Balikini.Net - Akibat cuaca buruk berdampak pada kualitas jeruk di Bangli kini mengalami penurunan, terakhir hektaran buah jeruk rontok berserakan dan merangas. baik jeruk jenis siem (jeruk unggulan) dan jeruk jenis slayer dan lain-lainnya. Kondisi tersebut, hampir merata dialami para petani di sejumlah wilayah di Bangli dan diperparah lagi dengan semakin ganasnya serangan penyakit busuk buah. Akibatnya, petani hanya bisa pasrah karena harus menanggung kerugian yang cukup besar.
Seperti yang disampaikan oleh I Wayan Parma salah seoarang petani jeruk di Dusun Delod Desa,Desa Pengotan, Bangli saat ditemui Senin (03/10/2016) menuturkan buah jeruk yang rontok tidak hanya buah yang sudah siap panen. “Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca disertai angin, juga menyebabkan buah jeruk yang masih mudapun ikut rontok,” ungkapnya
Diakui pula, selain karena factor cuaca buruk, rontoknya buah jeruk yang masih muda juga akibat ganasnya serangan hama lalat emas yang menyebabkan buah menjadi cepat busuk dan rontok. Pada kulitnya banyak terdapat bercak coklat. Hal itu disebabkan oleh cuaca, dimana curah hujan sangat tinggi, hal itu berakibat pada munculnya penyakit buah. “Kalau sudah terkena serangan lalat emas, maka buahnya pasti busuk dan rontok walaupun masih muda,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan , para petani diwilayahnya diakui kini lebih banyak disibukkan untuk melakukan pembersihan buah rontok yang berserakan dibawah" Sebab, jika tidak dibersihkan dikhawatirkan akan menyebabkan hama lain menyerang. “jelasnya.
Sementara untuk jenisnya yang terkenal berupa siem dan slayer. Selain kuantitas produksi yang menurun, kata dia, harga jeruk saat ini terbilang anjlok. Dimana, harga jeruk untuk kualitas super seharga Rp 5.000/kg. Sedangkan yang ukuran kecil, harganya berkisar Rp 2.000 hingga Rp 3.000/kg.
Sementara itu Kabid Pengolahan, Pemasaran dan Sarana Prasarana Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan (P3) Bangli Dewa Putu Sugiarta saat dikonfirmasi menyatakan, buah jeruk yang rontok akibat hujan disertai angin hanya terjadi di beberapa wilayah saja. Oleh karenanya hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi secara global. Meski demikian, diakui, cuaca buruk berpotensi memicu maraknya serangan hama. Untuk itu, disarankan, pengobatan dengan menggunakan pestisida dan dilakukan secara serentak agar penyebarannya tidak terus meluas. Sedangkan jeruk masih menjadi komoditi utama yang dikembangkan masyarakat terutam,ada diwilayah Kintamani. Hal ini tak lepas dari kondisi geografis yang sangat mendukung. Luas lahan budidaya tanaman buah yang bercita rasa asam manis ini mencapai sekitar 5 ribu hektar, yang dominan berada di Kintamani., kualitas jeruk juga kurang bagus"pungkasnya[ Anggi/r6]
Seperti yang disampaikan oleh I Wayan Parma salah seoarang petani jeruk di Dusun Delod Desa,Desa Pengotan, Bangli saat ditemui Senin (03/10/2016) menuturkan buah jeruk yang rontok tidak hanya buah yang sudah siap panen. “Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca disertai angin, juga menyebabkan buah jeruk yang masih mudapun ikut rontok,” ungkapnya
Diakui pula, selain karena factor cuaca buruk, rontoknya buah jeruk yang masih muda juga akibat ganasnya serangan hama lalat emas yang menyebabkan buah menjadi cepat busuk dan rontok. Pada kulitnya banyak terdapat bercak coklat. Hal itu disebabkan oleh cuaca, dimana curah hujan sangat tinggi, hal itu berakibat pada munculnya penyakit buah. “Kalau sudah terkena serangan lalat emas, maka buahnya pasti busuk dan rontok walaupun masih muda,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan , para petani diwilayahnya diakui kini lebih banyak disibukkan untuk melakukan pembersihan buah rontok yang berserakan dibawah" Sebab, jika tidak dibersihkan dikhawatirkan akan menyebabkan hama lain menyerang. “jelasnya.
Sementara untuk jenisnya yang terkenal berupa siem dan slayer. Selain kuantitas produksi yang menurun, kata dia, harga jeruk saat ini terbilang anjlok. Dimana, harga jeruk untuk kualitas super seharga Rp 5.000/kg. Sedangkan yang ukuran kecil, harganya berkisar Rp 2.000 hingga Rp 3.000/kg.
Sementara itu Kabid Pengolahan, Pemasaran dan Sarana Prasarana Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan (P3) Bangli Dewa Putu Sugiarta saat dikonfirmasi menyatakan, buah jeruk yang rontok akibat hujan disertai angin hanya terjadi di beberapa wilayah saja. Oleh karenanya hal itu tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi secara global. Meski demikian, diakui, cuaca buruk berpotensi memicu maraknya serangan hama. Untuk itu, disarankan, pengobatan dengan menggunakan pestisida dan dilakukan secara serentak agar penyebarannya tidak terus meluas. Sedangkan jeruk masih menjadi komoditi utama yang dikembangkan masyarakat terutam,ada diwilayah Kintamani. Hal ini tak lepas dari kondisi geografis yang sangat mendukung. Luas lahan budidaya tanaman buah yang bercita rasa asam manis ini mencapai sekitar 5 ribu hektar, yang dominan berada di Kintamani., kualitas jeruk juga kurang bagus"pungkasnya[ Anggi/r6]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram