-->

Rabu, 27 Juli 2016

Kopi Luwak Di Bangli Kesulitan Dapatkan Hewan Luwak

Kopi Luwak Di Bangli Kesulitan Dapatkan Hewan Luwak

Balikini.Net--- Kopi luwak didapatkan dari biji kopi yang dipilah dari kotoran luwak, binatang liar sejenis musang. Kopi ini digemari karena memiliki cita rasa unik. Berbeda dengan cita rasa kopi biasa meskipun dihasilkan dari pohon yang sama. Produksi kopi luwak masih sangat terbatas. Jangan heran kalau harganya bisa selangit.

Kopi luwak bisa dikatakan kopi khas Indonesia, walapun ditemukan juga di Filipina. Bangsa kita mengenalnya sejak jaman pemerintah kolonial. Kuli perkebunan saat itu terbiasa mengkonsumsi kopi luwak, karena para tuan kebun membolehkan kuli mengambil buah yang jatuh untuk konsumsi sendiri. Termasuk biji kopi yang ditinggalkan luwak dalam kotorannya. Kebiasaan ini diyakini sebagai awal dikenalnya kopi luwak.

 Ada dua jenis kopi luwak yang ada di Indonesia, kopi luwak robusta dan kopi luwak arabika.Keberadaan musang (luwak) atau di Bali dikenal dengan nama lubak belakangan ini mulai langka. Terbukti, pengusaha kopi luwak di  bumi sejuk Bangli kesulitan untuk mendapatakan luwak ini. Untuk memenuhi kebutuhan luwak, mereka terpaksa mendatangkan luwak dari luar daerah seperti dari Bondowoso dan daerah lainnya di Jawa Timur. “Belakangan ini kita mulai kesulitan dapatkan luwak, kalau pun ada luwak lokal harganya lebih mahal ketimbang luwak asal luar Bali,”ujar  I Wayan Jamin salah seorang pengusaha kopi luwak di Dusun Landih, Bangli, Rabu (27/07/2016).

Kata dia, untuk menghasilkan kopi luwak saat panen kopi seperti sekarang  ini, pihaknya terpaksa mendatangkan luwak dari luar Bali. Dikatakan, luwak luar Bali memiliki sejumlah keunggulan, seperti tubuh lebih besar dan panjang, lebih rakus sehingga produksi lebih banyak. “Harganya juga lebih murah berkisar antara Rp 150 ribu per ekor. Sementara luwak Bali harganya mencapai Rp 200 ribu hingga rp 500 ribu per ekor,”tuturnya.

Sebut dia, ada beberapa macam cara memelihara  luwak untuk menghasilkan kopi luwak. Salah satunya adalah dengan mengkangdangkannya. Luwak yang dikandangkan ini bisa menghasilkan biji kopi luwak lebih banyak. Dimana, satu luwak bisa menghasilkan sekitar 5 kilo kopi. Pasalnya mereka terkesan dipaksa untuk memakan kopi itu. Namun dengan cara ini kualitasnya  agar kurang ketimbang luwak yang diliarkan. “Kebanyakan pengusaha kopi luwak memilih cara mengandangkan karena produksi lebih banyak,”tegasnya.

Sementara dirinya, guna mendapatkan kopi luwak mendekati keaslian luwak alam, maka memilih cara memelihara luak dengan diliarkan di kebun kopi.  Dimana, kebun kopi dipagar dengan jarring maupun kawat besi, sementara luwak dilepas diareal kebun kopi. Dengan cara ini, luwak tidak terpaksa memakan kopi, namun memakan kopi yang benar-benar sesuai seleranya. Cuma dengan cara ini, lanjut pria yang juga anggota DPRD Bangli itu, produksi jauh lebih kecil. Dimana, perekor paling bisa menghasilan setengah hingga 1 kilo kopi bijian. “Resiko lain, luwak sering lompat pagar dan hilang,”akunya. Lanjut menambahkan, kalau memasuki musim panen, dirinya memerlukan sekitar 25 sampai 30 ekor luwak agar produksiiii kopi bisa terpenuuuuuuhi."pungkasnya (Anggi/r6)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved