Balikini.Net --Biasanya memasuki bulan Juni hingga bulan Agustus,merupakan hari baik umat Hindu di Bali melangsungkan upacara pitra yadnya (ngaben). Pelaksanaan ngaben di daerah ini memberikan angin segar bagi krama Bali yang menekuni usaha pembuatan bade. Seperti halnya, di tempat usaha milik I Ketut Tantri (65), asal Dusun Demulih, Susut, Bangli. Semenjak dua bulan lalu, kesibukan di rumah pensiunan PNS Disdikpora Bangli itu meningkat. Pasalnya, order pembuatan bade, wadah dan petulangan di bengkel kerjanya terus berdatangan.
I Ketut Tantri saat ditemui ditempat kerjanya Minggu(14/08/2016) kemarin , mengatakan, sejak bulan Juni hingga akhir Agustus, order terus berdatangan ke bengkel kerjanya. Puncaknya terjadi pada bulan Juli hinggaAgustus, puluhan order datang hingga dirinya mengaku kewalahan dalam melayaninya. Apalagi, konsumen yang datang harus minta ordernya dikerjakan secepatnya. “Beruntung saya telah memiliki banyak tenaga handal sehingga order hampir semuanya bisa dikerjakan tepat waktu,”jelas pria yang rambutnya mulai memutih ini.
Dikatakan, order tidak saja datang dari masyarakat Bangli, melainkan datang dari berbagai daerah di Bali seperti, Gianyar, Klungkung dan Kintamani . Bahkan, masyarakat di Nusa Penida, Kelungkungpun banyak yang memesan bade maupun wadah di tempat usahanya. Sementara saat ditanya soal harga bade, kata dia, bervariasi disesuaikan dengan basarnya. Untuk bade ukuran besar dihargai Rp 12 juta, bade ukuran kecil Rp 6 juta. Sedangkan untuk petulangan dijual Rp 3.500.000 hingga Rp 6 juta. “Untuk bade komplit harga mencapai Rp 23 juta,”tuturnya.
Sukses yang dicapai, Tantri, tidak saja dinikmati keluarganya. Melainkan bisa menghidupi puluhan warga sekitar. Betapa tidak, di bengkel kerjanya, Tantri kini bisa menampung sekitar 15 tenaga kerja dari berbagai golongan, baik tua maupun muda. Bahkan, anak-anak pun ikut nimbrung bekerja di sana. Dalam pengerjaan sekarang agak mudah karena menggunakan outbond,sedangkan dulu pakai kayu sehingga pengerjaannya agak lama. . “Kita juga memberikan kesempatan untuk anak-anak belajar disini, dan mereka telah bisa menambah uang jajan sendiri dari mengukir ornament bade,”ungkapTantri.
Dikatakan pula pantangan menekuni kerajinan bade, kata dia, cukup banyak. Salah satunya, adalah saat memulai pekerjaan harus memilih hari baik, dimana setiap bekerja, utamanya saat membuat kerangka maka harus menghanturkan sesaji berupa sesantun. Selain itu, bila konsumen, telah mengambil bade, wadah maupun petulangan, maka diwajibkan untuk membawa sesaji berupa sesantun, durmangala dan parascita. Banten ini, digunakan untuk menyucikan lokasi bekerja secara niskala. “Hal itu terus kita terapkan, syukur sejauh ini kita tidak pernah mendapatkan godaan baik sekala maupun niskala,”katanya Tantri
Sementara itu Ni Wayan Ayuningsih (23) satu-satunya dibengel kerjanya seorang wanita mengatakan dirinya menekuni mengukir sejak masih duduk dibangku SD Kelas VI sampai tamat SMKN 1 Susut jurusan multimedia empat tahun lalu masih tetap ikut membantu " Saya belajar membuat ukiran ornamen bade sejak kelas VI SD"pungkasnya (Anggi).
I Ketut Tantri saat ditemui ditempat kerjanya Minggu(14/08/2016) kemarin , mengatakan, sejak bulan Juni hingga akhir Agustus, order terus berdatangan ke bengkel kerjanya. Puncaknya terjadi pada bulan Juli hinggaAgustus, puluhan order datang hingga dirinya mengaku kewalahan dalam melayaninya. Apalagi, konsumen yang datang harus minta ordernya dikerjakan secepatnya. “Beruntung saya telah memiliki banyak tenaga handal sehingga order hampir semuanya bisa dikerjakan tepat waktu,”jelas pria yang rambutnya mulai memutih ini.
Dikatakan, order tidak saja datang dari masyarakat Bangli, melainkan datang dari berbagai daerah di Bali seperti, Gianyar, Klungkung dan Kintamani . Bahkan, masyarakat di Nusa Penida, Kelungkungpun banyak yang memesan bade maupun wadah di tempat usahanya. Sementara saat ditanya soal harga bade, kata dia, bervariasi disesuaikan dengan basarnya. Untuk bade ukuran besar dihargai Rp 12 juta, bade ukuran kecil Rp 6 juta. Sedangkan untuk petulangan dijual Rp 3.500.000 hingga Rp 6 juta. “Untuk bade komplit harga mencapai Rp 23 juta,”tuturnya.
Sukses yang dicapai, Tantri, tidak saja dinikmati keluarganya. Melainkan bisa menghidupi puluhan warga sekitar. Betapa tidak, di bengkel kerjanya, Tantri kini bisa menampung sekitar 15 tenaga kerja dari berbagai golongan, baik tua maupun muda. Bahkan, anak-anak pun ikut nimbrung bekerja di sana. Dalam pengerjaan sekarang agak mudah karena menggunakan outbond,sedangkan dulu pakai kayu sehingga pengerjaannya agak lama. . “Kita juga memberikan kesempatan untuk anak-anak belajar disini, dan mereka telah bisa menambah uang jajan sendiri dari mengukir ornament bade,”ungkapTantri.
Dikatakan pula pantangan menekuni kerajinan bade, kata dia, cukup banyak. Salah satunya, adalah saat memulai pekerjaan harus memilih hari baik, dimana setiap bekerja, utamanya saat membuat kerangka maka harus menghanturkan sesaji berupa sesantun. Selain itu, bila konsumen, telah mengambil bade, wadah maupun petulangan, maka diwajibkan untuk membawa sesaji berupa sesantun, durmangala dan parascita. Banten ini, digunakan untuk menyucikan lokasi bekerja secara niskala. “Hal itu terus kita terapkan, syukur sejauh ini kita tidak pernah mendapatkan godaan baik sekala maupun niskala,”katanya Tantri
Sementara itu Ni Wayan Ayuningsih (23) satu-satunya dibengel kerjanya seorang wanita mengatakan dirinya menekuni mengukir sejak masih duduk dibangku SD Kelas VI sampai tamat SMKN 1 Susut jurusan multimedia empat tahun lalu masih tetap ikut membantu " Saya belajar membuat ukiran ornamen bade sejak kelas VI SD"pungkasnya (Anggi).
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram