Balikini.Net - Kebutuhan bunga hias di Daerah Bali sebagian besar didatangkan dari sejumlah daerah di Jawa. Namun sejatinya belum banyak yang tahu ternyata ada warga di Bangli mengembangkan bunga hias yakni I Wayan Nyarka Warga Dusun Delod Umah Desa Pengotan, Bangli. Satu hektar tanah yang dulunya hanya ditumbuhi semak belukar,kini dengan kreatifitasnya mengembangkan tanaman hortikultura. Hanya belajar otodidak, usaha yang dirintis tiga tahun lalu hini cukup menjanjikan.
Menurut Nyarka saat Balikini saat berkunjung kekebunnya Minggu (2/10) meyampaikan berbagai bunga hias dikembangkan disini, seperti mawar semi holen dan kristan dimana saat hari Valentine tiba permintaan bunga mawar sangat tinggi disamping itu dikebunya juga menjadi buruan kaum muda sebagai tempat selfi. Hari pernikahan maupun acara resmi berlangsung di hotel, juga menjadi sesuatu wajib untuk pelengkap dekorasi. Harga pun cukup berpariasi tergantung jenisnya . Namun, dibalik pengembangan yang digelutinya, bibit ternyata masih dipasok dari sejumlah daerah di Jawa, seperti Bogor, Bandung, Malang, Pasuruan dan ada juga bibit dari luar negeri. Sedangkan di Bali paling banter hanya datang dari kawasan Bedugul itupun masih sangat kecil"ungkapnya.
Nyarka mengatakan awalnya ide ingin mengembangkan tanaman bunga hias ini saat dia jalan-jalan ke Bandung diajak oleh temannya pergi kekebun bunga,setelah ditanya masalah pengirimannya dikatakan kebanyakan dikirim ke Bali.Kemudian saat pergi ke Malang maupun ke Bogor. Hal itulah menjadi motivasi ingin mengembangkan didaerah asalnya agar mampu memenuhi seluruh permintaan di Bali.. Nah, itu yang menjadi inspirasi saya untuk tanam bunga sejak tiga tahun lalu apalagi kondisi alam hampir sama dengan didarah asal"jelasnya
Lebih lanjut Nyarka menyampaikan dalam mengeluti usaha ini penuh perjuangan, satu per satu jenis bunga hias ditanam. Selain mawar dan krisan, bunga Berbera, pikok, pitonia, babybird, silverdas, dan lain sebagainya telah menjadi koleksinya.Disamping itu juga mengembangkan jenis daun seperti Vilo,Rusrus,Lederlife dan Balao.Hanya berbekal ilmu yang didapatkan secara otodidak melaui majalah trumbus, pemasaran bunga tersebut sudah mampu menambah flowris di sejumlah kota besar di Bali, seperti Denpasar, Ubud dan Kuta, Nusa Dua,Jimbaran. Bahkan, dirinya mengakui sampai kuwalahan dalam memenuhi permintaan. “Bunga hias seperti sudah wajib ada dalam setiap acara terutama saat pernikahan dan acara-acara di Hotel"jelasnya
Ditanya masalah kendala yang dihadapi hanya masalah modal saja. Sedangkan pengiriman ke Denpasar dilakukan setiap dua hari sekali atau seminggu dua laki . Penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengjadi beberapa karyawan"ucapnya..
Lanjut Nyarka menjelaskan dalam mengembangkan bunga hias ini bukanlah perkara gampang, maun penuh kesabaran, disamping itu di Desa Pengotan masalah air yang menjadi kendala. Air hanya bisa didapatkan dari membeli melalui pengepul yang harganya cukup mahal, otomatis mengakibatkan modal yang dikeluarkan menjadi meningkat. Menyikapi hal itu, dirinya terus mencari akal untuk mendapatkan air tanpa membeli. Pada akhirnya, kesulitan air itu bisa ditangani dengan membuat cubang dari terpal. “ Awalnya saya kesulitan, setelah mengikuti seminar dibebarapa daerah akhirnya menemukan solusi dengan air hujan bisa dimanfaatkan.Dengan menampung tadah air hujan dicubang cukup untuk membantu bebarap bulan. Ternyata itu sangat membantu"ungkapnya.
Seperti masih sulit untuk mendapatkan bibit bunga di Bali.Sementara ini masih mengadalkan bibit dari Jawa, namun tetap berusaha untuk mencoba untuk mengembangkan. Mudah mudahan apa yang saya lakukan ini untuk menginspirasi petani lain di Bali bisa mengembangkan tanaman bunga hias. Kita punya potensi kondisi alam yang luar biasa. Jangan sampai soal bunga hias saja kita datangkan dari luar" pungkasnya.[Anggi /r7]
Menurut Nyarka saat Balikini saat berkunjung kekebunnya Minggu (2/10) meyampaikan berbagai bunga hias dikembangkan disini, seperti mawar semi holen dan kristan dimana saat hari Valentine tiba permintaan bunga mawar sangat tinggi disamping itu dikebunya juga menjadi buruan kaum muda sebagai tempat selfi. Hari pernikahan maupun acara resmi berlangsung di hotel, juga menjadi sesuatu wajib untuk pelengkap dekorasi. Harga pun cukup berpariasi tergantung jenisnya . Namun, dibalik pengembangan yang digelutinya, bibit ternyata masih dipasok dari sejumlah daerah di Jawa, seperti Bogor, Bandung, Malang, Pasuruan dan ada juga bibit dari luar negeri. Sedangkan di Bali paling banter hanya datang dari kawasan Bedugul itupun masih sangat kecil"ungkapnya.
Nyarka mengatakan awalnya ide ingin mengembangkan tanaman bunga hias ini saat dia jalan-jalan ke Bandung diajak oleh temannya pergi kekebun bunga,setelah ditanya masalah pengirimannya dikatakan kebanyakan dikirim ke Bali.Kemudian saat pergi ke Malang maupun ke Bogor. Hal itulah menjadi motivasi ingin mengembangkan didaerah asalnya agar mampu memenuhi seluruh permintaan di Bali.. Nah, itu yang menjadi inspirasi saya untuk tanam bunga sejak tiga tahun lalu apalagi kondisi alam hampir sama dengan didarah asal"jelasnya
Lebih lanjut Nyarka menyampaikan dalam mengeluti usaha ini penuh perjuangan, satu per satu jenis bunga hias ditanam. Selain mawar dan krisan, bunga Berbera, pikok, pitonia, babybird, silverdas, dan lain sebagainya telah menjadi koleksinya.Disamping itu juga mengembangkan jenis daun seperti Vilo,Rusrus,Lederlife dan Balao.Hanya berbekal ilmu yang didapatkan secara otodidak melaui majalah trumbus, pemasaran bunga tersebut sudah mampu menambah flowris di sejumlah kota besar di Bali, seperti Denpasar, Ubud dan Kuta, Nusa Dua,Jimbaran. Bahkan, dirinya mengakui sampai kuwalahan dalam memenuhi permintaan. “Bunga hias seperti sudah wajib ada dalam setiap acara terutama saat pernikahan dan acara-acara di Hotel"jelasnya
Ditanya masalah kendala yang dihadapi hanya masalah modal saja. Sedangkan pengiriman ke Denpasar dilakukan setiap dua hari sekali atau seminggu dua laki . Penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengjadi beberapa karyawan"ucapnya..
Lanjut Nyarka menjelaskan dalam mengembangkan bunga hias ini bukanlah perkara gampang, maun penuh kesabaran, disamping itu di Desa Pengotan masalah air yang menjadi kendala. Air hanya bisa didapatkan dari membeli melalui pengepul yang harganya cukup mahal, otomatis mengakibatkan modal yang dikeluarkan menjadi meningkat. Menyikapi hal itu, dirinya terus mencari akal untuk mendapatkan air tanpa membeli. Pada akhirnya, kesulitan air itu bisa ditangani dengan membuat cubang dari terpal. “ Awalnya saya kesulitan, setelah mengikuti seminar dibebarapa daerah akhirnya menemukan solusi dengan air hujan bisa dimanfaatkan.Dengan menampung tadah air hujan dicubang cukup untuk membantu bebarap bulan. Ternyata itu sangat membantu"ungkapnya.
Seperti masih sulit untuk mendapatkan bibit bunga di Bali.Sementara ini masih mengadalkan bibit dari Jawa, namun tetap berusaha untuk mencoba untuk mengembangkan. Mudah mudahan apa yang saya lakukan ini untuk menginspirasi petani lain di Bali bisa mengembangkan tanaman bunga hias. Kita punya potensi kondisi alam yang luar biasa. Jangan sampai soal bunga hias saja kita datangkan dari luar" pungkasnya.[Anggi /r7]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram