-->

Senin, 10 November 2025

Kapten Japa "Gatot Kacanya" Bali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Kapten Japa "Gatot Kacanya" Bali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Laporan Reporter : Jero Ari 

Denpasar , Bali Kini  - Saat apel peringatan hari Pahlawan 10 November di Lapangan Lumintang Denpasar, Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, selaku pembina upacara menyampaikan untuk mengajukan nama Kapten Japa menjadi Pahlawan  Nasional.
Jaya Negara pun menyebut di Denpasar ada perang Puputan Badung, makna puputan adalah spirit yang dipegang teguh yakni jiwa dan raga boleh mati, namun perjuangan tak boleh padam. "Pahlawan berjuang mengharumkan bangsa, kita sejahterakan masyarakat dalam memimpin pemerintahan saat ini," paparnya.
Sementara itu, terkait penetapan gelar pahlawan nasional dimana setiap pengusulan ke pusat pasti memiliki indikator tertentu. Pemerintah pusat juga pasti ada beberapa indikator (untuk penetapan, red). 
Pemkot Denpasar sendiri berencana akan mengusulkan Kapten Japa untuk jadi pahlawan nasional. Hal ini dinilai karena pria bernama lengkap Kapten Anumerta. Ida Bagus Putu Japa ikut berjuang dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Hal ini diungkap usai memimpin apel Hari Pahlawan dimana Denpasar tengah melakukan kajian terkait rencana pengusulan tersebut. "Kami akan segera menerima audiensi dari pihak keluarga beliau," kata Jaya Negara.
Bagi Jaya Negara, Kapten Japa merupakan sosok yang mengharumkan nama Bali khususnya Denpasar dalam perjuangan melawan Belanda. "Nanti kami akan membuatkan narasi perjuangan beliau dan itu akan kami kirim ke pusat," paparnya.
Dalam sejarahnya Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa sendiri gugur dalam serangan Umum Kota Denpasar, 11 April 1946. "Ia dikenal sebagai pejuang pemberani dan patriotik, bahkan dijuluki sebagai "Gatotkaca dari Denpasar.
Ia merupakan kakak dari mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Pejuang yang gugur di usia 21 tahun ini lahir di Griya Punia Jati keluarga Brahmana di Jalan Hayam Wuruk Nomor no. 105  pada 3 April 1925.
Paman mantan Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra ini sempat bersekolah di HIS, sekolah Belanda selama tujuh tahun. Kemudian melanjutkan ke MULO Malang dan kembali ke Bali karena meletus perang Pasifik, pada jaman Jepang. Sampai di Bali, IB Japa ikut kerja paksa Jepang dan bekerja di Mitsui Bussan atau sejenis Bulog saat ini.
Setelah Jepang mengalami kekalahan dari sekutu dan dibentuk PETA (Pembela Tanah Air), IB Japa bergabung dengan 1650 orang lainnya dan menjalani latihan di Banyumala.
Setelah Indonesia merdeka, dibentuk BKR yang dipimpin Nyoman Peged dan IB Japa. Tanggal 2 Maret 1946, Belanda datang ke Bali dan mendarat di Sanur dengan 2000 pasukan bersenjata lengkap dan Denpasar dikuasai tanpa perlawanan.
Rapat penggempuran Belanda, dilaksanakan pertama kalinya di Berumbungan, Sibang Kaja tanggal 5 April 1946. Dan rapat kedua dilaksanakan 8 April 1946 di Pagutan, Padangsambian di sebuah rumah di tengah sawah.
Dalam rapat itu ada Kapten Sugianyar, Pak Regug, Gusti Ngurah Pinda dan juga Ida Bagus Japa, yang membahas adanya tiga tangsi yakni Tangsi Kreneng, Tangsi Kayu Mas, dan Tangsi Satria.
Tangsi tersebut diserang dari arah utara yang dipimpin I Gusti Ngurah Pinda, penyerang ke Kreneng dipimpin Letnan Suece, dan penyerangan ke Kayu Mas dipimpin Sarja Udaya. Sementara dari arah timur yakni Yang Batu dipimpin oleh IB Japa dengan pasukan terbanyak yakni 800 orang
Namun naas, saat itu dahi IB Japa kena tembak, dan tiga peluru bersarang di dadanya, sebelum meninggal, ia dipapah Ida Bagus Banjar. Kepada Ida Bagus Banjar ia berkata, untuk meneruskan perjuangan.
Ida Bagus Japa meninggalkan seorang istri bernama Jero Wati yang sedang mengandung delapan bulan. Nama Kapten Japa kini diabadikan sebagai nama jalan dikawasan Yangbatu dan juga monumen di bundaran Niti Mandala Renon. Termasuk nama Stadion Termegah di Bali yang berada di Kabupaten Gianyar.

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved