rutin melakukan pergantian power suplay. Pergantian diperlukan karena power suplay yang digunakan dalam satu tahun sudah mengalami kerusakan akibat berkarat terkena air laut.

Rencana perluasan wilayah rehabilitasi karang kini terganjal masalah pendanaan, baik pendanaan penyediaan energi listrik ataupun pendanaan untuk operasional sehari-hari. Guna penyediaan satu unit solar panel membutuhkan dana mencapai Rp. 6 juta. Kebutuhan dana tersebut belum termasuk dana penyediaan instalasi listrik yang mencapai Rp. 1,5 juta – Rp. 2 juta untuk satu instalasi solar panel. “solar panel yang kita pasang juga tidak dilengkapi baterai penyimpan energi listrik, sehingga suplay listrik hanya siang hari. Jika membeli baterai mahal dan 1-2 tahun harus diganti” ujar Astika.

Astika mengakui berbagai terobosan untuk mendapatkan alternatif energi yang lebih sesuai terus dilakukan. Beberapa energi alternatif yang pernah dicoba adalah energi angina dan energi ombak.  Energi listrik dari angina ternyata tidak menjanjikan karena putaran kipas angina tidak maksimal. Penggunaan teknologi energi listrik dari ombak juga tidak menjanjikan karena mahal dan untuk pemeliharaan peralatan juga harus ke luar negeri. “kita berharap dari kawan-kawan professor di Indonesia bisa menghasilkan listrik alternatif dan lebih efisien dari solar panel” harapnya.

Permasalahan berikutnya yang menjadi beban dalam pengembangan rehabilitasi terumbu karang di Pemuteran yaitu keterbatasan dana operasional. Selama ini pendanaan diperoleh dari para wisatawan yang datang ke Pemuteran dan mengadopsi baby coral. Biaya adopsi untuk satu baby coral dipatok sebesar Rp. 400.000. “dana yang didapatkan digunakan untuk membayar gaji staf, biaya perawatan dan operasional sehari-hari” kata Astika.

Berbagai strategi telah dilakukan Yayasan Karang Lestari untuk mendapatkan pendanaan. Salah satu strategi yang dipersiapkan adalah membangun sebuah perusahaan terbatas dibawah naungan Yayasan karang Lestari. Perusahaan tersebut berfungsi mencarikan pendanaan atau sponsor dari perusahaan-perusahaan besar karena cukup banyak daerah lain yang kini melirik teknologi biorock. Perusahaan yang dibentuk juga memiliki program penyelenggaraan pelatihan dan pendampingan pengembangan teknologi biorock. “program ini baru dimulai sejak setaun lalu dengan bekerjasama dengan para peneliti, ilmuwan dan tim biorock Indonesia” jelas Astika.

Astika sangat menyayangkan keberhasilan dan komitmen masyarakat Pemuteran melakukan rehabilitasi terumbu karang tidak mendapatkan dukungan pendanaan baik dari Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali. Permintaan dukungan peralatan juga tidak mendapatkan respon. “Provinsi cuma memberi dukungan moral. Tiga tahun lalu di sponsori 2 struktur penanaman karang, tetapi biaya pemeliharaan tidak diberikan” ungkap Astika.

Keberhasilan pengelolaan terumbu karang di Pemuteran telah mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lembaga dunia untuk pembangunan (UNDP). UNDP menganugrahkan dua penghargaan sekaligus, yaitu The Equator Price 2012 terkait dengan program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat dan penghargaan khusus UNDP terkait daerah pengelolaan laut dan terumbu karang. Kedua penghargaan diterima pada 20 Juni 2012 di Rio de Janeiro, Brasil.

Geografis desa Pemuteran yang kering, membuat warga hanya bisa bertanam jagung pada saat musim hujan, sehingga pekerjaan sebagai nelayan menjadi salah satu alternatif pekerjaan lainnya. Banyaknya aksi penangkapan ikan hias dengan bom potassium sejak tahun 1990-an membuat kawasan laut Pemuteran sangat tidak menguntungkan bagi nelayan. Melalui Yayasan Karang Lestari masyarakat Desa Pemuteran akhirnya bertekad untuk memperbaiki kondisi lingkungannya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Made Gunadja mengakui bahwa pemerintah provinsi Bali telah mencoba melakukan stimulasi untuk mendorong pembedayaan masyarakat dalam mengelola kawasanya. Sebelumnya pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan 4 wilayah yang ditargetkan menjadi kawasan pengelolaan terumbu karang secara swadaya.

Keempat wilayah tersebut diantaranya Sumberkima dan Penuktukan di Kabupaten Buleleng, Pulau Serangan di Denpasar dan di Teluk Benoa Kabupaten Badung. Keempat wilayah tersebut dikembangkan karena potensi terumbu karang yang masih terjaga dan kesadaran masyarakat untuk menjaga wilayah pesisirnya juga tinggi. “pemberdayaaan itu tantanganya harus selalu kita dampingi, selain itu ada fasilitasi untuk peralatan menyelam, bagaimana menyelam kan harus kita fasilitasi dengan pelatihan,” ujar Made Gunadja.(Muliarta)

Jumat, 12 Mei 2017

Ilmuwan Pelajari Bakteri Purba untuk Petunjuk Resistensi terhadap Obat

 (foto: REUTERS/Yves Herman)
Guna mendapatkan petunjuk cara untuk menanggulangi “bakteri super” yang resisten terhadap obat di rumah sakit atau lingkungan perawatan kesehatan lainnya para ilmuwan tengah mempelajari jejak kuman penyakit sejak jaman purba.

Balikini.Net - Para ilmuwan tengah mempelajari kuman penyakit dari jaman purba untuk mendapatkan petunjuk bagaimana menanggulangi “bakter super” yang resisten terhadap obat di rumah sakit atau lingkungan perawatan kesehatan lainnya. Mereka telah menemukan resistensi terhadap antibiotik modern berasal dari jutaan tahun yang lalu.

Enterococci adalah satu dari enam bakteri yang dikenal sebagai “bakteri super,” mikroba yang menginfeksi pasien dan resisten terhadap antibiotik, yang membuat mereka berpotensi untuk mematikan.
Para ilmuwan yang mempelajari keluarga enterococcus menemukan bakteri tersebut mengembangkan resistensi terhadap kondisi yang sangat parah sekitar 450 juta tahun yang lalu, jauh sebelum dinosaurus muncul di bumi.
Mereka mengatakan hewan-hewan di rantai makanan bagian bawah membuang kotoran yang mengandung bakteri di daratan dimana bakteri ini belajar untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti berada di bawah terik panas matahari.
Ditemukan dalam es yang berusia 30.000 tahun
“Kakek” bakteri purba, ditemukan membeku dalam es yang berusia 30.000 tahun, dapat diekstraksi dan dibangkitkan oleh para ilmuwan modern. Itu petunjuk mengenai ketangguhan enterococci, menurut Michael Gilmore, soerang optalmologis dan mikrobiologis yang mengepalai program ekstensif mengenai resisistensi terhadap antibiotik di Harvard University.
“Enterococci itu serupa dengan kecoa di lingkungan bakteri. Mereka sangat, sangat susah untuk dibasmi. Jadi kami berpikir ini mungkin karakteristik yang dikembangkan enterococcus agar dapat bertahan di daratan yang pastinya membuat mereka sangat tangguh dan sekarang dapat bertahan di rumah-rumah sakit,” ujar Gilmore.
Gilmore adalah supervisor dari sebuah tim peneliti yang melakukan pengurutan genome dari 24 anggota keluarga enterococci, yang menemukan 45 sifat berbeda yang membuat merekat resisten terhadap antibiotik dan disinfektan di rumah-rumah sakit modern.
Hasil karya mereka diuraikan dalam jurnal Cell.
Jejak Ditemukan pada Letusan Kambrium
Dengan mengamati kembali bahan genetik bakteria tersebut, para peneliti mampu melacak keturunan enterococci sejauh Letusan Kambrium yang terjadi 542 juta tahun yang lalu ketika hewan pertama kali muncul dari laut.
Itu adalah bakteri yang bersarang di usus binatang melata sejuta tahun kemudian yang mengembangkan resistensi terhadap lingkungan mereka.
Gilmore menyatakan para ilmuwan sedang mempelajari gen bibit penyakit untuk mengidentifikasi sasaran untuk mengembangkan senjata baru untuk melawan bakteri super.
Gilmore menambahkan dengan mengenal karakteristik DNA purba bakteri enterococcus, ”Kami dapat mulai mengamati resistensi yang berbeda-beda dan mencoba untuk mengidentifikasi contoh dari senyawa-senyawa barau yang dapat menghancurkannya. Jadi itu menjadi sasaran untuk generasi baru disinfektan atau antibiotik.”
Mekanisme pertahanan hasil pengembangan
Gilmore mengatakan enterococci dapat hidup bebas dari bahaya di dinding pencernaan semua hewan bersama ribuan bakteri lainnya. Dalam lingkungan rumah sakit, orang sering mendapat perawatan dengan antibiotik untuk mencegah infeksi, namun obat itu juga membasmi mikroorganisma yang membantu untuk mengendalikan populasi enterococci.
Tanpa pemeriksaan itu, bakter super, yang tidak ikut terbasmi, mengembangkan resistensi terhadap antibiotik. Sejalan dengan berjalannya waktu, Gilmore berkata bakteri ini dan bakteri-bakteri super lainnya telah mengembangkan mekanismer pertahanan, termasuk lapisan luar yang keras, yang membuatnya sulit ditembus oleh antibiotik.
Tanpa ada hambatan, bakteri yang resisten terhadap obat dapat menemukan jalan memasuki aliran darah atau organ-organ tubuh lewat luka atau penggunaan kateter. Begitu terinfeksi, pasien, yang tubuhnya kini dikuasai oleh bakteri super, tidak merespon pada antibiotik dapat mengalami kematian akibat penyebaran infeksi dan kegagalan organ.
Gilmore menyatakan tujuan dari riset yang melacak enterococcus ke asal pra-sejarahnya adalah untuk membasmi bakteri super yang mengancam pasien yang dirawat di rumah sakit. [sub/voa]

Rabu, 29 Maret 2017

Desa ini Konsisten Membuat Ogoh-ogoh Berinovasi Mekanis

Balikini.Net -Sehari menjelang hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali melaksanakan hari Pengerupukan yang jatuh pada hari Tilem atau bulan baru Sasih Kesanga dalam penanggalan kalender Saka. Saat hari Tilem Kasanga akan diadakan upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Besakih dan di seluruh Desa Adat Pakraman di Bali. Setelah upacara selesai, maka dilaksanakan pawai ogoh-ogoh keliling wilayah Desa Adat. Ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai raksasa besar dan menyeramkan merupakan wujud dari Bhuta Kala yang dapat menggangu kehidupan manusia. Ogoh-ogoh yang telah diarak kemudian diupacarai dan dibakar (di pralina) sebagai simbol pemusnahan segala sifat buruk Bhuta Kala agar  terciptanya kehidupan yang tentram dan baik di tahun baru Saka.

Di Banjar Penebel Kaja, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali, sebuah desa Adat di lembah Gunung Batukaru, ogoh-ogoh dibuat dengan sentuhan inovasi. Berbeda dengan ogoh-ogoh pada umumnya dimana dibuat layaknya patung besar yang statis diam, di desa ini ogoh-ogoh dibuat dapat bergerak dan tampil dinamis.     Adalah Sekaa Teruna-TeruniWerdhi Stithi Bhakti yang menjadi ujung tombak pembuat ogoh-ogoh ini.

“Pada mulanya kami berkreasi dengan menambahkan unsur-unsur elektrik seperti penggunaan lampu di Ogoh-ogoh sedari tahun 1996, kemudian seiring berkembangnya talenta yang dimiliki anggota STT maka dibuatlah ogoh-ogoh yang dapat bergerak”, papar I Nengah Kesuma Jaya, sang undagi (arsitek) ogoh-ogoh di Banjar Penebel Kaja. Meskipun sudah tidak menjadi anggota Sekaa Taruna-Taruni karena sudah berkeluarga, I Nengah Kesuma Jaya tetap diberikan kepercayaan untuk meng-arsiteki pembuatan ogoh-ogoh.

Sejak dua puluh tahun berkarya bersama anggota STT dan dibantu seluruh warga Krama Banjar, tercatat berbagai kreasi telah dibuat diantaranya Ogoh-ogoh raksasa kera yang menggunakan per besi pada bagian leher sehingga dapat bergerak gemulai. Selanjutnya ogoh-ogoh naik kereta yang dapat bergerak, ogoh-ogoh Walunateng Dirah dimana ada ogoh-ogoh lain yang menari mengelilinginya dan ogoh-ogoh fragmen mecaru yang dapat berputar.

Dengan keinginan tetap berpacu dalam inovasi dan menjaga nilai tradisi, pada tahun 2016 ini STT Werdhi Sthiti Bhakti memutuskan untuk menciptakan ogoh-ogoh naik sepeda dan dihadang oleh raksasa besar. I Nengah Kesuma Jaya didampingi oleh sejumlah anak muda tim kerja utama  yaitu I Wayan Yogi (Ketua STT), Wayan Yudha Antara. Putu Kantika Padmana, Made Angga Wiguna dan Putu Yudhi Pratama. Masing-masing orang memiliki pembagian tugas tersendiri. Nengah dan Wayan Yudha dalam urusan rancang-bangun dan detail perhiasan ogoh-ogoh, Wayan Yogi membuat sistem permesinan mekanis, Putu Kantika untuk urusan konstruksi dan las, Made Angga dan Putu Yudhi dalam urusan pengrombo

Agar kuat menahan beban dan getaran, kerangka ogoh-ogoh dibuat dari besi. Sepeda yang digunakan merupakan sepeda jengki bekas dimana pada bagian roda depan dimodifikasi dan diperkuat dengan plat besi tebal. Tehnik ini digunakan untuk menjamin ogoh-ogoh tidak tumbang saat diarak dan ditarikan keliling wilayah Desa Adat.

“Pada sistem penggerak, kami menggunakan gengset 900 watt yang disambungkan dengan perangkat mesin jahit yang telah dimodifikasi, kemudian kami menggunakan regulator sebagai pengatur kecepatan gerak dari ogoh-ogoh”, terang Wayan Yogi. Karena mengangkut berbagai peralatan mesin, fondasi dasar juga diperhitungkan serius.

Saat ditarikan, ogoh-ogoh dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pun setelah berjam-jam keliling wilayah tidak terjadi kerusakan berarti yang dapat mengangu performa ogoh-ogoh tersebut ( kris adi )

Jumat, 17 Maret 2017

Kebohongan Dibalik Istilah “Blocking Time”

Kebohongan Dibalik Istilah “Blocking Time” Oleh Lembaga Penyiaran

Oleh :

I Nengah Muliarta (HP. 081338576547)

Praktisi Penyiaran Bali dan

Konsultan Bali Broadcast Academia (BBA)

Istilah blocking time sudah umum bagi para pekerja penyiaran, baik di radio mapun televisi. Blocking time di lembaga penyiaran sering diidentikkan dengan pemberian penguasaan waktu siar (air time). Ada juga yang mendefinisikan sebagai bentuk pembelian air time lembaga penyiaran, baik TV atau radio oleh individu, kelompok, organisasi/ lembaga, maupun institusi. Durasi blocking time yang secara umum ditawarkan oleh lembaga penyiaran antara 30 menit hingga 60 menit, walaupun terkadang ada yang lebih dari 60 menit. Dibalik implementasi blocking time penuh dengan kebohongan dan akal-akalan yang dilakukan oleh lembaga penyiaran, baik kepada publik maupun kepada pembeli air time.

Apabila mendefinisikan blocking time sebagai bentuk pembelian air time, maka sebagai sebuah media posisi lembaga penyiaran tidak memiliki independensi. Ketika waktu siar sudah dibeli dan dikuasai dalam waktu tertentu maka kendali ada pada pihak pembeli air time. Sehingga apapun isi siaran yang muncul menjadi hak penuh pembeli waktu siar. Pada posisi seperti ini seharusnya lembaga penyiaran lebih berhati-hati menggunakan istilah blocking time dalam melakukan penawaran program kepada pengiklan. Penggunaan istilah blocking time oleh lembaga penyiaran juga dilakukan secara kucing-kucingan. Pada saat melakukan penawaran kepada pengiklan lembaga penyiaran menggunakan istilah blocking time, tetapi saat berhadapan atau disidak oleh Komisi Pemilihan Umum (KPI) maka lembaga penyiaran menggunakan istilah kerjasama program. Mengingat sebagai lembaga regulator penyiaran KPI melarang praktek blocking time.

Merujuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pada pasal 46 ayat (10) disebutkan “ waktu siar lembaga penyiaran dilarang dibeli oleh siapapun untuk kepentingan apa pun, kecuali untuk siaran iklan”. Jika bentuknya siaran iklan juga ada batasannya, seperti yang tertuang dalam pasal 46 ayat (3) poin a. Dimana disebutkan bahwa “siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan martabat agama lain, pribadi lain, atau kelompok lain”. Batasan dalam Undang-Undang Penyiaran tersebut harusnya menjadi pedoman bagi lembaga penyiaran sebelum menawarkan program kepada pengiklan dengan istilah blocking time.

Strategi penawaran program blocking time yang dilakukan oleh lembaga penyiaran juga cenderung kebablasan, pukul rata dan tak pandang bulu. Lembaga yang ditawari program harusnya lembaga komersial saja. Lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga yang memang memiliki target untuk menjual dan mempromosikan produk barang/jasa atau memang lembaga yang melakukan kegiatan demi mendapatkan keuntungan. Kenyataanya di lapanga lembaga publik, lembaga sosial dan acara kegiatan sosial menjadi sasaran. Padahal lembaga penyiaran memiliki tanggungjawab sosial kepada masyarakat untuk menyiarkan informasi publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Nampaknya lembaga penyiaran perlu diingatkan kembali terhadap fungsi sosialnya sebagai konsekuensi menggunakan frekuensi publik. Parahnya lagi, hingga kegiatan KPI dalam bentuk literasi media melalui lembaga penyiaran menjadi target blocking time oleh lembaga penyiaran. Padahal sepatutnya lembaga penyiaran membantu KPI dan bahkan  melakukan literasi media secara mandiri. Menjadi sebuah pertanyaan, apakah lembaga penyiaran yang tidak mengetahui aturan atau memang hanya kejar setoran?

Istilah blocking time pada lembaga penyiaran pada dasarnya merupakan bentuk pembohongan kepada publik. Melalui proses permohonan lembaga penyiaran mengajukan untuk mendapatkan ijin pengelolaan frekuensi. Setelah ijin didapat lembaga penyiaran justru menjual hak waktu siar tersebut kepada pihak lain hanya demi mengejar pendapatan tinggi. Padahal Undang-Undang Penyiaran mengamanatkan bahwa lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. blocking time memang tidak sepenuhnya salah bila memang merupakan iklan komersial/niaga. Namun perlu kembali diingat bahwa terdapat batasan jumlah waktu siar untuk siaran iklan. Pasal 46 ayat (8) Undang-Undang Penyiaran memberikan batasan bahwa “Waktu siar iklan niaga untuk lembaga penyiaran swasta paling banyak 20%, sedangkan untuk lembaga penyiaran public hanya 15 persen dari seluruh waktu siaran”. Persentase 20% dan 15% tersebut juga termasuk siaran iklan layanan masyarakat yang harus disiarkan oleh lembaga penyiaran.

Dengan mengambil ilustrasi bentuk program blocking time yang umum berupa dialog dan pola siaran 18 jam maka dapat diketahui proporsi iklan pada sebuah lembaga penyiaran. Bila lembaga penyiaran bersiaran selama 18 jam maka waktu siar iklan yang dimiliki adalah 18 jam dikali 20 persen dan hasilnya 3,6 jam untuk siaran iklan termasuk iklan layanan masyarakat. Kemudian besaran persentase untuk siaran iklan layanan masyarakat khusus untuk lembaga penyiaran swasta adalah 10 persen atau 0,36 jam. Sehingga waktu siar untuk iklan komersial bagi lembaga penyiaran hanya 3,24 jam. Jika sampai program blocking time secara akumulatif lebih dari 3 jam dalam sehari maka dapat dipastikan lembaga penyiaran melebihi kuota proporsi persentase iklan. Bagi lembaga penyiaran yang persentase iklannya melebihi ketentuan yang ditetapkan maka akan dikenakan sanksi teguran tertulis hingga denda administratif.

Apabila dicermati lebih dalam, praktek blocking time juga merupakan bentuk pembohongan kepada pengiklan atau pihak yang membeli waktu siar. Sebagai contoh seorang pembeli waktu siar mengambil waktu blocking time satu jam. Dalam implementasinya dilapangan saat siaran waktu satu jam akan dipotong untuk menyiarkan promo program dan iklan lainnya, sehingga waktu siaran yang didapatkan pembeli waktu siar tidak penuh 1 jam. Hasilnya dari waktu 1 jam yang telah di beli, paling hanya 45 menit yang efektif didapatkan oleh pengiklan atau pembeli waktu siar. Belum lagi kalau di lembaga penyiaran radio dalam terkadang dalam program diselipkan lagu sebagai jeda dan tentu akan mengurangi waktu siar yang sudah dibeli.

Bagaimana dari segi harga waktu siar? Apakah blocking time memberikan keuntungan pendapatan lebih bagi lembaga penyiaran atau justru membuat harga durasi waktu siar kian murah? Dengan menggunakan pendekatan perhitungan dapat dilakukan untuk mendapatkan jawabannya. Sebagai sebuah pendekatan pada lembaga penyiaran radio yang pada proposal penawaran menetapkan harga iklan berdurasi 60 detik dengan harga Rp.150.000 hingga Rp. 500.000. Kemudian harga program blocking time yang berdurasi 1 jam ditawarkan dengan harga Rp. 3 juta hingga Rp. 5 juta. Jika harga satu iklan berdurasi 60 detik adalah Rp.150.000, maka dalam satu jam lembaga penyiaran radio akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 9 juta. Artinya justru dengan blocking time lembaga penyiaran menjual murah waktu siar. Dampaknya merugikan lembaga penyiaran sendiri.

Blocking time dalam pengertian berbeda dapat juga dipandang sebagai memberi kesempatan atau keleluasaan kepada pihak pembeli waktu siar untuk melakukan apapun. Mengingat ketika waktu siar sudah dibeli, apapun boleh dilakukan oleh pembeli karena sudah menjadi hak penuh pembeli waktu siar. Pada posisi seperti ini sama artinya lembaga penyiaran sudah menjual harga dirinya termasuk independensi dan netralitasnya. Mengingat apapun isi siaran atapun yang disiarkan oleh lembaga penyiaran merupakan tanggungjawab penuh lembaga penyiaran. Ketika terdapat pelanggaran dalam isi siaran yang disiarkan oleh lembaga penyiaran maka yang diberikan sanksi oleh KPI adalah lembaga penyiaran dan buka pihak pengisi siaran.

Sudah saatnya lembaga penyiaran untuk menghentikan praktek blocking time dan menghentikan penggunaan istilah blocking time dalam penawaran sebuah program. Penggunaan istilah kerjasama program lebih sesuai dan realistis. Ketika formatnya kerjasama program maka lembaga penyiaran masih memiliki hak penuh untuk melakukan kendali terhadap isi siaran. Memegang kendali untuk menjaga isi siaran agar sesuai dengan ketentuan penyiaran baik Undang-Undang Penyiaran, Pedoman Prilaku Penyiaran (P3), Standar Program Siaran (SPS) hingga aturan terkait etika jurnalistik. Memang kelemahanya adalah lembaga penyiaran tidak dapat mematok atau menentukan harga karena bentuk kerjasama sehingga berat dan ringanya harus ditanggung bersama.

Kamis, 16 Maret 2017

KEDATANGAN PERAIH NOBEL DUNIA, UNUD DIHARAPKAN BISA TINGKATKAN INTELEKTUAL

Balikini.Net - Bulan maret kali ini Universitas Udayana kembali mendapatkan kehormatan dengan datangnya peraih Nobel di bidang biologi kimia Dr. Peter Agre dalam acara 6th ASEAN “BRIDGES” EVENTS IN INDONESIA BRIDGES GIALOGUES TOWARDS A CULTURE OF PEACE FACILITATED BY THE INTERNATIONAL PEACE FOUNDATION di Gedung Widya Sabha, Universitas Udayana (UNUD) pada tanggal 24 Maret mendatang. Hal itu terungkap dalam audiensi Rektor UNUD Prof Dr. Dr Ketut Suastika bersama dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika di ruang kerja Gubernur, Kantor Gubernur, Denpasar (16/3). Menurut laporan Suastika, Dr. Peter Agre akan memberikan kuliah umum pada acara tersebut, untuk itu dia mengundang Gubernur Pastika untuk menghadiri sekaligus menjadi Keynote Speaker.

Menanggapi acara tersebut, Gubernur Pastika sangat mengapresiasi kunjungan ilmuwan yang telah mendapatkan penghargaan paling bergengsi di dunia. Terlebih lagi, Ia mengharapkan UNUD bisa mengambil momentum dari kuliah umum tersebut. “Ini adalah kesempatan langka, Bali telah banyak kedatangan orang berpengaruh dari seluruh dunia, saya harap UNUD jangan sia-siakan kesempatan ini. Semoga dengan kunjungan ini, kita bisa tingkatkan intelektual masyarakat terutama para mahasiswa,” ungkapnya yang dalam kesempatan tersebut turut juga didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan, TIA Kusuma Wardhani serta Kepala Biro Umum Setda Provinsi Bali I Made Dermawa.

Selain itu, Pastika juga mengingatkan pihak UNUD untuk berkoordinasi dengan Biro Humas dan Protokol terkait dengan protokoler kedatangan Dr. Peter Agre di Bandara Ngurah Rai. Karena menurut orang nomor satu di Bali itu, meskipun bukan tamu negara, namun sambutan hangat harus tetap diberikan kepada pemenang Nobel tersebut. “Kita tidak ingin beliau ikut antre di terminal kedatangan, kita harus sambut dengan hangat dan juga berikan penghormatan di terminal VVIP,” sambutnya. Ia berharap dengan kedatangan peraih nobel tersebut bisa memberikan dampak positif bagi Ilmu Pengetahuan bahkan juga Pariwisata Bali.

Sebelumnya, Suastika juga melaporkan jika selain memberikan kuliah umum, Dr. Peter Agre juga akan  dianugerahkan DR. Honoris Causa oleh Universitas Udayana di bidang Kesehatan. Dr. Peter Agre yang juga merupakan Profesor di Johns Hopkins Universuty of Medecine sendiri mendapatkan anugerah nobel berkat penelitiannya di bidang saluran di membran sel manusia. [pro/r6]

Minggu, 05 Maret 2017

Investa Stellar Dana Kelola (ISDK) Targetkan Dana Kelolaan Naik 100%

Balikini.Net - Perusahaan private equity Investa Stellar Dana Kelola (ISDK) menargetkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) pada tahun ini naik hingga 100%. Target tersebut berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun 2016 yang memuaskan. Direktur utama Investa Stellar Dana Kelola (ISDK) John Veter mengungkapkan, “kami telah mengakuisisi saham dua perusahaan PT. Divestekno Anugerah dan PT. Platinum Perkasa Indonesia masing-masing sebesar 30%. Dan saat ini, kedua perusahaan tersebut menunjukkan kinerja yang positif,” jelasnya kepada wartawan di Bali, disela acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Sabtu (4/3). 

Platinum Perkasa Indonesia merupakan perusahaan pengekspor briket tempurung kelapa, kayu Asam dan kayu Alaban ke berbagai negara. Dan Divestekno Anugrah merupakan pendukung operasional kontraktor migas dan distributor tunggal untuk 8 merek di sektor migas Indonesia. Ditambahkannya, saat ini ISDK tengah fokus pada empat sektor pilihannya, yaitu sektor konsumer, peternakan, perikanan dan holtikultura. “Tahun ini kami lebih gencar mencari perusahaan yang memiliki potensi untuk berkembang secara jangka panjang dan sesuai dengan filosofi kami,” sambungnya. 

 
John Veter menjelaskan, kehadiran ISDK di Platinum Perkasa Indonesia membuat perusahaan ini mampu memiliki pabrik baru yang berkapasitas 5 kali lipat kapasitas pabrik lama saat ini, “sebelumnya Platinum mengirimkan 3 kontainer per bulannya untuk di ekspor. Saat ini pengiriman meningkat hingga 10 kontainer. Kedepannya akan mampu mengirim 15-20 kontainer,” papar John. Platinum Perkasa Indonesia selain beroperasi di pabrik Cikunir juga memiliki 12 gudang untuk menampung bahan baku dari sentra batok diberbagai daerah. Dengan berdirinya pabrik baru, Platinum Perkasa Indonesia akan menjadi salah satu pemilik pembuatan briket termodern di Indonesia. Adapun Divestekno Anugrah hingga akhir tahun 2016, ditengah turunnya harga minyak dunia, omsetnya justru melonjak hingga 300%.  

Investa Stellar Dana Kelola (ISDK) saat ini lebih fokus mengembangkan bisnisnya di Indonesia, “kami amat terbuka untuk berdiskusi dengan pengusaha Bali di sektor konsumer, peternakan, perikanan dan holtikultura untuk bekerjasama dan memanfaatkan peluang luar biasa yang dapat dilihat di masa depan,” tutup John Veter. (*/r6)

Minggu, 05 Februari 2017

Saatnya Kompos Simantri Menuju Standar SNI

Balikini.Net - Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Bali mengusulkan kepada pemerintah provinsi Bali untuk mewajibkan kelompok Simantri agar kompos produksi Simantri memenuhi standar kualitas kompos sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Usulan tersebut disampaikan menyusul keluhan dari masyarakat yang memanfaatkan kompos produksi Simantri yang tidak mencantumkan kandungan kompos dan standar kualitas kompos. “karena sudah ada standar SNI, maka keharusan dari pemerintah provinsi Bali selaku pencetus program Simantri untuk menggalakan penerapan SNI pada kompos produk Simantri” tegas Ketua LPK Bali Putu Armaya dalam keteranganya di Denpasar, (3/2/2017).

Sejak tahun 2009, Pemerintah Provinsi Bali mengembangkan program sistem pertanian terintegrasi (Simantri). Simantri merupakan kegiatan integrasi pertanian dalam arti luas yang diintroduksikan pada usaha tanaman pangan, palawija dan hortikultura, peternakan, perkebunan, perikanan, dan tanaman kehutanan pada satu wilayah/lokasi kegiatan. Simantri juga sekaligus merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan.

Salah satu produk Simantri adalah kompos yang merupakan hasil olahan dari limbah pertanian dan limbah ternak. Penjualan kompos kini menjadi salah satu pendapatan dari kelompok Simantri di Bali.

Menurut Armaya, kedepan pemberlakuan standar SNI bagi kompos Simantri menjadi sangat penting, ditengah trend pertanian organic. Standar SNI kompos penting untuk memberi jaminan kepada konsumen bahwa kompos yang dibeli dan digunakan bermanfaat. Bukan justru menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu akibat kualitas kompos yang rendah atau justru kompos menyebabkan tanaman mati karena kompos belum matang. “dengan kompos memiliki standar SNI maka akan lebih ramah lingkungan dan tanaman yang diberikan kompos tumbuh dengan baik” kata Armaya.

Armaya berharap Pemerintah Provinsi Bali mulai mendorong kelompok-kelompok Simantri untuk mulai mematuhi standar SNI pada produk kompos yang dihasilkan. Standar SNI secara nasional telah menjadi pedoman bersama dalam memproduksi sebuah produk. Tentunya penerapan dan kepatuhan terhadap standar SNI merupakan bagian dari upaya perlindungan terhadap konsumen.

Peneliti dari Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Dr. I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, SP. M.Agr menyampaikan kompos produksi Simantri hingga kini belum ada yang memenuhi standar SNI. Apalagi kompos yang diproduksi oleh masyarakat sebagai usaha kecil-kecilan belum berpikir untuk memenuhi standar SNI. Target program pengomposan baru sebatas mengurangi volume limbah dan mengolah menjadi bahan yang lebih bernilai, salah satunya dalam bentuk kompos. “belum ada yang menerapkan SNI, apalagi jika bahan kompos yang digunakan beragam, tentu akan sulit memenuhi standar SNI” ujar Alit Susanta.

Alit Susanta menegaskan penerapan standar SNI pada produk kompos akan sangat sulit. Apalagi dalam prakteknya dilapangan tidak ada lembaga yang bertugas melakukan pengawasan. Secara umum hanya kompos yang diproduksi oleh pabrik yang selama ini memenuhi standar SNI. Pada industri kompos sekali kecil minimal hanya melakukan uji kandungan unsur hara makro dan mikro.

Hasil uji kualitas kompos terhadap 10 produk kompos yang beredar di Kota Denpasat yang dilakukan oleh Tantya Tantri, A.A. Nyoman Supadma dan I Dewa Made Arthagama dari  Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana menunjukkan bahwa

Hanya 2 produk kompos yang memenuhi kriteria SNI 19-7030-2004. Kedua produk kompos tersebut yaitu pupuk Bio-extrrim Trubus dan Putri Liman Simantri 096 Blahbatuh, Gianyar. Dalam penelitian yang dilakukan selama November 2014 sampai dengan bulan April 2015 juga menekankan bahwa apabila kompos tersebut diproduksi dan diedarkan secara luas untuk dijual secara komersial, maka diperlukan suatu regulasi agar kompos yang diperjualbelikan tersebut memenuhi standar mutu yang dapat diterima.

Salah seorang pengusaha kompos Ketut Darmawan mengakui bahwa untuk mencapai kompos yang memiliki standar SNI masih sangat sulit. Mengingat hingga saat ini, pendaftaran hak merk kompos masih harus diurus ke Jakarta dan belum bisa dilakukan melalui kantor wilayah. Prosesnya memakan waktu yang lama sehingga menyulitkan bagi pengusaha kompos yang berusaha mencoba taat aturan.

Menurut Darmawan, pemenuhan terhadap standar SNI pada produk kompos tidak menjadi perhatian bagi usaha kompos kecil-kecilan. Apalagi jika konsumenya hanya petani atau masyarakat yang berada di sekitrar lokasi usaha kompos. Permasalahanya hanya ketika ada lembaga yang membutuhkan kompos dan memberikan peryaratan pemenuhan standar SNI, maka pengusaha kompos akan sulit mendapatkan penawaran. “memang beberapa instansi pengadaan barang atau jasa yang mengisyaratkan ada SNI sesuai Permentan 71 tahun 2011. Kalau konsumenya hanya petani gak ada masalah” ucap Darmawan.

Darmawan mengungkapkan permasalahan lain dalam upaya pemenuhan standar SNI bagi produk kompos selama ini adalah keterbatasan lembaga laboratorium untuk uji kompos. Hingga saat ini di Bali belum ada laboratorium yang mampu melakukan uji laboratorium produk kompos secara komplit. Akibat ketiadaan laboratorium menyebabkan usaha uji lab harus dilakukan ke luar Bali. Selain itu biaya uji lab juga cukup tinggi, sebagai salah satu contoh melakukan uji lab kompos secara komplit ke Bogor memerlukan dana mencapai Rp. 1,2 juta untuk sekali uji lab.

Sementara Ketua Simantri 125 Gapoktan Sawo Kabeh Desa Dawan Klod Kecamatan Dawan Klungkung Wayan Sumerta mengakui belum mengetahui jika kompos harus memenuhi kententuan standar SNI. Mengingat program pengomposan yang dilakukan selama ini lebih pada upaya pemanfaatan limbah ternak dan pertanian. “tujuannya adalah mengolah limbah yang ada menjadi bahan kompos, sehingga memberikan manfaat bagi kelompok simantri” ujar Sumerta.

Sumerta mengatakan jika harus mematuhi standar SNI tentu harus memberikan manfaat lebih bagi kelompok tani. Apalagi harus melakukan uji kualitas kompos yang memerlukan biaya tinggi. Pada sisi lain harga kompos hasil produksi kelompok Simantri masih rendah.

Pemerintah Provinsi Bali menargetkan hingga 2018 di Bali terdapat 1.000 Simantri. Selain memproduksi pupuk kompos padat, Simantri juga menghasilkan produk pupuk kompos cair serta bio-urin. Melalui pemanfaatan pupuk kompos diharapkan secara perlahan pertanian di Bali menjadi pertanian organik.

Kegiatan Simantri berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer, dan fuel). Potensi, peluang, dan dukungan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan Simantri diharapkan menjadi embrio bagi keberlanjutan program pembangunan sektor pertanian daerah menuju sistem pertanian energi terpadu untuk kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.

Dampak kegiatan Simantri ke depan diharapkan dapat mendorong petani untuk mandiri dalam pemenuhan pangan, pupuk, dan pestisida organik sebagai input produksi usahatani. Selain itu diharapkan dapat menjadi upaya penyediaan energi (biogas) yang dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga sekalipun masih dalam skala terbatas. (muliarta)

Rabu, 14 Desember 2016

Kreatif Memanfaatkan Botol Bekas Menjadi Media Transplantasi Karang

Balikini.Net - Sebuah langkah kreatif dilakukan oleh Coral Triangle Center (CTC) dan dive operator Living Seas Dive Center  dalam menanggulangi keberadaan botol bekas minumnan. Botol bekas yang sebelumnya mengotori lingkungan dimanfaatkan sebagai media tanam terumbu karang. Ide kreatif penanaman bibit karang dengan media botol bekas tersebut dilakukan di perairan Padang Bay dengan luas 4 meter persegi. 

Learning Site Manager CTC, Marthen Welly mengungkapkan usaha pemanfaatan botol bekas menjadi media tanam karang berawal dari keprihatinan akan banyaknya botol bekas terutama botol plastic yang berserakan dan berakhir ditempat sampah. Botol bekas tersebut tidak jarang juga mencemari laut. Tujuan dari kegiatan ini adalah karang terehabilitasi tetapi juga bisa mengatasi masalah sampah jika berhasil, terutama sampah botol baik kaca maupun plastik. “Jadi keuntungannya, seperti mendapatkan dua burung dengan satu batu. karang terehabilitasi, masalah sampah bisa terkurangi” kata Marthen Welly

Menurut Marthen, selama ini transplantasi karang identic menggunakan bahan beton atau semen sebagai substrat. Kenyataanya media botol bekas dapat digunakan sebagai media untuk melakukan transplantasi karang.

Marthen menegaskan ide kreatif ini merupakan langkah positif, sehingga langkah dan upaya positif harus didukung. Namun upaya transplantasi karang menggunakan botol bekas ini masih  dalam skala uji coba.  “karena ini masih dalam skala uji coba, maka luasanyanya masih sangat kecil sekitar 4 meter persegi, dimana bahan yang diuji cobakan berasal dari botol kaca dan botol plastic” papar Marthen.[mul]

 

Kamis, 08 Desember 2016

UU ITE untuk Kehidupan dan Peradaban yang Lebih Baik

Balikini.Net – Bandung  6 Desember 2016 - Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sesungguhnya dikembangkan untuk memudahkan kehidupan masyarakat dan sepatutnya mendorong pertumbuhan perekonomian serta meningkatkan peradaban kemanusiaan ke arah yang lebih baik.

Namun, keberadaan TIK seperti dua sisi mata uang yang sekaligus dapat merugikan peradaban dan kemanusiaan jika tidak digunakan secara cerdas dan bertanggung jawab.

“Sangat penting bagi kita untuk menguasai teknologi, tidak hanya memiliki dan menggunakan gawai seperti ponsel pintar yang terhubung dengan internet, melainkan juga berkomunikasi dengan baik dengan cara memahami tata cara, etika, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat saat beraktivitas, berekspresi, dan berpendapat melalui internet,” kata Ary Fitria Nandini dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, di Bandung, Selasa (6/12).

Hal tersebut diungkapkan Ary saat menjadi narasumber pada kegiatan Sosialisasi Revisi UU ITE dan Penggunaan Media Sosial sebagai Media Diseminasi Informasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bandung, di Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung, Selasa (6/12).

Pada kenyataannya, terdapat banyak kejadian dan kasus hukum pidana di Indonesia yang melibatkan penggunaan TIK oleh masyarakat karena melakukan hal-hal yang dilarang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Hal ini bisa dikarenakan memang ada niat dan kesempatan atau dapat terjadi karena ketidaktahuan.

Ary menambahkan, beberapa kasus yang menyita perhatian publik, diantaranya kasus Prita Mulyasari di Tangerang (2008), Florence Sihombing di Yogyakarta (2014), dan yang terbaru kasus Yusniar di Makassar (2016), seorang ibu rumahtangga yang ditahan Kejaksaan Negeri Makassar karena statusnya di media sosial Facebook.

Sejak tahun 2008 hingga November 2016, berdasarkan data Southeast Asia Freedom of Expression Network, terdapat 169 netizen di Indonesia yang diproses hukum dengan menggunakan UU ITE. Lebih lanjut, disebutkan bahwa setidaknya ada 137 kasus yang melibatkan Pasal 27 ayat (3) UU ITE tentang penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Akhirnya, setelah delapan tahun ditetapkan sejak 1 April 2008, Pemerintah bersama DPR RI bersepakat menyetujui RUU Perubahan UU ITE menjadi UU pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 27 Oktober 2016.

Perubahan yang mendasar diantaranya bahwa ketentuan Pasal 27 ayat (3) mengacu pada ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah dalam KUHP, dan merupakan delik aduan. “Norma hukum tersebut merupakan delik aduan sehingga yang dapat melaporkan adalah pribadi kodrati (naturlijk persoon) atau menunjuk satu orang tertentu,” tegas Ary.

Menurut dia, perubahan kedua yang perlu diapresiasi adalah penurunan ancaman pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dari paling lama 6 tahun menjadi 4 tahun dan/atau denda dari Rp 1 miliar menjadi Rp 750 juta.

Selain itu, juga dilakukan penurunan ancaman pidana ancaman kekerasan dan/atau menakut-nakuti pada Pasal 29 dari paling lama 12 tahun penjara menjadi 4 tahun dan/atau denda dari Rp 2 miliar menjadi Rp 750 juta.

“Dengan ketentuan ini, Aparat Penegak Hukum tidak lagi, secara serta merta, dapat melakukan tindakan hukum berupa penahanan fisik terhadap terlapor/tersangka,” jelas alumnus Unpad tahun 2006 ini. Lebih lanjut disebutkan bahwa seseorang dapat dikenakan penahanan terhadapnya apabila seseorang tersebut dikenakan tindak pidana dengan ancaman penjara 5 tahun atau lebih.
Walaupun, seharusnya ancaman penjara 5 tahun atau lebih tidak serta merta membuat seseorang dapat ditahan kecuali dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak barang bukti, atau menghilangkan barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana.

Dengan demikian, UU ITE tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan justru ditetapkan untuk melindungi kepentingan, martabat, dan kehormatan orang di masyarakat.
UU ITE ditujukan untuk menegaskan hak dan kewajiban setiap warga negara, namun perlu diingat bahwa hak dan kewajiban tersebut juga terbatasi oleh hak dan kewajiban orang lain sehingga setiap pihak pelu menyikapi dengan bijak. “Bukankah menjadi orang Indonesia adalah menjadi orang yang sopan dalam berkomunikasi dan santun dalam bertindak,” tandas Ary.

Dengan lebih memahami UU ITE, diharapkan pemanfaatan TIK dapat memudahkan aktivitas masyarakat. Seperti Pemerintah Kota Bandung yang menjadi salah satu kota percontohan di Asia Pasifik sejak 2014 lalu, tentang penggunaan media sosial sebagai alat manajemen kota.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memanfaatkan media sosial secara terbuka sebagai sarana komunikasi dalam menyerap aspirasi serta mengontrol kondisi Kota Bandung. Setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung wajib menggunakan satu atau lebih media sosial sebagai salah satu sarana komunikasi dengan masyarakat. [*/r7 / hum]

Sabtu, 19 November 2016

PROGRAM SINERGI AKSI JOKOWI NYATA TERLIHAT DI KINTAMANI

Balikini.Net  – Indonesia adalah salah satu dari 4 besar produsen kopi  terbesar dan terbaik di dunia. Akan tetapi, berbeda dengan negara penghasil kopi lainnya, Kesejahteraan petani kopiIndonesia belum “sebaik” kopi yang mereka hasilkan.
Banyak di antara mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya pengetahuan mengenai pasca panen sehingga kopi yang dijual masih dalam kondisi nilai jual yang rendah dan juga panjangnya rantai distribusi sehingga petani mendapatkan sisa margin yang kecil.
Mempertimbangkan hal tersebut, Kementerian Koperasi & Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia melalui Koperasi Nasional “Aku Mandiri” bekerja sama dengan Mayora Group khususnya selaku produsen kopi Torabika dan AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) mengadakan pemberdayaan petani kopi Kintamani melalui pelatihan pascapanen dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Bank Artha Graha yang berlansung di Kintamani dari tanggal 15,16,17,18 November 2016.
“Program pemberdayaan petani kopi Kintamani ini merupakan bagian dari Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat (PSAER) yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 11 April 2011 silam di Brebes. Melalui program ini, Presiden menginstruksikan kepada pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta untuk bersinergi dan bergotong royong satu sama lain untuk dapat membantu  peningkatan taraf hidup pelaku usaha UKM pada umumnya dan petani pada khususnya. Kami juga mengapresiasi  para stakeholder khususnya AEKI dan Mayora Group  selaku produsen kopi Torabika yang telah sepenuh hati mendukung program pelatihan ini.” menurut Reza Fabianus selaku Ketua Umum Koperasi Nasional.

 
Kegiatan pemberdayaan ini meliputi rangkaian kegiatan pelatihan kepada para petani. Di pelatihan ini Petani diberikan pengetahuan mengenai proses pasca panen kopi yang baik sehingga dapat menghasilkan produk kopi yang berstandar Industri dan Ekspor. Petani langsung mendapatkan pengetahuan ini dari tim AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) dan Mayora Group (Torabika) yang sudah sangat mengerti mengenai standar proses dan produk akhir kopi untuk memenuhi standar ekspor.
Membangun kampung digital demi menciptakan koperasi dan UKM yang melek digital dan informasi dilakukan oleh PT Telkom Indonesia sebagai BUMN

Sri Linda selaku MarComm AEKI menyampaikan, “Biji kopi terbaik berasal dari tanah vulkanis, Kondisi alam Kintamani yang dianugerahi pegunungan vulkanik dan iklim yang dingin, menjadikan biji Kopi Kintamani salah satu yang terbaik di dunia.   Namun kualitas biji kopi yang baik  harus dilengkapi oleh proses pasca panen yang baik, sehingga cita rasa kopi bisa optimal tanpa kehilangan aroma terbaiknya. Sehingga kami sangat bahagia pada kesempatan ini bisa membantu Kementerian KUKM untuk ikut memberikan wawasan proses dan standar kopi bagi para petani kopi Kintamani ”.
Mayora Group dalam hal ini, Sales and Marketing Director PT. Torabika Eka Semesta, Bpk Goesnawan mengungkapkan, “Kami merasa beruntung terlibat dalam program pemberdayaan petani kopi ini. Hal ini sejalan dengan komitmen kami untuk Sepenuh Hati bagi Pecinta Kopi, yang mana salah satu nya adalah membantu kesejahteraan petani kopi. Kami juga berharap melalui kerjasama ini,  Torabika dapat berkontribusi tidak hanya ikut mensejahterakan petani namun juga  membantu konsumen kopi Indonesia dan masyarakat dunia agar dapat merasakan kopi berkualitas tinggi.”

Demi memperkuat gaung pemberdayaan ini, akan diadakan pula Event Walk for Farmer sebagai puncak rangkaian kegiatan sekaligus merupakan gerakan untuk mengajak masyarakat turut serta aktif untuk memajukan petani kopi Bali . Acara ini rencanaya akan dilaksanakan pada bulan Desember mendatang juga di  Bali dan yang rencananya dapat dihadiri langsung oleh Bpk Presiden Jokowi.

Program Sinergi Aksi Pemberdayaan Kopi Arabica Kintamani di dukung tidak kurang dari 30 stake holders, antara lain Mayora Group (Torabika), Bank Arta Graha, Bank Mandiri, Bank BNI, Telkom , Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali di bawah Kementerian Pertanian, Bank Indonesia, Dinas Perkebunan provinsi Bali dan Dinas Koperasi dan UKM hingga kedinasan di tingkat Kabupaten sampai kecamatan dan unit desa. Bersama-sama untuk berjuang agar nilai komersial tinggi dari kenikmatan Biji kopi Kintamani dapat juga dirasakan oleh para petani kopi. [*/r7]


Kamis, 13 Oktober 2016

Astra Dinobatkan Jadi Best Company di Indonesia

Balikini.Net - HONG KONG . PT Astra International Tbk kemis malam  (13/10) menerima penghargaan sebagai Best Company di Indonesia dari majalah FinanceAsia, Hong Kong, dalam acara “FinanceAsia 20th Anniversary Platinum Awards”, yang berlangsung di sebuah hotel di Hong Kong.
Astra meraih penghargaan sebagai perusahaan terbaik di Indonesia berdasarkan data historis hasil jajak pendapat yang diadakan setiap tahun untuk perusahaan berbagai negara di Asia sepanjang 20 tahun majalah tersebut berdiri. 
 
Pada kesempatan ini, FinanceAsia hanya memilih satu perusahaan dari setiap negara. Beberapa korporasi besar yang meraih penghargaan Best Company antara lain Samsung Electronics dari Korea Selatan, China Telecom dari China, PTT dari Thailand dan Singtel dari Singapura.
“Atas nama pribadi dan manajemen Astra, kami berterima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan yang berpartisipasi dalam survei tersebut, dan telah mendukung perjalanan Astra sepanjang 59 tahun ini. Tentunya kami berharap semoga prestasi ini dapat menjadi kebanggaan bangsa bagi masyarakat Indonesia,” ujar Presiden Direktur Prijono Sugiarto setelah menerima penghargaan. Menurut Prijono, sebagai aset nasional, Astra ingin terus berkontribusi di bidang ekonomi dan sosial bagi bangsa Indonesia melalui 202 perusahaan yang didukung oleh 213.175 karyawan beserta lebih dari 2.500 vendor yang melibatkan lebih dari satu juta karyawan untuk melayani lebih dari 10 juta konsumen atau pelanggan Grup Astra setiap tahunnya.

Dalam perjalanannya menjelang usia ke-60 pada tahun 2017, Astra senantiasa memberikan yang terbaik di setiap bidang usaha melalui enam lini bisnis yaitu Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik dan Lainnya serta Teknologi Informasi. Astra International tercatat di Bursa Efek Indonesia 4 April 1990 dan menjadi salah satu saham yang tergolong blue chip dengan kapitalisasi pasar saham sekitar Rp 337 triliun (data 12 Oktober 2016).
Majalah FinanceAsia telah mengadakan jajak pendapat dari kalangan investor dan analis di Asia menyangkut berbagai kriteria: kinerja perusahaan, tata kelola perusahaan, investor relations, corporate social responsibility (CSR) dan kepemimpinan seorang CEO.

Pada jajak pendapat tahunan yang diselenggarakan FinanceAsia, Astra International meraih penghargaan kategori Best Managed Company pada posisi pertama selama 13 tahun, yaitu pada 2001, 2003, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015. Untuk kategori Best Corporate Governance, Astra International menerima peringkat teratas dalam 10 tahun pada 2003, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2014 dan 2015. Pada tahun 2011 & 2013, Prijono Sugiarto menerima predikat Best CEO peringkat pertama versi majalah FinanceAsia.
Penghargaan yang diberikan FinanceAsia kepada Astra pada acara malam ini, merupakan akumulasi prestasi atau kinerja perusahaan atas berbagai kriteria dalam 20 tahun terakhir.
 
Strategi Triple P Roadmap Pada tahun 2010, manajemen Astra di bawah kepemimpinan Prijono Sugiarto menerapkan strategi Triple P Roadmap yang meliputi Portfolio Roadmap, People Roadmap dan Public Contribution Roadmap, agar Astra mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Melalui arah strategis ini, Astra mengambil langkah-langkah konkret dengan jelas yang menjabarkan posisi Astra dalam [r7 / Hongkong ]

Kamis, 06 Oktober 2016

Aleppo Mungkin Hancur Total

 
(REUTERS/Denis Balibouse)
Balikini.Net - VOA .Utusan Khusus PBB untuk Suriah mengatakan, Aleppo Timur mungkin hancur total sebelum akhir tahun ini akibat aktivitas militer yang kejam dan terus menerus di kota itu, di mana sekitar 275 ribu warganya terkepung.

Pada konferensi pers hari Kamis, utusan PBB Staffan de Mistura dan Penasihat Khususnya, Jan Egeland, juga meminta kelompok pemberontak al Nusra agar melihat kehancuran dan kerusakan yang disebabkan oleh tindakan mereka terhadap warga sipil di negara itu.

De Mistura mengatakan, “Seribu anggota al Nusra menentukan nasib 275 ribu warga sipil.” Ia juga mengritik Rusia atas apa yang ia sebut serangan bom berlebihan terhadap Aleppo Timur, yang membahayakan warga sipil di kota itu sementara pemberontak di sana jumlahnya relatif lebih sedikit. [voa /bk]

Sabtu, 02 Juli 2016

Indonesia Bakal Punya Gelar Astronot

Rizman A. Nugraha 27 (BK/riz )
Balikini.Net – Kepandaian orang Indonesia sebenarnya tidak diragukan lagi oleh dunia internasional. Namun karena minimnya dukungan sarana dan prasarana yang memadai membuat kemajuan ilmu pengetahuan berjalan di tempat. Kalau pun berkembang hanya perlahan-lahan saja.

Walau demikian, Rizman A. Nugraha (27), seorang calon astronot dari Indonesia yang ramai diberitakan hendak terbang ke luar angkasa, tidak berdiam diri. Ia terus berusaha membuktikan kemampuan orang Indonesia menjadi seorang astronot.

Sebenarnya Rizman A. Nugraha bukan yang pertama kali menjadi calon astronot dari Indonesia. Indonesia pernah memiliki calon astronot pertama yang nyaris terbang keluar angkasa. Masih Ingat, Pratiwi Pujilestari Sudarmono atau yang akrab di panggil Pratiwi? Ia nyaris terbang ke luar angkasa, namun batal di detik-detik menjelang keberangkatan.

foto Pratiwi (sumber wikipedia)Kisah Pratiwi sudah banyak diberitakan. Wanita yang bergelar Doktor dan memiliki pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika dan bioteknologi ini, terpilih menjadi calon astronot untuk misi ke luar angkasa lewat misi Palapa B-3-STS-61H pada tahun 1985.

Misi yang bertujuan untuk mengirim satelit Palapa-B2P, Skynet 4A dan WESTAR 6S. Di dalam misi tersebut ada (7) kru yang hendak diberangkatkan saat itu. Mereka adalah Mike Coats (komandan), Jhon Blaha (pilot), Robert Springer, James Buchli, Anna Fisher (spesialis misi), Pratiwi Pujilestari Sudarmono, dan Nigel Wood (spesialis dari internasional). Di belakang Pratiwi ada nama Taufik Akbar sebagai cadangannya.

Mereka rencananya diberangkatkan ke luar angkasa pada tanggal 24 Juni 1986 dan pulang ke bumi pada tanggal 1 Juli 1986. Saat itu Pratiwi menjadi orang pertama Indonesia dan astronot wanita Asia yang ramai diberitakan.

Namun rencana itu gagal, misi dibatalkan karena kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger. Pesawat itu meledak, setelah 73 detik diluncurkan dan menyababkan 7 astronot tewas. Pesawat hancur di atas Samudra Atlantik atau lepas pantai puasat Florida pada 11:38 EST (16:38 UTC). Satelit Palapa milik Indonesia kemudian di luncurkan dengan menggunakan sebuah roket Delta. Dan Kini Pratiwi menjadi Profesor mikrobiologi di Universitas Indonesia.

Selang 30 tahun kemudian, kini muncul nama Rizman A. Nugraha. Bedanya, Rizman hendak diberangkatkan ke luar angkasa untuk jalan-jalan. Rizman lolos dan menjadi orang satu-satunya dari Indonesia yang direncanakan merasakan sensasi di luar angkasa dari kontes yang di gelar sebuah produk parfum.

Rizman pun menjalani semua tes dan berhasil lolos sampai ia terbang ke Florida, Amerika Serikat untuk menjalani pelatihan di Global Space Camp. Tes yang dijalani Rizman antara lain, baris-berbaris, panjat dinding, simulator terbang, kesehatan, dan bahasa Inggris. Di Global Space Camp, Rizman kembali bersaing dengan peserta dari 62 negara untuk diseleksi dan dinyatakan lulus. Namun sampai saat ini Rizman belum tahu, kapan akan terbang ke luar angkasa. (BK/Yan-Jatim/Diolah dari berbagai sumber dan sumber dok. Pribadi Rizman)
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved