-->

Kamis, 15 Agustus 2019

PNS Bersuara Emas, Sukses Telurkan 'Single'

TABANAN, BaliKini.Net - Di tengah kesibukannya sebagai abdi negara (PNS) pada bagian Humas dan Protokol Pemkab Tabanan, Ade Ayu Pratiwi masih sempat menjalankan hoby tarik suara yang ia gandrungi sejak masa kanak-kanak.

Seni olah vokal bagi perempuan berzodiak Cancer ini tampaknya tak sekedar hoby. Bukti keseriusannya terlihat dari banyaknya lomba-lomba yang ia ikuti sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Tak jarang, Ayu Pratiwi sukses menggondol piagam penghargaan dan piala sebagai legitimasi kemampuan vokalnya. Para juri dan pengamat musik pun sudah mencium potensi yang dimilikinya.

Setelah menamatkan pendidikan tinggi dan diterima sebagai PNS, ia berkomitmen tidak meninggalkan dunia musik.

Bahkan, Ayu Pratiwi sukses menelurkan single 'Langgeng'. Tak puas sampai di situ, perempuan kelahiran 12 Juli ini kembali membuktikan produktivitasnya lewat single 'Beli Tyang Sayang' (BTS).

BTB, kata Ayu, merupakan lagu ciptaan Raymondnata. Sedangkan arranger yakni KandaJI, Produser Kandasuta Recod Klungkung.

"Bernyanyi adalah hoby sekaligus bagian yang tak dapat dipisahkan dari hidup saya. Meski pun kesibukan saya mengawal kegiatan pimpinan, tidak serta merta membuat saya meninggalkan hoby olah vokal ini," kata Ayu Pratiwi.[ar/r7]

Jumat, 21 Desember 2018

TAMAN NUSA BERIKAN HARGA PROMO KHUSUS DOMESTIK

Gianyar,Balikini.Net - Tidak pernah ada kata habis untuk menceritakan tentang budaya Indonesia. Untuk memperkaya pengetahuan, tidak semata-mata hanya dari sekolah saja. Kita bisa memperluas pengetahuan tentang kebudayaan bangsa Indonesia dengan melihat langsung, dan ikut terlibat dalam kegiatan budaya tersebut di Taman Nusa.

Taman wisata Budaya Indonesia yang berlokasi di Gianyar adalah Taman Nusa yang menampilkan
perjalanan waktu bangsa Indonesia dari masa ke masa, dari Masa Pra-sejarah, Masa Perunggu, Masa
Kerajaan, Kampung Budaya, Indonesia Awal, Indonesia Merdeka, sampai ke Indonesia Masa Depan. Di Masa Kerajaan, pengunjung dapat menikmati kemegahan salah satu mahakarya dunia yaitu replika Candi Borobudur, dimana pengunjung dapat naik ke stupa tingkat atas dan merasakan seperti berada di Candi Borobudur aslinya di Jawa Tengah. Didalam Kampung Budaya, terdapat lebih dari 60 bangunan tradisional, dimana beberapa rumah tradisional di Kampung Budaya ada yang sudah berusia puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Terdapat pula beberapa sanggar dan aktifitas kesenian dimana pengunjung dapat terlibat langsung dan berinteraksi dengan kebudayaan itu sendiri.

Jalan-jalan santai di pagi atau sore hari dengan keluarga dan teman-teman, akan semakin lengkap dengan pemandangan alam Bali seperti gunung, sungai dan alam yang mengagumkan serta hutan yang masih asri yang semakin langka ditemui di pulau dewata Bali. Kampung Budaya juga dilengkapi dengan kafetariakafetaria untuk beristirahat, dan Pondokan Kuliner Nusantara sambil menikmati pemandangan teras sering dan jurang Sungai Melangit.

Dalam rangka menyambut hari raya Galungan dan Kuningan serta Natal dan Tahun Baru 2019, Taman Nusa ingin berbagi kebaikan dengan memberikan promo khusus kepada pengunjung domestik, dengan harga tiket masuk dewasa Rp. 60.000 dan anak- anak Rp. 50.000 per orang. Promo ini berlaku dari tanggal 22 Desember 2018 – 6 Januari 2019. Terdapat pula Paket Nusa dengan menu spesial Taman Nusa di Restoran Dapur Nusa yang sangat sayang kalau tidak dicicipi!!

Taman Nusa buka setiap hari dari pukul 09.00 - 17.00 WITA. Segera kunjungi Taman Nusa yang terletak di Jalan Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Gianyar. Untuk alamat dan informasi lengkap, anda dapat menghubungi bagian informasi: 0361 – 952 952 atau lihat di website www.taman-nusa.com , Facebook, Instagram dan Twitter@tamannusa, atau Google
Search ‘Taman Nusa’ karena lokasi Google Maps sudah akurat dan diverifikasi.

Pastikan keluarga anda terhibur dan mendapatkan kenangan yang berbeda pada masa hari raya
Galungan dan Kuningan serta Natal dan Tahun Baru kali ini! Kunjungi Taman Nusa, taman wisata
budaya Indonesia di Gianyar, Bali. *

Sabtu, 20 Oktober 2018

Pengembangan Inovasi Mewujudkan Desa Maju dan Mandiri

Badung, Balikini,Net  – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Hadi Prabowo menegaskan posisi desa dan kelurahan sebagai ujung tombak pemerintahan dalam pengembangan inovasi dalam mewujudkan desa swasembada, maju dan mandiri pada gelaran acara Lokakarya dan Penyerahan Penghargaan Juara Lomba Desa dan Kelurahan Tahun 2018 di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali Jum`at (19/10/2018).

Pada kesempatan yang sama, ia juga menyampaikan  salam dan ucapan selamat serta sukses dari Mendagri Tjahjo Kumolo bagi para penerima penghargaan dan juara  lomba desa maupun tim penggerak PKK di tingkat desa dan kelurahan tersebut. 

“Kita pahami sesungguhnya tidak ada produksi atau potensi yang ada di daerah  kabupaten/kota maupun provinisi yang tidak berasal dari desa maupun kelurahan”. Ujar Hadi.

Hadi melanjutkan upaya dan manfaat strategis desa dan kelurahan dalam pengembangan inovasinya.” Manfaat inovasi, kaitannya dengan bidang usaha dengan pendampingan, peningkatan produksi dan kemudian juga upaya pemasaran dengan cara membuat jejaring dan kerjasama antar desa. Kerjasama desa dengan swasta, hendaknya dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah desa agar memfasilitasi dan mencari bentuk cluster maupun home industry, karena saat ini terbuka peluang melakukan kerjasama dengan Kementerian Koperasi, Perindustrian dan juga Perdagangan”. 

“Hal ini seiring dengan penegasan Bapak Presiden Joko Widodo bahwa selama ini dana desa penekananya pada infrastrkutur dan pemberdaan  masyarakat, tahun depan sudah mulai pada peningkatan perekonomian. Inilah tantangan dari perangkat desa dan PKK untuk bisa mensosialisasikan dan memfasilitasi usaha produktif yang ada di masing masing desa kelurahan”. Kata Hadi.

Sebelumnya acara tersebut, telah dibuka terlebih dahulu oleh Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari rangkaian acara Temu Karya Nasional, Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Pekan Inovasi Perkembangan Desa dan Kelurahan (PINDesKel) 2018. 

Acara tersebut yang merupakan kerja sama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Ditjen Bina Pemdes) dengan Kementerian Desa dan PDTT.

Senin, 15 Oktober 2018

IHDN Denpasar Sajikan Kesenian Bernuansa Renungan

Denpasar,balikini.net - “Cerita ini kami suguhkan sebagai unsur mulat sarira atau introspesksi diri,” ungkap I Gede Tilem Pastika sebagai sutradara garapan Komunitas Seni Institut Hindu Dharma Negeri dalam Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya (14/10)

Cerita yang disebut-sebut I Gede Tilem Pastika yakni kisah yang sudah tidak asing lagi yakni Lubdaka. Cerita tentang Lubdaka memang erat kaitannya dengan hari raya Siwaratri yang mengisahkan pentaubatan dari Lubdakan yang notabene adalah seorang pemburu. “Kami ingin menyajikan sebuah garapan yang tidak melupakan jati diri kami sebagai kampus yang mempelajari ilmu agama tanpa melupakan unsur seni,” terang Tilem. Tilem yang nyatanya berprofesi sebagai dosen di IHDN Denpasar pun berujar bahwa malam perenungan dosa yang dilakukan Lubdaka bukanlah sebuah kisah yang lama-kelamaan hanya menjadi pengantar dongeng atau sebatas untuk menyadarkan saat momen Siwaratri saja. “Cerita ini sebagai sarana introspeksi diri dan mengingat bahwa siapa kita sebenarnya dan bagaimana kita harus berucap, berpikir, dan berperilaku,” jelas Tilem. Garapan ini pun mengikutsertakan berbagai UKM (Unik Kegiatan Mahasiswa) di IHDN Denpasar, diantaranya UKM tari, tabuh, pesantian, yoga, dan drama.
Tampil di Hari Minggu, 14 Oktober 2018 di Kalangan Madya Mandala Taman Budaya, Denpasar membuat penonton yang hadir berdecak kagum. Sebab, tak sedikit pesan yang terdapat dalam garapan ini. Dimulai dari penuturan Dewa Siwa yang mengungkapkan bahwa manusia yang berbuat tidak baik seperti mabuk, zina, dan lainnya akan mendapatkan tempat yamg tidak baik pula. Dalam hal ini Satyam, Shivam, dan Sundaram pun nampak dengan jelas dalam garapan ini. Garapan yang dimulai pada pukul 19.30 wita ini pun terasa sangat kaya akan tuntunan sekaligus hiburan. “Kami selalu tampil di Nawanatya, dan kami memang sadar bahwa ini adalah media berkreasi yang dapat digunakan secara liar namun tanpa melupakan akar tradisi,” tutur Tilem. Tilem pun menambahkan bahwa berkreasi dengan liar yang dimaksud adalah berkreasi dengan sebebas-bebasnya dengan tetap memegang pakem kesenian tradisi dan tuntunan kebaikan.

Menurut salah satu pemain dalam garapan ini yaitu Gusti Made Dharma Putra yang berperan sebagai Sang Suratma bahwa dirinya mengungkapkan cukup sulit memerankan tokoh yang berkaitan dengan dunia keagamaan. “Sang Suratma dikenal sebagai tokoh yang cerdas namun kocak jadi agak sulit dan merasa cukup tertantang,” terang Dharma. Sang Suratma yang tak lain adalah salah satu asisten Dewa Yamadipati di Yama Loka yakni dunia antara surga atau neraka, dimana Sang Suratma berperan mencatat dosa dan amal perbuatan manusia semasa hidup. Dharma yang merupakan alumni IHDN Denpasar merasa bangga dapat terlibat dalam garapan yang berdasar pada kisah Lubdaka ini. “Sebagai alumni saya senang bisa terlibat dan semoga Nawanatya ini bisa menjadi barometer berkreativitas mahasiswa dan seniman muda di Bali,” jelas Dharma menutup pembicaraan.[mul/r5]


Kamis, 04 Oktober 2018

Memuliakan Orang Tua Ala Pemkab Badung


Oleh : I K. Satria

Bali Kini - Pernahkah kita melihat orang tua kita duduk tertegun saat menunggu kedatangan kita pulang, lalu dia lemparkan senyuman yang membuat kita juga sangat bahagia ketika kita menjumpainya. Alangkah bahagianya mereka yang sudah tua, tak berdaya untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya kemudian kita berikan perhatian layaknya mereka tak sedang dalam kondisi ketidakberdayaan. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran hindu yang mana mereka yang dituakan patut untuk dimuliakan. Pemuliaan bukan hanya dengan cara memberikan segala harta benda, namun dengan memberikan perhatian, senyuman, pendampingan juga adalah pengharapan yang besar bagi mereka yang ada diusia tua.

Bagaimana tidak, jika seorang yang sudah tidak mampu melakukan gerakan, pendengaran, berbicara dan mencicipi makanan seperti saat mereka tua tidak memerlukan pendampingan dan perhatian? Ketika kita ada dalam kondisi sakit, maka tangan kita lemah untuk mengambil sesuatu, kaki akan lemah untuk melangkah bahkan suara kita menjadi terhalang untuk memanggil dan meminta sesuatu, maka saat itulah kita perlu bantuan mereka-mereka zyang ada dilingkungan kita. Inilah yang sesungguhnya terjadi pada generasi tua yang sebenarnya. Mereka sangat memahami bahwa pernah mengajari kita mengetahui segalanya yang ia bisa lakukan kepada kita saat kita ztak tahu apa, sehingga sekarang ketika kita sudah dewasa, sudah sepatutnya kita bangkit membahagiakan mereka. Sebab dalam Sarasamuscaya dikatakan kita tidak pernah bisa membalas jasa orang tua walaupun lamanya seratrus tahu. Itupun kalau usia kita bisa mencapai angka itu. Hal inilah yang menjadi landasan pikir kita agar selalu menjaga, menghormati dan menghargai jasa orang tua yang telah amat tulus kepada kita.
Pemerintah dalam konsep catur guru disebut dengan guru wisesa, beliaulah yang memiliki kewenangan untuk mengatur, menertibkan serta berupaya untuk membuat baik kebermasyarakatan manusia. Pengaturan dimaksudkan bahwa manusia adalah mahluk yang perlu diatur agar menjadi tertata, ketertiban perlu dilakukan agar tak melanggar etik dan sebagainya. Peranan pemerintah sangat strategis untuk pembangunan manusia, karena tanpa pemerintah dan segala fungsinya, mustahil mampu membuat manusia hidup tertib seperti semestinya. Dalam konteks perhatian kepada masyarakatnya, maka pemerintah memliki peran untuk membangun keadaban masyarakat agar mampu memiliki karakter baik, mampu berfikir, berkata dan berbuat baik demi pembangunan yang lainnya. Memang perlu diakui bahwa disini pemerintah sangat memiliki peran yang sangat strategis yang dalam hindu kemudian disebut sebagai Dharma Negara. Segala isi dari Dharma Negara ini adalah sebagai aktualisasi dari Dharma Agama. Disinilah kemudian pemerintah menjadi penting untuk keadaban manusia. 

Salah satu yang menarik dari perkembangan saat ini adalah upaya dari pemkab Badung untuk memberikan perhatian kepada lansia atau orang tua, setiap warganya yang berumur 72 tahun keatas dengan pengecualian bahwa lansia bersangkutan tidak pensiunan TNI Polri serta sebagai pengusaha dan juga bukan veteran dan yang tinggal di panti Jompo. Hal ini menarik bahwa pemerintah berupaya untuk memperhatikan generasi tua dan membangun genmerasi muda untuk ikut membangun. Jika kita kaitkan dengan konsep hindu, bahwa orang tua merupakan jembatan kelahiran manusia, maka rasa bhakti yang dipersembahkan kepada orang tua berupa perhatian menjadi sangat penting. Bukan dari jumlah uang yang diberikan, tetapi sudah adanya perhatian terhadap lansia dimana merekalah yang mengadakan kita sebagai penerusnya. Inilah bentuk aplikasi dari Dharma Negara pemerintah dalam menjalankan dharmaning agama. Semoga program ini juga bisa dilakukan oleh pemkab lainnya sesuai dengan kemampuan daerah. 


Senin, 24 September 2018

Nawanatya, Menyentuh Rasa Generasi Muda

Denpasar,Balikini.Net -  “Anak-anak itu sebenarnya mampu, mereka tidak hanya bermain hp. Adanya Nawanatya inilah yang menyentuh rasa mereka,” ujar I Wayan Budamani dengan gurat wajah serius. Sebagai seorang pembina Budamani tak menuntut kesempurnaan, namun sentuhan rasa kebahagiaan berkesenian adalah yang utama.

Budamani yang menjadi pembina garapan Cak SMAN 1 Tegalalang ini membina 156 orang siswa dalam kurun waktu 33 hari. Kesempatan menjadi penampil dalam Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya III membuat Budamani tidak ingin main-main dalam menggarap. “Yang kami angkat sekarang itu adalah tradisi khas Tegalalang yakni Ngerebeg,” jelas Budamani. Menurut Budamani, Ngerebeg merupakan sebuah tradisi yang sangat cocok diangkat sebagai sebuah kisah dalam cak. “Ada nyanyiannya, ada mesuryaknya, jadi saya pun melihat Ngerebeg ini tepat sekali diangkat menjadi garapan cak,” tambah Budamani. Ngerebeg merupakan sebuah tradisi unik dari daerah Tegalalang yang dahulu bernama Kushara Jenggala. Suasana riuh dan riang gembira dipancarkan anak-anak, remaja, dan warga desa yang bermula dari kisah Ida Dwagung Made yakni putra mahkota kedua Dalem Sukawati yang mendapatkan pencerahan setelah bertapa untuk mendirikan sebuah pura dekat pohon beringin. Sayangnya, para wong samar yang telah lama bersemayam di lokasi bakal pura pun merasa terusik dan akhirnya para wong samar pun turut dilibatkan dalam prosesi ritual pembuatan pura dan berdamai dengat umat manusia.

Parade Cak yang kali ini pada Sabtu, 22 September 2018 seperti biasanya menghuni Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya, Denpasar disemarakkan oleh SMAN 1 Tegalalang dan SMAN 1 Abiansemal. Ngerebeg sendiri menjadi kisah kedua yang tampil. Keunikan garapan cak SMAN 1 Tegalalang terlihat pada pakem tradisi yang masih kental. Para penampil tak memiliki lakon khusus dengan kostum yang berbeda. Semuanya masih serentak dengan kain poleng (hitam dan putih-red) yang membalut para penari cak. Para penari cak SMAN 1 Tegalalang memberikan kejutan dengan mewarnai punggung ditengah-tengah penampilan sebagai wujud dari kemunculan wong samar. Tak hanya itu, kemunculan barong landung yang dibuat siswa-siswi SMAN 1 Tegalalang sebagai wujud yang dipuja dalam pura dekat pohon beringin itupun menambah suasana mistis sekaligus semarak. Meski kental akan tradisi, namun menurut A.A Sagung Mas Ruscita Dewi sebagai pengamat Bali Mandara Nawanatya III menuturkan, tempo permainan garapan Ngerebeg ini pun masih cukup lambat. “Karena ceritanya adalah upacara, maka banyak bagian dari adegan cak yg temponya lambat, tapi sangat inovatif,” jelas Mas Ruscita. Bagi Mas, garapan dari SMAN 1 Tegalalang perlu meningkatkan permainan bunyi dan kedinamisannya.

Sebelumnya, SMAN 1 Abiansemal yang menjadi penampil pertama membawakan garapan cak bertajuk Sunda Upasunda. “Kisah ini memang tidak asing, hanya saja kami ingin mengungkapkan yang benar bahwa inilah kisah Sunda Upasunda yang sebenarnya,” jelas Ida Bagus Nyoman Mas selaku penata cak SMAN 1 Abiansemal. Sebelumnya, tak sedikit masyarakat yang terpelintir dengan kisah ini. Sunda Upasunda yang merupakan saudara dari kaum raksasa ini pun sejatinya digoda oleh para bidadari saat mereka mabuk, bukan saat bertapa. Kebenaran inilah yang ingin disampaikan oleh SMAN 1 Abiansemal. Berbeda dengan SMAN 1 Tegalalang, SMAN 1 Abiansemal memiliki lakon khusus yang dibalut dengan kostum tertentu sesuai perannya. Sehingga emosi yang mengalir dalam garapan Cak Sunda Upasunda pun sangat terasa. “Bagaimana dia membagi alur permainan bunyi, lambat, cepat, sedang, dan emosinya pun juga terasa,” terang Mas Ruscita mengomentari garapan SMAN 1 Abiansemal.

Pada akhirnya semua kembali pada penuturan Budamani diawal. Bukan sebuah kesempurnaan garapan yang menjadi acuan. Rasa semangat berkesenian, kegembiraan, dan kecintaan akan budaya justru menjadi kunci utamanya. Nawanatya yang menjadi sebuah wadah berbagi rasa inilah diharapkan keberlanjutannya agar selalu dapat memberikan sentuhan ‘rasa’ itu.[rls/r5]

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved