-->

Senin, 21 Juli 2025

Baligia Utama Puri Karangasem: Lembu Putih, 104 Puspa, dan Harmoni Lintas Umat Warnai Upacara Sakral

Baligia Utama Puri Karangasem: Lembu Putih, 104 Puspa, dan Harmoni Lintas Umat Warnai Upacara Sakral


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih

Karangasem, Bali Kini - Puncak Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem berlangsung sakral di kawasan spiritual dan historis Taman Sukasada Ujung, Banjar Ujung, Tumbu, Kabupaten Karangasem, pada Minggu, 20 Juli 2025. Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian panjang upacara Atma Wedana Utama atau Baligia, yang menjadi bentuk bakti kepada leluhur dan upaya pelestarian warisan budaya luhur Bali.

Dalam upacara ini, terdapat 104 puspa/sekah yang disucikan, termasuk 17 puspa dari Puri yang melibatkan nama-nama seperti Pengelingsir Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi. Sekah lainnya berasal dari berbagai daerah, termasuk Karangasem dan Lombok.

Keunikan Karya Baligia Utama ini tak hanya terlihat dari skala dan jumlah peserta, tetapi juga keterlibatan aktif lintas umat. Braya Muslim Karangasem turut berpartisipasi dalam gotong royong kebersihan, pengamanan lingkungan, hingga membuka stand minuman di area Nista Mandala. Mereka menjadi bagian dari keberlangsungan upacara, menunjukkan bahwa keharmonisan umat beragama bukan sekadar toleransi, melainkan bentuk nyata kebersamaan.

Karya ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti para Pengelingsir Puri se-Bali, Tokoh Keraton Nusantara, Pasemetonan Puri dan Angga Brahmana Griya, tokoh adat, tokoh masyarakat, hingga Ida Tjokorda Mengwi XIII. Keikutsertaan mereka menguatkan posisi Baligia sebagai pewaris nilai bakti, kesucian, dan keseimbangan antara sekala dan niskala.

Pengelingsir, Manggala Puri, sekaligus Pengerajeg Karya Baligia, Anak Agung Bagus Parta Wijaya bersama Prawartaka Karya Anak Agung Made Kosalia menegaskan, Baligia adalah momentum menyucikan roh leluhur (atma) agar mencapai Siwa Loka dan bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menjadi Dewa Pitara. Upacara ini dilandaskan pada lontar suci Baligia.

Pelaksanaan Atma Wedana Utama menekankan bahwa tubuh manusia terdiri atas tiga unsur utama, yaitu Stula Sarira (badan kasar), Suksma Sarira (badan halus), dan Antahkarana Sarira (roh). Bila Ngaben menyucikan unsur kasar (Panca Maha Bhuta: Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, dan Akasa), maka Baligia menyucikan unsur halus (Panca Tan Matra: Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, dan Ghanda).

Rangkaian panjang ritual dimulai sejak 22 Desember 2024 dengan pelaksanaan Parum Besar dan Upacara Ngaku Ngagem oleh seluruh Angga Puri dan Ida Pedanda Bhagawanta Sulinggih Siwa–Buda. Dilanjutkan dengan Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan (penyucian dan pembangunan altar suci) pada 14 Maret 2025.

Tahapan berikutnya termasuk Mendak Tirta, Ngajum, Ngulapin, Melaspas Padma, hingga Mapurwa Daksina. Puncak Karya Utama, yakni Utpeti, dilangsungkan pada 20 Juli 2025 sebagai simbol bangkitnya roh suci menuju alam Siwa Loka.

Prosesi diawali dengan Mepandes atau Metatah, yang dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Griya Bungaya dan Ida Pedanda Gede Wayahan Putra Sebali (Lombok), dibantu oleh empat sangging yaitu Ida Bagus Gede Diksa. Setelah itu, dilaksanakan Ngajum Betara Lingga Griya Sidemen oleh perwakilan Angga Puri, dengan Pemuput Karya Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen. Betara Lingga Griya Sidemen mependak di Pertigaan Tumbu sebelum upacara dilanjutkan.

Selesai Melaspas Padma atau Bukur, prosesi Mapurwa Daksina berlangsung. Seluruh sarana upakara mengitari Bale Piyadnyan sebanyak tiga kali, dipimpin Lembu Putih di depan, diikuti Puspa Sangge, Puspa Lingga, Puspa Angga Puri dan sekah pengiring. Prosesi Napak Titi Mamah Kebo pun dilaksanakan, diikuti oleh peserta metatah, menek kelih, dan mekupak.

Puncak Karya/Utpeti meliputi beberapa tahapan penting seperti Natak Tiis Ngayab, Mesolsolan, serta Mejaya-jaya untuk peserta Metatah, Menek Kelih, dan Mekupak. Upacara ini dipimpin oleh tujuh sulinggih, yaitu Ida Pedanda Ketut Pidada dari Griya Belong, Ida Pedanda Istri Ngurah dari Griya Sudi Katon, Ida Pedanda Gede Pengajaran dari Griya Sidemen, Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Griya Bungaya, Ida Pedanda Nyoman Karang Manuaba dari Griya Kecicang, Ida Pedanda Gede Putra Lusuh dari Griya Suci Celit Selat, serta Ida Pedanda Gede Swabawa Karang Adnyana dari Griya Jelantik Karang Budakeling.

Sementara itu, pelaksanaan upacara Memutru Saji dilakukan oleh Ida Pedanda Gede Meranggi dari Griya Pendem. Sedangkan Memutru Adi Parwa dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Pidada Punia dari Griya Pidada Karangasem. “Warisan terbesar kepada anak cucu bukanlah uang atau kekayaan materi, tetapi adat dan budaya dari leluhur yang harus dilestarikan,” tutup Pengerajeg Karya Baligia, Anak Agung Bagus Parta Wijaya

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved