-->

Minggu, 07 Desember 2025

Tradisi Sakral Sanghyang Jaran Bangkit Kembali di Pura Ambengan Setelah 68 Tahun Vakum

Tradisi Sakral Sanghyang Jaran Bangkit Kembali di Pura Ambengan Setelah 68 Tahun Vakum


Laporan tim: Gusti Ayu Purnamiasih

Karangasem, Bali Kini - Pengempon Pura Ambengan di Banjar Timbul, Desa Adat Padangkerta, Karangasem, kembali membangkitkan tradisi sakral *Sanghyang Jaran* yang telah vakum selama 68 tahun sejak erupsi Gunung Agung tahun 1963. Pura Ambengan sendiri dikenal sebagai tempat berstana **Betara Hyang Geni Jaya**, dengan ciri khas adanya **pohon cemara Bali** yang tumbuh di kawasan pura sebagai simbol kesucian dan kekuatan spiritual.

Tradisi *Sanghyang Jaran* sempat terhenti karena penarinya pada masa itu, I Gusti Nyoman Kadiana, meninggal sebelum terjadinya erupsi Gunung Agung. Sejak saat itu, tradisi ini tidak lagi dapat dilaksanakan di Pura Ambengan.

Keinginan untuk menghidupkan kembali taksu *Sanghyang Jaran* mendorong pengempon pura untuk mencari penuntun ke Puraa Pejenengan di Geriana Kauh, salah satu pura yang masih menjaga dan mensakralkan tradisi tersebut secara turun-temurun. Atas petunjuk Jero Mangku Putu, ditetapkan bahwa **Sasih Keenam, 5 Desember 2025 bertepatan dengan Rahina Sukra Kajeng Manis**, merupakan hari baik untuk memulai prosesi *nedunang* dan menarikan kembali *Sanghyang Jaran*.

Pelaksanaan tradisi ini dipimpin oleh dua penari yang juga pengempon Pura Ambengan, yakni I Gusti Nengah Kaler dan I Gusti Gede Sari. Keduanya dipercaya untuk meneruskan warisan leluhur yang telah lama tidak tersentuh.

Sebagai koordinator pelaksanaan sanghyang jaran I Gusti Gede Purna*, menyampaikan bahwa kebangkitan kembali tradisi *Sanghyang Jaran* merupakan langkah penting untuk memulihkan nilai-nilai spiritual sekaligus merawat identitas budaya masyarakat setempat. “Tradisi ini bukan hanya tarian sakral, tetapi juga bagian dari jati diri kami sebagai krama Pura Ambengan. Setelah puluhan tahun terhenti, kini saatnya kami kembali menyambungkan hubungan spiritual yang sempat terputus,” ujarnya.

Kembalinya pelaksanaan *Sanghyang Jaran* diharapkan menjadi momentum pelestarian budaya serta memperkuat keharmonisan dan kesucian dalam kehidupan adat masyarakat Desa Padangkerta. (Ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved