-->

Sabtu, 04 Desember 2021

Sejarah Tarian "Janger - Kecak Tumpang"

 Sejarah Tarian "Janger - Kecak Tumpang"

 


Sejarah Tarian "Janger - Kecak Tumpang" Banjar Adat Wiryasari Amlapura Tampil Nasional Di Tahun 1973, Kini Diambang Kepunahan


Karangasem, Bali Kini - Kesenian Janger-Kecak Bali tempo doeloe yang ada di Banjar Adat Wiryasari Amlapura, Desa Adat Karangasem, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem paling unik dan menarik diantara janger yang ada di Bali pada umumnya. Janger yang diperankan wanita dan kecaknya laki-laki itu diberi nama “Janger-Kecak Tumpang”. Dikutip dari tulisan I Komang Pasek Antara, Sabtu (04/12/2021). 


Keunikannya, di sela-sela tarian para kecaknya menampilkan atraksi formasi akrobatik tumpang (tingkat) ke atas sampai 5-7 susun. 


Selain unik, kecak-janger tersebut sangat kesohor di Bali sampai pernah pentas di taraf Nasional yakni di Kota Makasar, Sulawesi Selatan difasilitasi oleh Raja Karangasem yang memimpin saat itu, tepatnya sebelum Kemerdekaan RI di tahun 1937 lalu.  


I Made Arnawa, Keliang Banjar Wiryasari Amlapura yang sekarang mendapat cerita dari orangtuanya I Komang Kenden (alm) yang juga penari kecak ikut tampil di Makasar menjelaskan, semua penari janger-kecak diangkut menggunakan alat transport kapal laut milik penjajah Belanda. 


Hal senada juga dituturkan oleh I Made Cinta Astawa alias Angsiu, yang pernah diceritakan dari orangtuanya yang juga ikut berperan aktif mendirikan “Kecak-Janger Tumpang”. "Dari penuturan orang tua saya, Tarian kecak-janger tersebut di Makasar mendapat apresiasi dari warga Makasar yang langsung menontonnya, "tandasnya.


Sayangnya, kini “Janger-Kecak Tumpang” diambang kepunahan. Sudah tidak aktif ditarikan lagi sejak 30 tahun lalu. Menurut informasi, tarian ini terakhir kali ditampilkan oleh sekehe truna-truni Banjar Wiryasari Amlapura di Wantilan Desa Adat Karangasem 28 Oktober tahun 1991 lalu saat Banjar Wiryasari Amlapura merayakan ulang tahunnya ke-63. Dimana jumlah penari janger-kecak, waktu itu berjumlah total 28 orang, terdiri dari kecak 14 orang dan janger 14 orang. 



Karena kecak-janger tersebut tak aktif lagi, penulis belum lama ini mencoba menelusuri sejarah keberadaan “Janger-Kecak Tumpang”  kepada mantan pemainnya tahun 1991 dan narasumber lainnya. Sedangkan para pendirinya yang ikut pentas di Makasar waktu itu semuanya telah almarhum diantaranya I Wayan Rembe, I Komang Osek, I Komang Kenden, Ni Wayan Ceribik. Termasuk dokumentasi foto saat pentas di Makasar belum ditemukan. 


Data yang peroleh penulis dari beberapa keluarga keturunan anak-cucu dari para pendiri dan penari “Janger-Kecak Tumpang” diantaranya mantan penarinya yang pernah ikut pentas tahun 1991 lalu, I Komang “Wawan” Kresna  yang kini pengusaha ikan hias di Denpasar. Ni Wayan Bunadi pelaku pariwisata di Denpasar. Katanya Wawan, saat atraksi metumpang sedikit terasa tegang namun hilang pada saat mulai ikut melagukan kecak, malahan sebaliknya rasa semangat muncul. Waktu itu pelatihnya I Komang Osek (alm) yang juga ikut sebagai penari kecak pentas di Makasar. 

Sedangkan Ni Wayan Bunadi yang dihubungi melalui  WhatsApp mengungkapkan, masih ingat syair lagu jangernya dan mengirimkan chat kepada penulis. “Mudahan janger-kecaknya bangkit lagi ada yang meneruskan” katanya Wawan melalui chat WhatsApp


Busana kecak-janger yang pentas tahun 1991 sama seperti halnya busana janger-kecak  masa kini dengan balutan busana adat Bali nya (lihat foto berwarna). Kecaknya berbusana kain/saput, bapang di leher, tanpa baju, destar dan hiasan muka. Sedangkan jangernya berbusana kain dan selendang sampai menutupi dada, bapang di leher, gelungan kepala, hiasan muka dan memegang sebuah kipas. 


Formasi saat pentas di panggung berbentuk huruf “U” mengadap penonton. Dua baris kecak disamping kanan-kiri saling berhadapan dan jangernya satu baris mengadap penonton ke muka. 


“Janger-Kecak Tumpang” juga pernah dilakoni oleh anak didik SDN 6 Karangasem Jalan Ngurah Rai Amlapura tahun 1970-an lalu juga dibawah pelatih  I Komang Osek. Tempat latihan anak-anak waktu di tempat tinggalnya I Komang Osek, Pondokan Jalan Lettu Alit Amlapura, Kecamatan Karangasem. 


Keunikan yang dimainkan anak-anak SDN 6 Karangasem waktu itu, selain kecaknya metumpang sampai tingkat 3 atau lebih juga mengenakan busana dan hiasan sangat sederhana sekali. Kostum celana pendek, baju kaos putih, bapang di leher, selendang pinggang dan kaos kaki putih serta di daun telinga disuntingkan sekuntum bunga kamboja. Sedangkan jangernya mengenakan kostum  kamen (kain), selendang hingga dililitkan ke dada, dileher mengenakan bapang, hiasan  kepala mengenakan bunga segar dengan hiasan muka sangat sederhana sekali.  Sedangkan jumlah penari kecak-janger masing-masing 14 orang. 


Sementara itu, putri dari I Komang Osek, Dra. Ni Wayan Restini mantan guru SDN 6 Karangasem yang waktu itu ikut melatih kecak-janger siswanya, menyampaikan ingatannya kepada penulis syair dan irama lagunya. 


 “Kecak-Janger Tumpang” SDN 6 Karangasem yang saat itu Kepala Sekolahnya I Wayan Pasek “Belik” pernah tahun 1970-an pentas di Gedung Kesenian Amlapura (kini MPP) jalan Gajah Mada Amlapura, dan tampil di beberapa tempat upacara adat/agama di Amlapura.


Keliang Banjar Wiryasari Amlapura, 

I Made Arnawa, purnawirawan Polri mengatakan, pihaknya menginginkan ada generasi krama banjar melanjutkan, sayang  para pemain generasi awal sudah semua almarhum sehingga kehilangan jejak, juga kesulitan pelatih yang bisa melatih kecak dan sekaligus jangernya secara maksimal. “Tapi ini menjadi atensi saya selalu keliang mudahan kecak-janger peninggalan para leluhur bisa diaktifkan kembali, tidak punah, bekerjasama dengan sanggar tari yang ada di Karangasem”, jelas I Made Arnawa. 


Berikut beberapa bait kutipan syair nyanyian “Janger-Kecak Tumpang”.


Tabek saudara, tabek saudari

sekalian yg ada nonton disini. 

Kami punya janger, kami punya janger baru belajar.

Kalau ada salah mohon di maafkan.


Jangkarangi jangi jangger, sak biang, sak biang, sak biang sir.


Jangi janger, jangi janger 

Sadole, sadole , sadole lopong. 


Dong dabdabang jangere tuun magending. Anak liu anak liu rauh menonton

Dabdabang-dabdabang adi mejangeran titiyang ngiring pituduh beli wantah sampun pikayun beli.


Jangi janger, seng sengi seng seng janger, seng sengi  sengseng janger.


Seriang entur roraroti

Kelap-kelip ngalap bunga

Langsing lanjar pemulune nyandat gading.


Ngiring mangkin mejangeran seriang entorora roti.

Arasijang krangi janger, arasijang kerangi janger, arasijang kerangi janger. (Ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved