![]() |
I nengah Sudaya (balikini.net ) |
Balikini.Net-- Ditengah pelaksanaan pra Masa Orientasi Siswa (MOS) ada hal yang kurang dimengerti. Kondisi tersebut diduga akibat PPDB disekolah unggulan tersebut didompleng berbagai kepentingan.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Bangli, justru masih menyisakan masalah. Pasalnya, jumlah siswanya tidak sesuai dengan kouta yang telah diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bangli. Menurut SMAN 1 Bangli, I Nengah Sudaya Jumat (08/07/2016), menjelaskan, untuk tahun ajaran 2016/2017 ini pihaknya sejatinya mengajukan kuota sebanyak 288 siswa untuk 8 rombongan belajar (Rombel) atau 8 ruang kelas. Angka ini menyesuaikan dengan jumlah fasilitas yang ada. Akan tetapi, kuota yang dikeluarkan oleh Disdikpora justru berbeda. “Dari kuota 288 yang diajukan, justru yang turun sebanyak 305,” jelasnya
Namun seiring perjalanan waktu, saat pendaftaran ulang yang mendaftar kembali justru sebanyak 276 siswa. Jumlah ini berada dibawah kuota sekolah yang tersedia "ucapnya. Atas persoalan tersebut, Sudaya mengaku tidak habis pikir dengan kebijakan kuota tersebut karena justru ditentukan oleh dinas. “Sekolah lain tidak ada persoalan seperti ini,”ungkapnya.
Selama ini SMA 1 Bangli yang letaknya sangat strategis dan menjadi sekolah unggulan di Bangli memang menjadi incaran berbagai kepentingan. Untuk memenuhi kuota tersebut, pihaknya mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran semua itu sudah ada aturan. Terlebih persolan tersebut, juga menjadi perhatian ombudsman. Setelah berkoordinasi dengan ombudsman, kekurangan kemungkinan bisa diminimalis dengan menerima dua siswa yatim saja. “Berkasnya sudah kita terima. Itu saja yang bisa kita lakukan kemungkinan masih bisa menerima dua siswa yang yatim itu saja. Selebihnya, saya sudah tegaskan tidak bisa mengisi kekurangan kuota tersebut, karena tidak ada acuan aturan yang jelas. Saya tidak ingin, ada ribut-ribut lagi dalam PPDB, lebih baik fokus pada pengembangan siswa ,” tegasnya.
Sementara itu Kabiddikmen Disdikpora Bangli, Sang Nyoman Nada menegaskan, sejatinya penerapan sistem kuota yang dilakukan telah berdasarkan hasil rapat dengan para kepala sekolah di Bangli. “Sesuai hasil rapat, penentuan kuota mengacu pada kebutuhan yang disampaikan pihak kepala sekolahmasing-masing. Dia juga mengakui, persoalan tersebut hanya terjadi di SMA 1 Bangli saja. “Sekolah lain memang tidak ada persoalan seperti ini. Saya tidak mempunyai kewenangan memberikan penjelasan. Lebih lanjut silakan hubungi Bapak Kadis yang akan menjelaskan,” kilahnya.(Anggi/r6).
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Bangli, justru masih menyisakan masalah. Pasalnya, jumlah siswanya tidak sesuai dengan kouta yang telah diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bangli. Menurut SMAN 1 Bangli, I Nengah Sudaya Jumat (08/07/2016), menjelaskan, untuk tahun ajaran 2016/2017 ini pihaknya sejatinya mengajukan kuota sebanyak 288 siswa untuk 8 rombongan belajar (Rombel) atau 8 ruang kelas. Angka ini menyesuaikan dengan jumlah fasilitas yang ada. Akan tetapi, kuota yang dikeluarkan oleh Disdikpora justru berbeda. “Dari kuota 288 yang diajukan, justru yang turun sebanyak 305,” jelasnya
Namun seiring perjalanan waktu, saat pendaftaran ulang yang mendaftar kembali justru sebanyak 276 siswa. Jumlah ini berada dibawah kuota sekolah yang tersedia "ucapnya. Atas persoalan tersebut, Sudaya mengaku tidak habis pikir dengan kebijakan kuota tersebut karena justru ditentukan oleh dinas. “Sekolah lain tidak ada persoalan seperti ini,”ungkapnya.
Selama ini SMA 1 Bangli yang letaknya sangat strategis dan menjadi sekolah unggulan di Bangli memang menjadi incaran berbagai kepentingan. Untuk memenuhi kuota tersebut, pihaknya mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran semua itu sudah ada aturan. Terlebih persolan tersebut, juga menjadi perhatian ombudsman. Setelah berkoordinasi dengan ombudsman, kekurangan kemungkinan bisa diminimalis dengan menerima dua siswa yatim saja. “Berkasnya sudah kita terima. Itu saja yang bisa kita lakukan kemungkinan masih bisa menerima dua siswa yang yatim itu saja. Selebihnya, saya sudah tegaskan tidak bisa mengisi kekurangan kuota tersebut, karena tidak ada acuan aturan yang jelas. Saya tidak ingin, ada ribut-ribut lagi dalam PPDB, lebih baik fokus pada pengembangan siswa ,” tegasnya.
Sementara itu Kabiddikmen Disdikpora Bangli, Sang Nyoman Nada menegaskan, sejatinya penerapan sistem kuota yang dilakukan telah berdasarkan hasil rapat dengan para kepala sekolah di Bangli. “Sesuai hasil rapat, penentuan kuota mengacu pada kebutuhan yang disampaikan pihak kepala sekolahmasing-masing. Dia juga mengakui, persoalan tersebut hanya terjadi di SMA 1 Bangli saja. “Sekolah lain memang tidak ada persoalan seperti ini. Saya tidak mempunyai kewenangan memberikan penjelasan. Lebih lanjut silakan hubungi Bapak Kadis yang akan menjelaskan,” kilahnya.(Anggi/r6).
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram