Balikini.Net - Desa-desa di Kabupaten Bangli sudah semakin dihadapkan hal yang sama, seiring dengan jumlah penduduk yang berkonskuensi pada meningkatnya produksi sampah. Selain soal volume sampah-desa juga mengalami kesulitan soal tempat pembuangan akhir (TPA) sampah akan menjadi kendala juga yakniPerbekel Desa Demulih, I Nyoman Wijana , perbekel Sulahan, Dewa Made Karyana dan perbekel Desa Jehem, Ida Bagus Made Rencana mengungkapkan kalau desanya kini sudah dihadapkan pada persoalan sampah.
Seperti Perbekel Desa Sulahan, Dewa Made Karyana Jumat (09/09/2016) kemarin mengatakan produksi sampah sangat tinggi. Tanpa menyebut volume sampah yang dihasilkan, dia menjelaskan sampah tersebut selain sampah rumah tangga, juga sampah pasar. Bahkan di desa ini memiliki 2 pasar tradisional yakni Pasra Tanggahanpeken dan Pasar Lumbuan yang memproduksi sampah cukup tinggi. Dia mengatakan untuk penanganan sampah belum bisa mandiri, karena belum punya armada. Selain itu juga kesulitan TPA. Untuk sementara sampah diangkut oleh Dinas Tata Kota Bangli ke TPA regional Landih, kecamatan Bangli. Tetapi sering sampah menumpuk tak kunjung diangkut, sehingga wajah desa menjadi diwarnai tumpukan sampah (dalam karung, kampil).
Perbekel Desa Demulih, Nyoman Wijana juga mengeluhkan soal kesulitan penanganan sampah, terlebih soal TPA. Produksi sampah diakui cukup besar sejak beberapa tahun terkhir ini seiring jumlah penduduk yang semakin meningkat. Yang paling dipersoalkan adalah TPA. Selama ini sampah katanya dibuang di jurang beberapa meter dari desanya. Tetapi belakangan sudah overload. Kalau soal angkutan sampah dia masih bisa atasi, paling sulit adalah soal TPA. "Kami kesulitan TPA", ujarnya disela-sela menerima bantuan pengobatan mata gratis di Demulih saat itu. Ungkapn yang mirip juga datang dari perbekel Desa Jehem, Ida Bagus Made Rencana. Dia juga mengakui persoalan sampah kini sudah menjadi persoalan yang cukup serius.Baik menyangkut armada, dan menyangkut TPA.
Sementara itu Kadis Tata Kota Bangli, Ida Ayu Gede Yudi Sutha sempat mengatakan ketika dikonfirmasi soal sampah-sampah di desa yang semakin mengundang persoalan, dia mengakui soal volume sampah yang semakin meningkat seiring tingkat produktifitas penduduk dan peningkatan jumlah penduduk. Justeru karena itu pihaknya dalam rangka menciptakan kebersihan dan keindahan dan kelestarian desa yang dia isrtilahkan Adipura Desa."Justeru untuk kebersihan desa kami gelar lomba adipura desa", ujar. Soal sampah, dia harap ada pemilhan antara sampah organik dan non organik (plastik). "Bila ada masalah soal sampah plastik, kami sudah gandeng pihak ketiga yakni bank sampah, hubungi bank sampah maka segera sampah diambil",ujarnya. Sedangkan sampah organik sebaiknya tak di buang, karena baik untuk pupuk, sehingga soal TPA tidak terlampau menjadi persoalan.Disamping itu armada banyak yang sudah uzur dan perlu juga peremajaan,namun kami juga sudah maksimal untuk mengangkut sampah yang ada di Desa namun agak terlambat,karena terbentur armada" kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi keinginan masyarakat soal kebersihan, namun kendala armada kurang memadai"pungkasnya.(Anggi).
Seperti Perbekel Desa Sulahan, Dewa Made Karyana Jumat (09/09/2016) kemarin mengatakan produksi sampah sangat tinggi. Tanpa menyebut volume sampah yang dihasilkan, dia menjelaskan sampah tersebut selain sampah rumah tangga, juga sampah pasar. Bahkan di desa ini memiliki 2 pasar tradisional yakni Pasra Tanggahanpeken dan Pasar Lumbuan yang memproduksi sampah cukup tinggi. Dia mengatakan untuk penanganan sampah belum bisa mandiri, karena belum punya armada. Selain itu juga kesulitan TPA. Untuk sementara sampah diangkut oleh Dinas Tata Kota Bangli ke TPA regional Landih, kecamatan Bangli. Tetapi sering sampah menumpuk tak kunjung diangkut, sehingga wajah desa menjadi diwarnai tumpukan sampah (dalam karung, kampil).
Perbekel Desa Demulih, Nyoman Wijana juga mengeluhkan soal kesulitan penanganan sampah, terlebih soal TPA. Produksi sampah diakui cukup besar sejak beberapa tahun terkhir ini seiring jumlah penduduk yang semakin meningkat. Yang paling dipersoalkan adalah TPA. Selama ini sampah katanya dibuang di jurang beberapa meter dari desanya. Tetapi belakangan sudah overload. Kalau soal angkutan sampah dia masih bisa atasi, paling sulit adalah soal TPA. "Kami kesulitan TPA", ujarnya disela-sela menerima bantuan pengobatan mata gratis di Demulih saat itu. Ungkapn yang mirip juga datang dari perbekel Desa Jehem, Ida Bagus Made Rencana. Dia juga mengakui persoalan sampah kini sudah menjadi persoalan yang cukup serius.Baik menyangkut armada, dan menyangkut TPA.
Sementara itu Kadis Tata Kota Bangli, Ida Ayu Gede Yudi Sutha sempat mengatakan ketika dikonfirmasi soal sampah-sampah di desa yang semakin mengundang persoalan, dia mengakui soal volume sampah yang semakin meningkat seiring tingkat produktifitas penduduk dan peningkatan jumlah penduduk. Justeru karena itu pihaknya dalam rangka menciptakan kebersihan dan keindahan dan kelestarian desa yang dia isrtilahkan Adipura Desa."Justeru untuk kebersihan desa kami gelar lomba adipura desa", ujar. Soal sampah, dia harap ada pemilhan antara sampah organik dan non organik (plastik). "Bila ada masalah soal sampah plastik, kami sudah gandeng pihak ketiga yakni bank sampah, hubungi bank sampah maka segera sampah diambil",ujarnya. Sedangkan sampah organik sebaiknya tak di buang, karena baik untuk pupuk, sehingga soal TPA tidak terlampau menjadi persoalan.Disamping itu armada banyak yang sudah uzur dan perlu juga peremajaan,namun kami juga sudah maksimal untuk mengangkut sampah yang ada di Desa namun agak terlambat,karena terbentur armada" kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memenuhi keinginan masyarakat soal kebersihan, namun kendala armada kurang memadai"pungkasnya.(Anggi).
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram