-->

Senin, 12 Juni 2017

Sanur Gelar Lomba Layang-Layang Hindari Kemacetan Tekankan Penilaian Layangan Knockdown

Sanur (Balikini.Net )- Bergerak dari pengalaman lomba layang-layang yang selama ini telah dilaksankan sering menimbulkan keluhan masyarakat terutama kemacetan lalu lintas. Untuk itu Desa Sanur yang menggelar lomba layang-layang memadukan dengan teknologi yang berbasis layangan knockdown. Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia lomba layang-layang Kadek Suprapta Meranggi ditemui usai beraudensi dengan Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra, Senin (12/6) di Gedung Sewaka Dharma.

"Lomba yang kami selenggarakan sekarang ini memadukan teknologi, mulai dari pendaftaran sampai pada layang-layang yang dibuat harus knockdown," ujarnya. Dengan demikian diharapkan dapat menghindari kemacetan yang ditumbulkan. Hal ini juga untuk menghilangkan kesan lomba layang-layang tidak selalu menimbulkan kemacetan. Disamping itu untuk lomba layang-layang yang dilaksankan dari tanggal 22-23 Juli mendatang juga harus rama lingkungan. Terutama turut menjaga kebersihan dilingkungan lomba yang akan dilaksanakan. Untuk itu pihaknya menggandeng LSM Malu Dong untuk turut melakukan sosialisasi dalam menjaga kebersihan di tempat lomba. Dalam penilian lomba layang-layang kali ini tidak hanya menilai layang-layang itu sendiri tetapi juga menilai kebersihan setiap peserta apakah peduli terhadap lingkungan atau tidak. Hal ini akan mempengaruhi sekali terhadap penilaian yang dilakukan. "Kita harus mulai dari diri sendiri untuk turut menjaga kebersihan lingkungan sehingga lingkungan yang ada tetap bersih," harapnya.

Lerlebih lagi peserta lomba layang-layang tiap tahunnya terus mengalami peningkatan dan untuk tahun ini diperkirakan mencapai 1800 peserta. Ini merupakan jumlah yang sangat besar peran serta mereka untuk menjaga lingkungan terutama mewujudkan lingkungan bersih.

Disamping itu Kadek Suprapta menjelaskan lomba layang-layang yang dilaksankan juga sebagai ajang atraksi pariwisata. Mengingat setiap pelaksanaan lomba layang-layang banyak wisatawan menyaksikannya dan bahkan mereka merasa kagum terhadap lomba layang-layang tersebut. Lomba layang-layang ini merupakan salah satu event besar yang sangat menarik karena memiliki keunikan budaya yang sama seperti Festival Kesenian Bali. Karena dalam lomba layang-layang yang dilaksanakan menampilkan berbagai jenis layang-layang. "Lomba layang-layang yang dilaksanakan merupakan even besar sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan,"ujarnya.

Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra menyambut baik terhadap lomba layang yang akan dilaksanakan bula Juli ini. Ia berharapa lomba layang yang telah menjadi event tahunan  selain sebagai atraksi pariwisata juga menjadi pelestarian budaya. "Kami harapkan lomba layang-layang yang dilaksanakan menjadi salah satu atraksi wisata yang telah ada selama ini," ujarnya. Namun demikian Rai Mantra menekankan pada panitia untuk turut menjaga lingkungan terutama kebersihan. Mengingat dalam lomba layang-layang tersebut melibatkan banyak peserta tentu akan membawa dampak terhadap kebersihan. Untuk itu Rai Mantra sangat setuju bila panitia melibatkan semua LSM yang peduli terhadap lingkungan melakukan sosialisasi kebersihan terhadap para peserta. (Gst )

Minggu, 11 Juni 2017

Gubenur Pastika Jadi Pembicara Utama dalam Wold Hindu Wisdom Meet (WHWM ) 2017

Balikini.Net,Denpasar - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjadi pembicara utama (Keynote Speaker) dalam  pertemuan World Hindu Wisdom Meet (WHWM) 2017 yang digelar di  Gedung Natya Mandala Kampus ISI Denpasar, Minggu (11/6). Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Pastika menyampaikan bahwasanannya sebagai agama yang tertua di dunia, agama Hindu merupakan agama yang bersifat universal dimana hal ini dapat dilihat dari ajaran-ajaran yang terkandung didalam  kitab suci Weda.  Weda  merupakan sumber dari ilmu pengetahuan  serta  sumber dari  hukum semesta yang keberadaanya tidak perlu diragukan lagi. Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab suci Weda mencakup segala aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Untuk itu ajaran yang tekandung di dalamnya  hendaknya  terus digali dan dipahami secara mendalam sehingga dapat memberi manfaat nyata di segala  aspek kehidupan  bagi seluruh umat manusia di dunia.. "Weda adalah kebenaran yang utama, sumber dari ilmu pengetahuan. Ajaran yang terkandung dalam Weda sangat berguna untuk hidup dan  bersifat universal. Mari kita membangun jembatan bukan dinding pemisah. Bangun jembatan antara generasi  tua dengan generasi muda, antar satu kepercayaan dengan kepercayaan lain. Jangan mengkotak kotakkan diri.  Dengan demikian ajaran Weda yang universal dapat dimengerti dan berguna bagi seluruh umat manusia di  dunia, "imbuhnya.  Gubernur Pastika juga mengajak umat Hindu untuk tidak hanya mengetahui / sekedar tahu apa saja yang tekandung dalam kitab suci Weda namun harus dapat berbuat, berbicara serta berpikir seperti apa yang diajarkan dalam Weda. Pada bagian lain, orang nomor satu di Bali ini juga menyoroti tentang keberagaman ritual agama Hindu yang dimiliki oleh masing-masing daerah / tempat, dimana menurutnya perbedaan ritual tersebut hendaknya tidak menyebabkan perpecahan maupun konflik. Mengingat agama  Hindu sangatlah fleksibel, pelaksanaan ritual dapat  disesuaikan dengan desa kala dan patra ( tempat, waktu dan suasana) ritual tersebut dilaksanakan. "Meskipun  ritual disatu tempat bisa berbeda dengan ritual di daerah lainnya, hal itu bukanlah penyebab  konflik. Kita semua percaya dan meyakini dengan adanya Brahman, percaya dengan adanya atman, karmaphala, punarbhawa dan moksa. Kelima unsur Panca Sradha inilah yang mempersatukan Hindu diseluruh dunia.  Lima keyakinan ini akan selalu menjadi pedoman kita dalam menjalani kehidupan dimuka bumi, "tuturnya. Hal senada juga disampaikan oleh Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI  Prof. Drs I Ketut Widnya, MA, M.Phil, Ph.D dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Ka. Kanwil  Kementrian Agama Provinsi Bali dimana  pihaknya memberikan apresiasi atas penyelenggaraan WHWM 2017 pada  pagi hari ini. Penyelenggaaran kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi umat Hindu di Bali pada khususnya dan dunia pada umumnya. Umat Hindu diharapkan untuk percaya diri bahwa Weda dapat  memberikan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberadaan  Weda harus terus digali dan diekplorasi  sehingga  umat Hindu dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan global. Kegiatan ini juga diharakan dapat memacu cendikiawan Hindu  untuk makin berkontribusi nyata dalam melakukan bedah Weda dan  lebih berpartisipasi dalam membangun peradaban Hindu di jagad raya ini. Acara yang dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali dengan penyalaan Dipa ini  mengangkat tema "Para and Apara Vidya As The Base Of Hindu Body Of Knowlegde" atau pengetahuan spiritual dan  ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai dasar pohon keilmuan Hindu, diselenggarakan sebagai upaya menemukan materi, struktur, berbagai teori Hindu dan hubungannya dengan pengetahuan Veda, ilmu pengetahuan modern dan teknologi untuk membimbing umat manusia mencapai tujuan hidup tertinggi. Pelaksanaan WHWM 2017 memilki tujuan khusus untuk memahami secara lebih mendalam dan mengkonstruksi teori dan ilmu-ilmu pengetahuan Hindu yang dituangkan secara metodis, kritis, sistematis, koheren dan konsisten sesuai dengan kriteria ilmu pengetahuan  ilmiah. Acara yang turut dihadiri oleh Ketua PHDI Pusat Mayjen TNI Purn. Wisnu Bawatenaya, Wakil Ketua DPRD Provisni Bali Alit Putra, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra, para Pandita se-Bali, Bendesa Adat serta para mahasiswa ini berlangsung selama dua hari  dan diisi dengan beberapa pembicara diantaranya Swami Paramatmananda Saraswati, Prof. Binayak S. Choudhury, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, MA serta Ngakan Putu Putra, SH, MA. [pro/r6]

Minggu, 04 Juni 2017

Tak Semua Bunga Bisa Digunakan Sarana Sembahyang

Balikini.net. Rambutsiwi - Bagi masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting karena bagi umat Hindu, selain api dan air dimana bunga dapat dikatakan sebagai sarana pokok dalam melaksanakan persembahyangan.

Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi yang akrab dipanggil Bli Mangku Suar, Minggu (4/6) mengatakan, tradisi pelaksanaan agama Hindu di Bali menyebutkan tidak semua jenis bunga bisa dipersembahkan atau digunakan sebagai sarana dalam persembahyangan.

Menurutnya, secara prinsip bunga yang disarankan untuk tidak digunakan sebagai sarana persembahyangan diantaranya bunga yang pusuh (belum kembang), bunga yang sudah layu, bunga yang jatuh dengan sendirinya atau sudah gugur, bunga yang tumbuh di kuburan serta bunga yang dimakan hama (semut atau ulat, serangga, dll). Pantangan menggunakan bunga-bunga tersebut sebetulnya lebih didasari pada konsep bunga sebagai persembahan ke hadapan Tuhan sehingga mestilah bunga tersebut suci, bersih, mekar dan harum.

"Khusus untuk bunga yang dimakan hama (semut atau ulat, dll) alasannya sebetulnya sangat logis. Bunga yang dimakan ulat dan semut tentu tidak bersih lagi. Mungkin di bunga itu ada kotoran dari semut atau ulat yang memakannya. Begitu pula bila bunga itu disumpangkan di sela telinga, nanti telinga bisa kemasukan ulat atau semut", jelasnya.

Lebih lanjut dipaparkan, selain itu ada juga bunga yang dipantangkan untuk dimanfaatkan sebagai sarana upacaka (bebanten) karena bunga tersebut dimitoskan telah dikutuk oleh Dewa. Disebutkan, ada bunga Tulud Nyuh atau Jempiring Alit (Gardenia Augusta Merr) serta bunga Salikanta pantang digunakan untuk sembahyang. Pasalnya, bunga ini disebutkan tidak mendapatkan penglukatan atau pembersihan dari Dewa Siwa.

"Mitologi ini termuat dalam lontar Aji Yanantaka. Diceritakan dalam kerajaan Yanantaka sedang berkecamuk penyakit lepra. Raja dan para patih juga ikut terserang penyakit tersebut. Semua dukun sudah mencoba mengobati tetapi tak satupun ada yang mempan. Sang raja kemudian mengutus mahapatih-nya untuk menghadap Dewa Siwa mohon perlindungan. Dewa Siwa bersedia menghilangkan semua penyakit itu. Lantaran Dewa Siwa berwujud dewa, tidak dapat langsung bertemu dengan manusia, maka kerajaan Yanantaka di-pralina menjadi hutan belantara. Tidak tampak lagi wujud manusia. Setelah itu, barulah Dewa Siwa turun ke Yanantaka. Semua kayu dan pohon, termasuk tanaman bunga datang satu per satu mohon penglukatan Dewa Siwa. Namun, hanya dua pohon bunga yakni Jempiring dan Salikanta yang tidak mau minta penglukatan Dewa Siwa. Karena itu, Dewa Siwa mengutuk kedua bunga tersebut tidak boleh dipakai sarana dalam pemujaan.

Pantangan yang dilatarbelakangi mitos juga berlaku untuk bunga Turuk Umung atau Kedukduk. Mitologi tentang bunga ini termuat dalam lontar Siwagama. Diceritakan Dewi Uma melahirkan dua orang putra, seorang berupa raksasa dan seorang sangat tampan diberi nama Sang Kumara. Selesai melahirkan, kain dalam (tapih) yang penuh darah itu dicuci dalam telaga Rambawa dan dijemur di sebelahnya. Kain dalam itu direbut lalat dan tumbuh pohon bunga turuk umung atau kedukduk. Dewi Uma kemudian memastu (mengutuk) bunga turuk umung atau kedukduk tidak boleh digunakan persembahan.

Secara logika, bunga yang direbut lalat tentu tidak harum baunya, karena kotor/tidak suci.

Bunga lainnya yang dikenal tidak patut digunakan untuk sarana banten yakni bunga Gumitir. Dalam lontar Kunti Yadnya, bunga Gumitir disebut-sebut berasal dari darah Dewi Durga (sakti Dewa Siwa). Namun, setelah mendapat penglukatan dari Dewa Siwa seperti dinyatakan dalam lontar Aji Yanantaka, bunga Gumitir boleh digunakan untuk persembahan. Akan tetapi, hanya yang kembangnya bagus dan berwarna kekuning-kuningan. Bunga Gumitir yang warnanya merah tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai sarana upakara. Selain itu, secara penelitian ilmiah ada bunga-bunga yang tidak baik dipakai sarana memercikkan tirtha seperti diantaranya bunga Lading (bunga Bangkai) karena memiliki bau busuk dan bunga-bunga lainnya disinyalir karena mengandung unsur pshycitropica dan cepat busuk hingga mengundang bibit penyakit", papar Jro Mangku Suardana. (der / jro /r5)

Dinobatkan Menjadi Tokoh Agama, Anggota TNI Ini Cerahkan Sejuta Umat

Balikini.net ,Jembrana  - Jro Mangku Suar, demikianlah kini panggilan akrab dari Pelda I Putu Suardana, seorang anggota TNI yang aktif sejak tahun 1997 dan hingga kini masih berdinas di Tim Intel Korem 163/Wirasatya, setelah dirinya bersama istri dinobatkan oleh umat menjadi salah satu pasang Pemangku (pemimpin persembahyangan umat Hindu) di Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi yang terletak di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi, merupakan salah satu pura yang menjadi tempat bersembahyang bukan saja umat Hindu di Bali melainkan seluruh umat Hindu yang ada, sehingga di luar kedinasannya Jro Mangku Suardana harus senantiasa memimpin, sekaligus mendoakan juga memberikan pencerahan sepiritual dari jutaan umat Hindu yang telah dan akan bersembahyang di pura tersebut.

Jro Mangku Suar lahir di Desa Yeh Embang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali pada tanggal 19 Arpil 1975 dari pasangan orang tua bernama Jro Mangku Waniya dan (Alm) Jro Mangku Sutiari, memang sejak masa mudanya terlihat telah senang dengan kehidupan sepiritual, hingga telah beberapa kali rampung dalam penyusunan buku-buku keagamaan (khusus Hindu) seperti Buku Puja Pengastawa (Piodalan & Kramaning Sembah) juga menulis Buku Tatwa Liak yang memuat kontroversi pelurusan sejarah tentang ajaran Liak di Bali yang sejatinya adalah ajaran tingkat sempurna yakni warisan adiluhung dari leluhur Hindu di Bali bahkan ajaran ini adalah sebagai salah satu tuntunan dalam mencapai tingkatan Moksa yang merupakan tujuan akhir dari agama Hindu, akan tetapi selama ini selalu dikambinghitamkan (dipropaganda) hanya pada ranah kejahatan.

Berikut, karena keterbatasan dana maka Jro Mangku Suar berharap nantinya ada investor yang dapat mempublikasikan buku-buku karyanya demi kepentingan umat. "Saya berharap, salah satunya melalui penulisan buku Tatwa Liak ini masyarakat kemudian dapat lebih mengenal apa dan bagaimana sesungguhnya ajaran Liak (Pangeliakan) disini, sehingga dapat memberikan wawasan maupun pengetahuan lebih mendalam serta bermanfaat bagi semua pihak dan buku Tatwa Liak nantinya juga dapat dijadikan Buku Wajib dan salah satu acuan dalam menetukan sendi-sendi budaya Bali", ujarnya.

Sementara itu, Komandan Korem 163/Wirasatya, Kolonel Inf I Gede Widiyasa, SH mengapresiasi bahkan setiap anggotanya yang ingin berbuat dan berkarya baik demi umat, bangsa dan negara seperti dinobatkannya Jro Mangku Suar bersama istrinya menjadi salah satu pasang Tokoh Agama (Toga), karena apa yang dilakukannya adalah di sela-sela waktu kedinasannya dan demi kepentingan umat yang hal ini juga merupakan salah satu bentuk kemanunggalan antara TNI dengan masyarakat, hingga semboyan "Bersama Rakyat TNI Kuat" memang demikian adanya karena TNI benar-benar telah manunggal dan semakin dicintai rakyat. (wid / JMs/r7)

Senin, 24 April 2017

Bakti Pepranian Karya Ngusaba Kedasa Di Pura Ulun Danu Batur

Balikini.Net - Sebagai akhir rangkaian acara karya pujawali ngusaba kedasa di Pura Ulun Danu Batur  yang diempon 3 Desa Dinas yaitu Desa Batur Selatan, Batur Tengah, Batur Utara menjadi satu Desa Adat Batur yang dimulai Puncak 11 s/d 24 April 2017.  Selasa (24/4) pukul 14.30 dilaksanakan Bakti Pepranian , Nuwek Bagia Pule Kerti, Bakti Metetingkeb, Mendem Bagia Pule Kerti dan Ida Betara Ngeluhur/Mesibeb.Acara bhakti Pepranian yang dilaksanakan di pelataran Madia Mandala dihadiri.Danren 163/WSA, MMDP Propinsi Bali, Wakil Gubernur Bali  Drs. I Ketut Sudikerta serta OPD Propinsi Bali,DPRD Propinsi Bali yang diwakili anggota Wayan Gunawan Kapolres Bangli, AKBP Danang Beny K, Bupati Bangli I Made Gianyar, Sekda Bangli I.B.Gede Giri Putra beserta OPD Bangli , Departemen Agama Propinsi maupun Daerah Bangli,  DPRD, Ketua PHDI Bangli, , serta masyarakat Batur Sebelum pelasanaan bhakti pepranian dilaksanakan Tari Baris Gede ( Tari Peperangan) disini makna peperangan  bukan  adu pisik melainkan  maknanya perang melawan kebodohan, kelaparan,kesengsaraan, kemelaratan, tarian ini  uniknya setelah bertanding menggunakan tombak kemudian  saye( juri) sudah menyediakan makanan untuk dimakan bersama berarti sudah berakhirnya peperangan, kemudian dilakukan acara titi(jalan) menuju keamanan warga negara dengan melemparkan beras kuning berisi uang kepeng yang artinya, semoga apa yang dilakukan atau dikerjakan mendapat keberhasilan dan kemakmuran laporannya.

Sementara itu  Jro Gede Batur Alitan kepada awak media mengatakan makna Pepranian ini hanya sebagai ucapan puji syukur kehadapan Ida Betara yang berstana di Pura Ulun Danu Batur  atas anugrah yang diberikan atas   kepada umat semoga diberikan keselamatan bersama makanya  bakti yang disajikan yang isinya segala yang kita nikmati sehari-hari dan kita makan bersama pertanda kita saling menghargai  dengan alas dulang " ungkap Jro Gede Batur Alitan.

Disisi lain, Wakil Gubernur Bali  Drs. I Ketut Sudikerta mengucapkan terima kasih kepada Jero Gede Batur  beserta krama Desa Batur atas suksesnya acara ngusaba kedasa di Pura Ulun Danu Batur mekalihan beserta krama desa Adat Batur dan seluruh umat Hindu yang sudah menyumbangkan dananya( Dana Punia) serta  berharap kepada seluruh umat Hindu agar selalu melaksanakan sradha bhakti melalui beryadnya." Di Pura Ulun Danu Batur ini merupakan tempatnya amerta yang kita makan seharian  "harapnya.[Anggi/r6]

Selasa, 11 April 2017

Piodalan Pertama Pura Makomil

Balikini.Net – Upacara pecaruan memakuh selesainya pembangunan Pura Makomil pelingih dan Padmasana , yang di laksanakan mulai senin  10/4/17 juga telah di langsungan beberapa rentetan upacara yang di puput oleh  Sulinggih I Gusti Wayan Subrata dari Ds Antosari Selbar dan dihadiri oleh  anggota Koramil dan masyarakat sekitar  Koramil Selemadeg Tabanan Bali.

Pembangunan Pura Makomil terdiri dari Pelinggih Padma sari, Pelinggih Penunggun Karang, Bebaturan dan Bale Bengong dilaksanakan mulai tgl 1 februari 2017 dan selesai pada tgl 2 April 2017 dikerjakan oleh anggota Koramil dan masyarakat sekitar, dengan penghabisan biaya sekitar Rp 60.000.000.- dari iuran anggota dan Partisipasi Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Selemadeg Raya.
Danramil 1619-02/Selemadeg Kapten Inf I Nengah Sudiana menggungkapkan dengan di pelaspasnya Pura Makomil ini m ‘’ kami harapkan tempat ibadah ini bisa di jadikan sebagai tempat untuk pendekatan diri kepada tuhan yang maha esa baik buat anggota maupun warga sekitar  ,, ujarnya

upacara piodalan yang juga di laksanakan pada selasa 11/4/17  dipuput oleh Ida Pedanda Griya Lenganan Bajra Utara diikuti oleh seluruh anggota dan masyarakat Ds Berembeng . [yd /r6]  



Senin, 10 April 2017

Karya Ngusaba Kedasa Ida Bhatara Bhatari Di Pura Ulun Danu Batur

Balikini.Net- Serangkaian karya  ngusaba kedasa Ida Bhatari Katuran Pujawali Selasa (11/04/2017), dua hari sebelum  pujawali di Pura Ulun Danu Batur dilaksanakan  upacara wali ring merajan Agung Dalem  Bukitan(Kawanan) dan Dalem Bukutan(Kanginan),genah  Jro Gede Batur mekalihan dilakukan upacara di Pura Kodo Gunali oleh Desa Pekraman Batur Minggu(09/04/2017) Ida Bhatari katuran nakti pengodal dan katuran nyejer lan mesucian sebelumnya  ada upacara I Ratu Kentel Gumi mesineb.Diutama mandala para  pengurus subak se Bali ngaturang atos sebagai ucapan terima kasih kepada Dewi Danuh atas anugrahnya.

Menurut Jro Gede Batur Duuran   ditemui saat mempersiapkan wali ring marajan Agung  Minggu(9/4) mengutarakan ,besok (hari ini red) Ida Bhatara-Bhatari ring merajan agung katuran bakti penganyar  dilanjutkan pelaksanaan bhakti mainoman kemudian ngadegang bagia pula kerti  ngelantur melaspas.  dalam  rangkaian upacara itu diawali oleh Dane Nyoman Pragae ,Dane Ketut Pesedaan  dan Dane  Nyoman Pragending dan Dane Ketut Gunalali memberika uger-uger dihadapan krame Tempekan, Teruna Bunga,Daa Bunga dan Krama Desa Batur agar jangan lupa budaya yang dilaksanakan  supaya isi raja purana Pura Ulun Danu Batur tradisi catur dresta, kerifan lokal dan desa kala patra, tatwa, susila upacara kerangka Agama Hindu.

Lanjut disampaikan wali di Merajan Bukitan dan Bukutan besoknya ada upacara mainoman, di dalem Bukitan diiringi oleh Prajuru tempekan,Tengen/Bedanginan. Dalem Bukutan  diiringi oleh prajuru, tempekan Kiwa/Bedawanan..

Lebih lanjut disampaikan Dalem Bukitan bergelar Jro Gede Kanginan dan Dalem Bukutan bergelar Jro Gede Kawanan sesuai dengan Pucak Kanginan dan Pucak Kawanan Gunung Batur. Satu hari sebelum Purnama kedasa  Senin (10/04/2017)  dilaksanakan upacara mapapada wewalungan  suku pat(catur pad) dan suku kalih(dwi pada) tiga kali  mengelilingi Pahrayangan Pura Ulun Danu Batur mensucikan bahan upakara untuk apacara. Pada saat Puncak Karya Purnama Kedasa Selasa (11/04/2017)   Mapapada Agung Ida Betara Gede Ngurah Kepasekan  turun di Jempana dan binatang kebo dan Jempana dan I Ratu Ngurah Subandar turun mapepada mengelilingi Pahryangan , pawongan dan pelemahan Desa Pakraman Batur  dilaksanakan di Margi Agung(Jalan Besar) diiringi 50 baleganjur.Puncak Pujawali Ngusaba Kedasa Ida Bhatari katuran Pujawali Ring Tengahing Dalu Dauh ( pada pukul 00 wita)" Ida Bhatari mesineb  Senin (24/4) dilanjutkan Selasa (25/04/2017) Ida Bhatari lunga ke Pura Dalem Balingkang dan langsung ngantukang keluhur"ungkapnya [Ag/r6]

Wabup Sanjaya Bersama Ribuan Pemedek Hadiri Penyineban di Pura Luhur Batukaru

Balikini.Net  – Setidaknya ribuan umat Hindu dari beberapa penjuru wilayah di Bali menghadiri upacara penyineban di Pura Luhur Batukaru, Penebel, Tabanan, pada Minggu (9/4). Prosesi tersebut menjadi salah satu rangkaian penting dalam piodalan di Pura Luhur Batukaru setiap enam bulan sekali dan di dalam kesempatan ini telah dimulai sejak Kamis (6/4) lalu.

Pelaksanaan prosesi tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya. Terlihat juga dua orang anggota DPRD Kabupaten Tabanan seperti I Gusti Komang Wasta dan I Gede Putu Desta Kumara. Serta sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Tabanan.

Sebelum prosesi penyineban dilaksanakan, para pemedek atau umat yang hendak melakukan ritual Nunas Baos atau memohon petunjuk kepada Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukaru. Tentunya, dengan harapan agar kehidupan di Bali, khususnya di Kabupaten Tabanan, menjadi lebih baik dan sejahtera.

Selama berlangsungnya ritual ini, mulai dari prosesi nedunang Ida Betara sampai dengan Nunas Baos berlangsung, puluhan pemedek mengalami kesurupan atau dalam kondisi trance. Kondisi itu membuat jalannya prosesi semakin khidmat. Dan, ini berlangsung bahkan sampai prosesi nunas baos. Para pemedek silih berganti mengalami kondisi seperti itu.

Sesuai petunjuk Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukaru serta Pura Pucak Kedaton yang berlokasi di puncak Gunung Batukaru, untuk menjaga keselamatan dan masyarakat Bali, khususnya Tabanan, agar lebih aman dan sejahtera harus dilakukan upacara mulang pekelem di empat penjuru mata angin atau nyatur bhuana [tb/r6/ru]

Selasa, 28 Maret 2017

Gubernur Pastika Ikuti Tawur Agung Kasanga di Pura Besakih

Balikini.Net - Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama umat Hindu melaksanakan upacara Tawur Agung Kasanga sebagai rangkaian upacara Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di Pura Besakih Kabupaten Karangasem. Upacara ini rutin digelar setiap tahun pada sasih kasanga di Bencingah Pura Besakih, Karangasem, Senin (27/03).

Pastika didampingi Ny. Ayu Pastika, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, pejabat dan tokoh masyarakat lainnya seperti, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali, Anggota DPRD Kabupaten Karangasem, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, Ketua Majelis Utama Desa Pekraman Provinsi Bali serta para Pejabat dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Pastika berharap dalam menjalani hari Raya Nyepi maka seluruh umat Hindu bisa melaksanakan dengan baik dengan mengedepankan semangat kebersamaan serta memahami makna catur tapa Brata Penyepian. "Nyepi diharapkan bisa menjadi momentum untuk introspeksi diri dan mulat sarira, yakni merenungkan kembali  apa saja yang sudah dilakukan agar kedepannya menjadi cermin berbuat yang lebih baik, dan menyusun program yang lebih baik pula disamping itu juga sebagai momentum saling toleransi terhadap umat beragama di Bali," ujarnya pada awak media. 

Disamping itu, Pastika juga menekankan agar dalam merayakan hari Raya Nyepi tidak melakukan hal-hal yang buruk terlebih merugikan diri sendiri maupun orang lain. “Marilah kita maknai dan laksanakan hari raya Nyepi ini dengan hening dan mengedepankan sikap-sikap yang sudah tertuang dalam Catur Brata Penyepian, sehingga tidak ada yang merasa terusik dalam menjalankan hari Raya ini”, pungkasnya.

Upacara tawur yang dilaksanakan setiap tahun ini ditujukan untuk menyucikan alam semesta dan isinya serta menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya serta antara manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana). Dimana dalam upacara tawur ini juga diturunkan tirta dan ajengan yang akan digunakan untuk melakukan upacara pecaruan di masing-masing Desa Pekraman se-Bali sampai pada lingkungan rumah tangga.

Tawur Kasanga kali ini dipuput oleh Ida Rsi Hari Pantam dari Griya Tumbak Bayuh Badung, Ida Pedanda Dwija Nugraha dari Griya Buda Keling Karangasem, Ida Pedande Tianyar dari Griya Menara Sidemen juga disaksikan oleh Ida Dalem Semara Putra dari Puri Agung Klungkung.[pro/r6/rah]

Jumat, 17 Maret 2017

Goa Raja, Lokasi Spiritual di Jantung Kota Tabanan

[Jro Mangku Di dalam Goa ]
Balikini.Net - Goa Raja selama ini disebut-sebut sebagai lokasi spiritual yang tersembunyi yang berada di jantung kota Tabanan. Walau berada di pusat kota, namun sangat jarang yang mengetahui keberadaan Goa Raja. Justru keberadaan tempat-tempat ini di ketahui oleh umat hindu luar Bali. Lokasinya memang cukup unik, karena terletak dikedalam 10 meter dari permukaan tanah .


Tempat persembahyangan bernama  Goa Raja ini  mirip dengan Goa Giri Putri yang terdapat di Nusa Penida  ruangan yang luas dan bayak terdapat arca  selain sumber air yang cukup jernih,

bahkan tempat persembahyangan ini  bagaikan mutiara yang tersembunyi  selain itu goa ini juga sangat sakral  banyak kejadian yang pernah terjadia .
Jro Mangku Sruti salah satu sesepuh warga grogak yang telah mewariskan  Pura Goa Raja ini harus berhadapan dengan investor yang sempat ingin menimbun Goa ini untuk di jadikan perumahan .

Berkat perjuangan Jro Mangku bersama Istri  meskin mendapatkan banyak rintangan  namun semua hal itu bisa berlalau dan setelah kejadian itu investor yang sebelumnya berkeinginan untuk menimbun goa itu pun mngalamai sakit tanpa sebab dan akhirnya meninggal .

‘’ tiang hanya bisa pasrah saat itu dan serahkan kepada tuhan karena tiang tidak bisa melawan kecuali doa yang tiang bisa perbuat yang akhirnya tuhan mengabulan permintaan tiang akhirnya bisa menyelamatkan goa ‘’ ujarnya .

Terpendamnya satu diantara mutiara spiritual yang sangat dekat dengan jantung kota Tabanan ini  bisa disebut sangat unik  uniknya  apalagi warga di sekitar  pura yang berlokasi di desa delod peken ini   banyak yang tidak mengetahui keberadaannya .

Pura ini lebih banyak di kenal warga dari dunia maya  termasuk tokoh spritual dan sejumlah pejuang timor timur banyak yang mencari ketenagan sebelum mereka  di tugaskan sebelum timtim merdeka .

Sejak beberapa tahun terakhir ini banyak umat hindu dari luar Bali  tertarik untuk datang dan melakukan persembahyangan tidak itu saja  beberapa pelaku spiritual dari tanah jawa dan penganut non hindu juga sempat mengunjungi pura Goa ini .

Selain itu sejumlah umat yang datang ke tempat ini juga banyak yang berulang ulang datang kembali  selain mereka mendapat ketenangan mereka juga sering melukat di dalam Goa.

[pemendek keluar dari mulut goa ]
Diperkirakan keberadaan Pura Goa Raja ini telah di bagun sejak jaman prasejarah  mengingat banyak terdapat peningalan purbakala seperti lingga yang terkubur di tempat ini

Pura Goa Raja taksaka saat ini  mau tidak mau  diakui   sebagai sebuah tempat persembahyangan hindu  namun semua umat yang datamg melakukan meditasi di tempat ini  terus semakin bayak  tiap harinya .

Kedatangan umat tersebut justru dikarenakan adanya sebuah pawisik  untuk tangkil di Pura Goa raja   dalam segala keterbatasannya terutama keterbatasan oleh pengetahuan kepemangkuan  beliau ada saja selalu yang mau membantu untuk memberikan bimbingan akan sloka sloka dalam tuntunan upacara .

Bagi anda yang penasaran akan tempat spritual ini  tidak ada salahnya untuk datang dan mengerahui dari dekat keberadaan Goa Raja  yang berlokasi di jantung kota tabanan  di pastikan anda akan merasa nyaman dan dapat mencari infirasi di tempat ini .[Derana ]
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved