guru bersar isi (balikini.net/pro ) |
Balikini.Net -Institut Seni Indonesia (ISI)
Denpasar sebagai sebuah perguruan tinggi negeri di Bali diharapkan tidak hanya
mencetak lulusan sarjana di bidang seni, namun lebih dari itu, sekolah tinggi
di bidang Seni ISI ini diharapkan mampu menarik anak muda untuk memantapkan
kehidupan berkesenian sebagai identitas utama masyarakat Bali di tengah
persaingan global. Penegasan tersebut disampaikan oleh Gubernur Bali Made
Mangku Pastika dalam sambutannya pada acara Pengukuhan Prof. Dr. I Gede Arya
Sugiartha, S.Skar., M.Hum sebagai Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI)
Denpasar, di Gedung Natya Mandala, ISI, Denpasar (30/6). Beberapa harapan akan
kiprah Institut ini sempat diutarakan oleh orang nomor satu di Bali itu,
diantaranya harapan akan ISI yang harus go international, yaitu sebagai
media promosi terdepan akan kesenian Bali, ISI juga harus mampu meningkatkan
kualitas sumber daya seni dan kualitas kehidupan berkesenian. Dan yang
terpenting adalah keberadaan ISI harus bisa menajdi Centre of Art and
Science, dimana pola pembelajaran harus mampu menyalurkan hakikat ilmu seni
itu sendiri bukan berorientasi terhadap mencetak lulusan semata. “Untuk
mencapai semua itu, maka guru besar memiliki tanggung jawab moral yang besar,
dan tambahan nama itu bukan gelar semata,” ungkapnya. Apalagi menurutnya ‘Prof’
itu bukan hanya kependekan untuk jabatan profesor semata, namun bisa juga
diartikan sebagai provokator. “Provokator di sini dalam artian mampu
memprovokasi orang terutama mahasiswa untuk bekerja dan belajar lebih giat
lagi,” bebernya.
Dalam kesempatan itu, Pastika
juga mengucapkan selamat atas pengukuhan guru besar terhadap Prof Gede Arya
Sugiartha yang sekaligus juga merupakan rektor ISI periode 2013-2017. Dengan
pengukuhan tersebut, maka bertambah pula satu guru besar di kampus kebanggaan
para seniman Bali tersebut. Terkait penelitian yang sekaligus menghantarkan
Prof Gede Arya Sugiartha sebagai guru besar yaitu seni pertunjukan “genjek”,
Pastika mendorong para akademisi di ISI untuk meningkatkan kajian akademis
terhadap cabang dan jenis seni pertunjukan di Bali yang selama ini tidak begitu
banyak diangkat ke permukaan. “Ada latar belakang yang historis-ilmiah tentang
tumbuhnya kesenian kita di satu daerah, kesenian tersebut juga mengandung nilai
kearifan lokal yang adiluhung, maka dari itu saya minta semua dosen harus
memperbanyak penelitian dan menggali lagi seni budaya kita,” imbuhnya. Apalagi
kesenian merupakan penunjang utama sektor pariwisata Bali bersama budaya,
sehingga semakin beraneka ragam ditawarkan akan bisa menjadi poin lebih untuk
pertumbuhan pariwisata kita ke depan.
Sementara itu, Prof I Gede Arya
Sugiartha dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Genjek Sebuah Seni Vokal Bali,
Pembentukan dan Perkembangannya” menyampaikan bahwa ketertarikannya mengangkat
tema itu sebagai penelitian dikarenakan seni vokal tersebut belakangan ini
mulai meredup padahal dekade 1990-an sangat ramai dibicarakan. Menurutnya
hingga saat ini tidak banyak penelitian yang mengangkat genjek sebagai objek,
hingga Ia pun tergugah meneliti dan berharap bisa membangkitkan lagi. Selain
seni vokal, dalam Genjek juga terkandung seni sastra yang mengandung unsur tema
kegembiraan, romantis, rayuan, nasehat maupun sindiran. Dia juga menyimpulkan
jika Genjek yang lahir pertama kali di Karangasem merupakan sebuah seni rakyat
yang lahir dan dipelihara oleh masyarakat pedesaan, namun mulai menyebar ke
daerah lain. “Perkembangan genjek sebagai sebuah kesenian yang adiluhung telah
melalui fase yang cukup panjang. Dalam kesenian ini juga terkandung nilai moral
lain seperti nilai pertemanan dan pergaulan, untuk itu, sebagai kesenian
rakyat, keberadaan genjek harus terus dilestarikan dan saya harap kelak bisa
tampil di PKB,” tandasnya.
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram