-->

Sabtu, 14 Mei 2022

Peran Internet Dan Warga Masyarakat Dalam Melestarikan Lontar

   Peran Internet Dan Warga Masyarakat Dalam Melestarikan Lontar


BALIKINI.net, KARANGASEM Museum Pustaka Lontar Desa Dukuh Penaban merupakan salah satu kekayaan adat budaya yang ada di Kabupaten Karangasem. Seperti yang kita ketahui, lontar merupakan warisan budaya benda yang patut dilestarikan keberadaannya. Lontar di sini menjadi ikon untuk Desa Dukuh Penaban yang kini tengah berjuang untuk dapat tercatat sebagai desa wisata. 

Di Desa ini sebagian besar masyarakatnya memiliki lontar di rumahnya masing-masing. Bahkan terdapat Lontar tertua yang berusia lebih dari 300 tahun. Tak hanya Lontar, Maestro Lontar yang telah mendunia pun ada di Desa ini, bernama Ida I Dewa Gede Catra yang kini berusia 85 tahun. Diusia senjanya, beliau masih cekatan dalam menulis, merawat dan menggali kekayaan pesan-pesan kebajikan yang ada di dalam lontar. Nama beliau tercatat dalam rekor MURI sebagai penyulih dan penulis Lontar Terbanyak. 

Menurut Penyarikan Desa Adat, I Nengah Sudana yang sekaligus sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata Di Museum Pustaka Lontar menceritakan jika awalnya museum tersebut rencananya hanya akan dijadikan gudang untuk sekadar menyimpan lontar saja. Namun gagasan brilian muncul dari tokoh masyarakat agar tak hanya menjadi sebuah gudang, namun sesuatu yang lebih berharga lagi. Layaknya harta karun yang hanya disimpan saja, tanpa dipamerkan ke banyak orang. Sehingga tercetuslah pembangunan Museum Pustaka Lontar yang kini berhasil meraih Rekor MURI dan juga penghargaan lainnya. "Kami berhasil tercatat di rekor MURI tahun 2020 sebagai Pemilik Ide Membangun Museum Lontar,"Kata Nengah Sudana. Kini Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban memiliki hampir 700 cakep dan ribuan salinan isi naskah lontar yang memuat tentang naskah  pengobatan, silsilah atau sejarah, arsitektur, kepemimpinan, kuliner, permainan, pertanian, dan karya sastra.

Local campaign dan internet sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari kemajuan Museum Pustaka Lontar ini. Usaha-usaha tokoh masyarakat memperkenalkan lontar ke hadapan dunia tentu saja jadi salah satu kunci keberhasilan. 

"Sebetulnya itu memulainya di media sosial. Karena kebetulan yang terlibat di dalamnya merupakan tokoh-tokoh yang memiliki akses yang sangat luas, seperti pak Sugi Lanus, Pak Dewa Gede Catra, Pak Ketut Artana yang notabene selaku qurator, disamping kegiatan yang dilaksanakan dalam pendirian desa wisata itu melibatkan masyarakat keseluruhan,"terang Nengah Sudana. 

Untuk diketahui, Guru Sugi Lanus tercatat namanya dalam rekor MURI sebagai pembaca serta peneliti manuskrip lontar Bali dan Jawa Kuno. Di tahun 2006 beliau mendirikan Hanacaraka Institute yang konsentrasi kerjanya adalah meneliti lontar Bali dan Lombok.

Sementara, lontar sendiri merupakan benda yang rapuh dan gampang rusak m maka untuk mencegah hal tersebut, maka masyarakat berinisiatif untuk men-digitalisasi lontar. Demi menyelamatkan transkrip dan naskah lontar. Metode yang digunakan sebagai pengalihmediaan naskah lontar ke dalam bentuk digital adalah menggunakan metode partisipatoris. Yang dilakukan oleh para pengelola museum dengan materi pelatihan penguasaan kamera, pencahayaan, operasional meja reprograf, dan penyuntingan file digital untuk kebutuhan museum serta pembuatan e-book.

Peran penting Internet bagi Nengah Sudana dalam memajukan Museum Pustaka Lontar sangat berpengaruh besar. Katanya, tanpa Internet dunia akan terasa gelap. "Internet sekarang sangat dibutuhkan karena tanpa Internet, kegiatan di museum sekecil apapun bisa kita akses melalui medsos (media sosial),"ujarnya,Sabtu (14/5/2022). Tentu saja hal ini akan memberikan ruang eksistensi bagi Museum Pustaka Lontar. (Ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved