-->

Minggu, 04 Juni 2017

Tak Semua Bunga Bisa Digunakan Sarana Sembahyang

Balikini.net. Rambutsiwi - Bagi masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting karena bagi umat Hindu, selain api dan air dimana bunga dapat dikatakan sebagai sarana pokok dalam melaksanakan persembahyangan.

Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi yang akrab dipanggil Bli Mangku Suar, Minggu (4/6) mengatakan, tradisi pelaksanaan agama Hindu di Bali menyebutkan tidak semua jenis bunga bisa dipersembahkan atau digunakan sebagai sarana dalam persembahyangan.

Menurutnya, secara prinsip bunga yang disarankan untuk tidak digunakan sebagai sarana persembahyangan diantaranya bunga yang pusuh (belum kembang), bunga yang sudah layu, bunga yang jatuh dengan sendirinya atau sudah gugur, bunga yang tumbuh di kuburan serta bunga yang dimakan hama (semut atau ulat, serangga, dll). Pantangan menggunakan bunga-bunga tersebut sebetulnya lebih didasari pada konsep bunga sebagai persembahan ke hadapan Tuhan sehingga mestilah bunga tersebut suci, bersih, mekar dan harum.

"Khusus untuk bunga yang dimakan hama (semut atau ulat, dll) alasannya sebetulnya sangat logis. Bunga yang dimakan ulat dan semut tentu tidak bersih lagi. Mungkin di bunga itu ada kotoran dari semut atau ulat yang memakannya. Begitu pula bila bunga itu disumpangkan di sela telinga, nanti telinga bisa kemasukan ulat atau semut", jelasnya.

Lebih lanjut dipaparkan, selain itu ada juga bunga yang dipantangkan untuk dimanfaatkan sebagai sarana upacaka (bebanten) karena bunga tersebut dimitoskan telah dikutuk oleh Dewa. Disebutkan, ada bunga Tulud Nyuh atau Jempiring Alit (Gardenia Augusta Merr) serta bunga Salikanta pantang digunakan untuk sembahyang. Pasalnya, bunga ini disebutkan tidak mendapatkan penglukatan atau pembersihan dari Dewa Siwa.

"Mitologi ini termuat dalam lontar Aji Yanantaka. Diceritakan dalam kerajaan Yanantaka sedang berkecamuk penyakit lepra. Raja dan para patih juga ikut terserang penyakit tersebut. Semua dukun sudah mencoba mengobati tetapi tak satupun ada yang mempan. Sang raja kemudian mengutus mahapatih-nya untuk menghadap Dewa Siwa mohon perlindungan. Dewa Siwa bersedia menghilangkan semua penyakit itu. Lantaran Dewa Siwa berwujud dewa, tidak dapat langsung bertemu dengan manusia, maka kerajaan Yanantaka di-pralina menjadi hutan belantara. Tidak tampak lagi wujud manusia. Setelah itu, barulah Dewa Siwa turun ke Yanantaka. Semua kayu dan pohon, termasuk tanaman bunga datang satu per satu mohon penglukatan Dewa Siwa. Namun, hanya dua pohon bunga yakni Jempiring dan Salikanta yang tidak mau minta penglukatan Dewa Siwa. Karena itu, Dewa Siwa mengutuk kedua bunga tersebut tidak boleh dipakai sarana dalam pemujaan.

Pantangan yang dilatarbelakangi mitos juga berlaku untuk bunga Turuk Umung atau Kedukduk. Mitologi tentang bunga ini termuat dalam lontar Siwagama. Diceritakan Dewi Uma melahirkan dua orang putra, seorang berupa raksasa dan seorang sangat tampan diberi nama Sang Kumara. Selesai melahirkan, kain dalam (tapih) yang penuh darah itu dicuci dalam telaga Rambawa dan dijemur di sebelahnya. Kain dalam itu direbut lalat dan tumbuh pohon bunga turuk umung atau kedukduk. Dewi Uma kemudian memastu (mengutuk) bunga turuk umung atau kedukduk tidak boleh digunakan persembahan.

Secara logika, bunga yang direbut lalat tentu tidak harum baunya, karena kotor/tidak suci.

Bunga lainnya yang dikenal tidak patut digunakan untuk sarana banten yakni bunga Gumitir. Dalam lontar Kunti Yadnya, bunga Gumitir disebut-sebut berasal dari darah Dewi Durga (sakti Dewa Siwa). Namun, setelah mendapat penglukatan dari Dewa Siwa seperti dinyatakan dalam lontar Aji Yanantaka, bunga Gumitir boleh digunakan untuk persembahan. Akan tetapi, hanya yang kembangnya bagus dan berwarna kekuning-kuningan. Bunga Gumitir yang warnanya merah tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai sarana upakara. Selain itu, secara penelitian ilmiah ada bunga-bunga yang tidak baik dipakai sarana memercikkan tirtha seperti diantaranya bunga Lading (bunga Bangkai) karena memiliki bau busuk dan bunga-bunga lainnya disinyalir karena mengandung unsur pshycitropica dan cepat busuk hingga mengundang bibit penyakit", papar Jro Mangku Suardana. (der / jro /r5)

Dinobatkan Menjadi Tokoh Agama, Anggota TNI Ini Cerahkan Sejuta Umat

Balikini.net ,Jembrana  - Jro Mangku Suar, demikianlah kini panggilan akrab dari Pelda I Putu Suardana, seorang anggota TNI yang aktif sejak tahun 1997 dan hingga kini masih berdinas di Tim Intel Korem 163/Wirasatya, setelah dirinya bersama istri dinobatkan oleh umat menjadi salah satu pasang Pemangku (pemimpin persembahyangan umat Hindu) di Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi yang terletak di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.

Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi, merupakan salah satu pura yang menjadi tempat bersembahyang bukan saja umat Hindu di Bali melainkan seluruh umat Hindu yang ada, sehingga di luar kedinasannya Jro Mangku Suardana harus senantiasa memimpin, sekaligus mendoakan juga memberikan pencerahan sepiritual dari jutaan umat Hindu yang telah dan akan bersembahyang di pura tersebut.

Jro Mangku Suar lahir di Desa Yeh Embang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali pada tanggal 19 Arpil 1975 dari pasangan orang tua bernama Jro Mangku Waniya dan (Alm) Jro Mangku Sutiari, memang sejak masa mudanya terlihat telah senang dengan kehidupan sepiritual, hingga telah beberapa kali rampung dalam penyusunan buku-buku keagamaan (khusus Hindu) seperti Buku Puja Pengastawa (Piodalan & Kramaning Sembah) juga menulis Buku Tatwa Liak yang memuat kontroversi pelurusan sejarah tentang ajaran Liak di Bali yang sejatinya adalah ajaran tingkat sempurna yakni warisan adiluhung dari leluhur Hindu di Bali bahkan ajaran ini adalah sebagai salah satu tuntunan dalam mencapai tingkatan Moksa yang merupakan tujuan akhir dari agama Hindu, akan tetapi selama ini selalu dikambinghitamkan (dipropaganda) hanya pada ranah kejahatan.

Berikut, karena keterbatasan dana maka Jro Mangku Suar berharap nantinya ada investor yang dapat mempublikasikan buku-buku karyanya demi kepentingan umat. "Saya berharap, salah satunya melalui penulisan buku Tatwa Liak ini masyarakat kemudian dapat lebih mengenal apa dan bagaimana sesungguhnya ajaran Liak (Pangeliakan) disini, sehingga dapat memberikan wawasan maupun pengetahuan lebih mendalam serta bermanfaat bagi semua pihak dan buku Tatwa Liak nantinya juga dapat dijadikan Buku Wajib dan salah satu acuan dalam menetukan sendi-sendi budaya Bali", ujarnya.

Sementara itu, Komandan Korem 163/Wirasatya, Kolonel Inf I Gede Widiyasa, SH mengapresiasi bahkan setiap anggotanya yang ingin berbuat dan berkarya baik demi umat, bangsa dan negara seperti dinobatkannya Jro Mangku Suar bersama istrinya menjadi salah satu pasang Tokoh Agama (Toga), karena apa yang dilakukannya adalah di sela-sela waktu kedinasannya dan demi kepentingan umat yang hal ini juga merupakan salah satu bentuk kemanunggalan antara TNI dengan masyarakat, hingga semboyan "Bersama Rakyat TNI Kuat" memang demikian adanya karena TNI benar-benar telah manunggal dan semakin dicintai rakyat. (wid / JMs/r7)

Senin, 24 April 2017

Bakti Pepranian Karya Ngusaba Kedasa Di Pura Ulun Danu Batur

Balikini.Net - Sebagai akhir rangkaian acara karya pujawali ngusaba kedasa di Pura Ulun Danu Batur  yang diempon 3 Desa Dinas yaitu Desa Batur Selatan, Batur Tengah, Batur Utara menjadi satu Desa Adat Batur yang dimulai Puncak 11 s/d 24 April 2017.  Selasa (24/4) pukul 14.30 dilaksanakan Bakti Pepranian , Nuwek Bagia Pule Kerti, Bakti Metetingkeb, Mendem Bagia Pule Kerti dan Ida Betara Ngeluhur/Mesibeb.Acara bhakti Pepranian yang dilaksanakan di pelataran Madia Mandala dihadiri.Danren 163/WSA, MMDP Propinsi Bali, Wakil Gubernur Bali  Drs. I Ketut Sudikerta serta OPD Propinsi Bali,DPRD Propinsi Bali yang diwakili anggota Wayan Gunawan Kapolres Bangli, AKBP Danang Beny K, Bupati Bangli I Made Gianyar, Sekda Bangli I.B.Gede Giri Putra beserta OPD Bangli , Departemen Agama Propinsi maupun Daerah Bangli,  DPRD, Ketua PHDI Bangli, , serta masyarakat Batur Sebelum pelasanaan bhakti pepranian dilaksanakan Tari Baris Gede ( Tari Peperangan) disini makna peperangan  bukan  adu pisik melainkan  maknanya perang melawan kebodohan, kelaparan,kesengsaraan, kemelaratan, tarian ini  uniknya setelah bertanding menggunakan tombak kemudian  saye( juri) sudah menyediakan makanan untuk dimakan bersama berarti sudah berakhirnya peperangan, kemudian dilakukan acara titi(jalan) menuju keamanan warga negara dengan melemparkan beras kuning berisi uang kepeng yang artinya, semoga apa yang dilakukan atau dikerjakan mendapat keberhasilan dan kemakmuran laporannya.

Sementara itu  Jro Gede Batur Alitan kepada awak media mengatakan makna Pepranian ini hanya sebagai ucapan puji syukur kehadapan Ida Betara yang berstana di Pura Ulun Danu Batur  atas anugrah yang diberikan atas   kepada umat semoga diberikan keselamatan bersama makanya  bakti yang disajikan yang isinya segala yang kita nikmati sehari-hari dan kita makan bersama pertanda kita saling menghargai  dengan alas dulang " ungkap Jro Gede Batur Alitan.

Disisi lain, Wakil Gubernur Bali  Drs. I Ketut Sudikerta mengucapkan terima kasih kepada Jero Gede Batur  beserta krama Desa Batur atas suksesnya acara ngusaba kedasa di Pura Ulun Danu Batur mekalihan beserta krama desa Adat Batur dan seluruh umat Hindu yang sudah menyumbangkan dananya( Dana Punia) serta  berharap kepada seluruh umat Hindu agar selalu melaksanakan sradha bhakti melalui beryadnya." Di Pura Ulun Danu Batur ini merupakan tempatnya amerta yang kita makan seharian  "harapnya.[Anggi/r6]

Selasa, 11 April 2017

Piodalan Pertama Pura Makomil

Balikini.Net – Upacara pecaruan memakuh selesainya pembangunan Pura Makomil pelingih dan Padmasana , yang di laksanakan mulai senin  10/4/17 juga telah di langsungan beberapa rentetan upacara yang di puput oleh  Sulinggih I Gusti Wayan Subrata dari Ds Antosari Selbar dan dihadiri oleh  anggota Koramil dan masyarakat sekitar  Koramil Selemadeg Tabanan Bali.

Pembangunan Pura Makomil terdiri dari Pelinggih Padma sari, Pelinggih Penunggun Karang, Bebaturan dan Bale Bengong dilaksanakan mulai tgl 1 februari 2017 dan selesai pada tgl 2 April 2017 dikerjakan oleh anggota Koramil dan masyarakat sekitar, dengan penghabisan biaya sekitar Rp 60.000.000.- dari iuran anggota dan Partisipasi Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Selemadeg Raya.
Danramil 1619-02/Selemadeg Kapten Inf I Nengah Sudiana menggungkapkan dengan di pelaspasnya Pura Makomil ini m ‘’ kami harapkan tempat ibadah ini bisa di jadikan sebagai tempat untuk pendekatan diri kepada tuhan yang maha esa baik buat anggota maupun warga sekitar  ,, ujarnya

upacara piodalan yang juga di laksanakan pada selasa 11/4/17  dipuput oleh Ida Pedanda Griya Lenganan Bajra Utara diikuti oleh seluruh anggota dan masyarakat Ds Berembeng . [yd /r6]  



Senin, 10 April 2017

Karya Ngusaba Kedasa Ida Bhatara Bhatari Di Pura Ulun Danu Batur

Balikini.Net- Serangkaian karya  ngusaba kedasa Ida Bhatari Katuran Pujawali Selasa (11/04/2017), dua hari sebelum  pujawali di Pura Ulun Danu Batur dilaksanakan  upacara wali ring merajan Agung Dalem  Bukitan(Kawanan) dan Dalem Bukutan(Kanginan),genah  Jro Gede Batur mekalihan dilakukan upacara di Pura Kodo Gunali oleh Desa Pekraman Batur Minggu(09/04/2017) Ida Bhatari katuran nakti pengodal dan katuran nyejer lan mesucian sebelumnya  ada upacara I Ratu Kentel Gumi mesineb.Diutama mandala para  pengurus subak se Bali ngaturang atos sebagai ucapan terima kasih kepada Dewi Danuh atas anugrahnya.

Menurut Jro Gede Batur Duuran   ditemui saat mempersiapkan wali ring marajan Agung  Minggu(9/4) mengutarakan ,besok (hari ini red) Ida Bhatara-Bhatari ring merajan agung katuran bakti penganyar  dilanjutkan pelaksanaan bhakti mainoman kemudian ngadegang bagia pula kerti  ngelantur melaspas.  dalam  rangkaian upacara itu diawali oleh Dane Nyoman Pragae ,Dane Ketut Pesedaan  dan Dane  Nyoman Pragending dan Dane Ketut Gunalali memberika uger-uger dihadapan krame Tempekan, Teruna Bunga,Daa Bunga dan Krama Desa Batur agar jangan lupa budaya yang dilaksanakan  supaya isi raja purana Pura Ulun Danu Batur tradisi catur dresta, kerifan lokal dan desa kala patra, tatwa, susila upacara kerangka Agama Hindu.

Lanjut disampaikan wali di Merajan Bukitan dan Bukutan besoknya ada upacara mainoman, di dalem Bukitan diiringi oleh Prajuru tempekan,Tengen/Bedanginan. Dalem Bukutan  diiringi oleh prajuru, tempekan Kiwa/Bedawanan..

Lebih lanjut disampaikan Dalem Bukitan bergelar Jro Gede Kanginan dan Dalem Bukutan bergelar Jro Gede Kawanan sesuai dengan Pucak Kanginan dan Pucak Kawanan Gunung Batur. Satu hari sebelum Purnama kedasa  Senin (10/04/2017)  dilaksanakan upacara mapapada wewalungan  suku pat(catur pad) dan suku kalih(dwi pada) tiga kali  mengelilingi Pahrayangan Pura Ulun Danu Batur mensucikan bahan upakara untuk apacara. Pada saat Puncak Karya Purnama Kedasa Selasa (11/04/2017)   Mapapada Agung Ida Betara Gede Ngurah Kepasekan  turun di Jempana dan binatang kebo dan Jempana dan I Ratu Ngurah Subandar turun mapepada mengelilingi Pahryangan , pawongan dan pelemahan Desa Pakraman Batur  dilaksanakan di Margi Agung(Jalan Besar) diiringi 50 baleganjur.Puncak Pujawali Ngusaba Kedasa Ida Bhatari katuran Pujawali Ring Tengahing Dalu Dauh ( pada pukul 00 wita)" Ida Bhatari mesineb  Senin (24/4) dilanjutkan Selasa (25/04/2017) Ida Bhatari lunga ke Pura Dalem Balingkang dan langsung ngantukang keluhur"ungkapnya [Ag/r6]

Wabup Sanjaya Bersama Ribuan Pemedek Hadiri Penyineban di Pura Luhur Batukaru

Balikini.Net  – Setidaknya ribuan umat Hindu dari beberapa penjuru wilayah di Bali menghadiri upacara penyineban di Pura Luhur Batukaru, Penebel, Tabanan, pada Minggu (9/4). Prosesi tersebut menjadi salah satu rangkaian penting dalam piodalan di Pura Luhur Batukaru setiap enam bulan sekali dan di dalam kesempatan ini telah dimulai sejak Kamis (6/4) lalu.

Pelaksanaan prosesi tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya. Terlihat juga dua orang anggota DPRD Kabupaten Tabanan seperti I Gusti Komang Wasta dan I Gede Putu Desta Kumara. Serta sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Tabanan.

Sebelum prosesi penyineban dilaksanakan, para pemedek atau umat yang hendak melakukan ritual Nunas Baos atau memohon petunjuk kepada Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukaru. Tentunya, dengan harapan agar kehidupan di Bali, khususnya di Kabupaten Tabanan, menjadi lebih baik dan sejahtera.

Selama berlangsungnya ritual ini, mulai dari prosesi nedunang Ida Betara sampai dengan Nunas Baos berlangsung, puluhan pemedek mengalami kesurupan atau dalam kondisi trance. Kondisi itu membuat jalannya prosesi semakin khidmat. Dan, ini berlangsung bahkan sampai prosesi nunas baos. Para pemedek silih berganti mengalami kondisi seperti itu.

Sesuai petunjuk Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukaru serta Pura Pucak Kedaton yang berlokasi di puncak Gunung Batukaru, untuk menjaga keselamatan dan masyarakat Bali, khususnya Tabanan, agar lebih aman dan sejahtera harus dilakukan upacara mulang pekelem di empat penjuru mata angin atau nyatur bhuana [tb/r6/ru]

Selasa, 28 Maret 2017

Gubernur Pastika Ikuti Tawur Agung Kasanga di Pura Besakih

Balikini.Net - Gubernur Bali Made Mangku Pastika bersama umat Hindu melaksanakan upacara Tawur Agung Kasanga sebagai rangkaian upacara Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di Pura Besakih Kabupaten Karangasem. Upacara ini rutin digelar setiap tahun pada sasih kasanga di Bencingah Pura Besakih, Karangasem, Senin (27/03).

Pastika didampingi Ny. Ayu Pastika, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, pejabat dan tokoh masyarakat lainnya seperti, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali, Anggota DPRD Kabupaten Karangasem, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, Ketua Majelis Utama Desa Pekraman Provinsi Bali serta para Pejabat dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Pastika berharap dalam menjalani hari Raya Nyepi maka seluruh umat Hindu bisa melaksanakan dengan baik dengan mengedepankan semangat kebersamaan serta memahami makna catur tapa Brata Penyepian. "Nyepi diharapkan bisa menjadi momentum untuk introspeksi diri dan mulat sarira, yakni merenungkan kembali  apa saja yang sudah dilakukan agar kedepannya menjadi cermin berbuat yang lebih baik, dan menyusun program yang lebih baik pula disamping itu juga sebagai momentum saling toleransi terhadap umat beragama di Bali," ujarnya pada awak media. 

Disamping itu, Pastika juga menekankan agar dalam merayakan hari Raya Nyepi tidak melakukan hal-hal yang buruk terlebih merugikan diri sendiri maupun orang lain. “Marilah kita maknai dan laksanakan hari raya Nyepi ini dengan hening dan mengedepankan sikap-sikap yang sudah tertuang dalam Catur Brata Penyepian, sehingga tidak ada yang merasa terusik dalam menjalankan hari Raya ini”, pungkasnya.

Upacara tawur yang dilaksanakan setiap tahun ini ditujukan untuk menyucikan alam semesta dan isinya serta menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya serta antara manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana). Dimana dalam upacara tawur ini juga diturunkan tirta dan ajengan yang akan digunakan untuk melakukan upacara pecaruan di masing-masing Desa Pekraman se-Bali sampai pada lingkungan rumah tangga.

Tawur Kasanga kali ini dipuput oleh Ida Rsi Hari Pantam dari Griya Tumbak Bayuh Badung, Ida Pedanda Dwija Nugraha dari Griya Buda Keling Karangasem, Ida Pedande Tianyar dari Griya Menara Sidemen juga disaksikan oleh Ida Dalem Semara Putra dari Puri Agung Klungkung.[pro/r6/rah]

Jumat, 17 Maret 2017

Goa Raja, Lokasi Spiritual di Jantung Kota Tabanan

[Jro Mangku Di dalam Goa ]
Balikini.Net - Goa Raja selama ini disebut-sebut sebagai lokasi spiritual yang tersembunyi yang berada di jantung kota Tabanan. Walau berada di pusat kota, namun sangat jarang yang mengetahui keberadaan Goa Raja. Justru keberadaan tempat-tempat ini di ketahui oleh umat hindu luar Bali. Lokasinya memang cukup unik, karena terletak dikedalam 10 meter dari permukaan tanah .


Tempat persembahyangan bernama  Goa Raja ini  mirip dengan Goa Giri Putri yang terdapat di Nusa Penida  ruangan yang luas dan bayak terdapat arca  selain sumber air yang cukup jernih,

bahkan tempat persembahyangan ini  bagaikan mutiara yang tersembunyi  selain itu goa ini juga sangat sakral  banyak kejadian yang pernah terjadia .
Jro Mangku Sruti salah satu sesepuh warga grogak yang telah mewariskan  Pura Goa Raja ini harus berhadapan dengan investor yang sempat ingin menimbun Goa ini untuk di jadikan perumahan .

Berkat perjuangan Jro Mangku bersama Istri  meskin mendapatkan banyak rintangan  namun semua hal itu bisa berlalau dan setelah kejadian itu investor yang sebelumnya berkeinginan untuk menimbun goa itu pun mngalamai sakit tanpa sebab dan akhirnya meninggal .

‘’ tiang hanya bisa pasrah saat itu dan serahkan kepada tuhan karena tiang tidak bisa melawan kecuali doa yang tiang bisa perbuat yang akhirnya tuhan mengabulan permintaan tiang akhirnya bisa menyelamatkan goa ‘’ ujarnya .

Terpendamnya satu diantara mutiara spiritual yang sangat dekat dengan jantung kota Tabanan ini  bisa disebut sangat unik  uniknya  apalagi warga di sekitar  pura yang berlokasi di desa delod peken ini   banyak yang tidak mengetahui keberadaannya .

Pura ini lebih banyak di kenal warga dari dunia maya  termasuk tokoh spritual dan sejumlah pejuang timor timur banyak yang mencari ketenagan sebelum mereka  di tugaskan sebelum timtim merdeka .

Sejak beberapa tahun terakhir ini banyak umat hindu dari luar Bali  tertarik untuk datang dan melakukan persembahyangan tidak itu saja  beberapa pelaku spiritual dari tanah jawa dan penganut non hindu juga sempat mengunjungi pura Goa ini .

Selain itu sejumlah umat yang datang ke tempat ini juga banyak yang berulang ulang datang kembali  selain mereka mendapat ketenangan mereka juga sering melukat di dalam Goa.

[pemendek keluar dari mulut goa ]
Diperkirakan keberadaan Pura Goa Raja ini telah di bagun sejak jaman prasejarah  mengingat banyak terdapat peningalan purbakala seperti lingga yang terkubur di tempat ini

Pura Goa Raja taksaka saat ini  mau tidak mau  diakui   sebagai sebuah tempat persembahyangan hindu  namun semua umat yang datamg melakukan meditasi di tempat ini  terus semakin bayak  tiap harinya .

Kedatangan umat tersebut justru dikarenakan adanya sebuah pawisik  untuk tangkil di Pura Goa raja   dalam segala keterbatasannya terutama keterbatasan oleh pengetahuan kepemangkuan  beliau ada saja selalu yang mau membantu untuk memberikan bimbingan akan sloka sloka dalam tuntunan upacara .

Bagi anda yang penasaran akan tempat spritual ini  tidak ada salahnya untuk datang dan mengerahui dari dekat keberadaan Goa Raja  yang berlokasi di jantung kota tabanan  di pastikan anda akan merasa nyaman dan dapat mencari infirasi di tempat ini .[Derana ]

Ketut Sudikerta, Wakil Gubernur "Sing Ngoyong Ngoyong" Programkan Ngaben Massal Gratis

Balikini.Net - Wagub Bali Ketut Sudikerta tidak pernah lelah melayani masyarakat. Tidak hanya kedinasan, pelayanan secara adat juga dilakukan ditengah masyarakat. Sudikerta yang di kenal sebagai wakil Gubernur yang aktif dengan istilah "sing ngoyong ngoyong" nampak mengawali kegiatannya pada jumat 17/3 dengan melakukan persembahyangan bersama warga Desa Pekraman Ipah, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Karangasem di Pura Puseh setempat.

Kehadiran wagub ditengah persiapan upacara pamelaspasan dipura ini, juga diisi dengan penanaman pohon kelapa di areal pura.

Untuk ke depan, Wagub Sudikerta mengingatkan agar masyarakat Bali secara luas untuk terus beryadnya secara tulus iklas, tanpa harus mengutamakan gengsi yang berlebihan, sehingga tidak akan memunculkan persaingan individual dalam tingkat bebantenan, termasuk dalam melaksanakan upacara pengabenan. Wagub Sudikerta secara lisan mengatakan akan menjalankan program ngaben dan nyekah gratis bagi masyarakat Bali, sehingga masyarakat akan semakin rekat bersaudara, bergotong royong sekaligus memperkecil biaya yang di keluarkan secara pribadi.

Pada kesempatan ini sudikerta mengatakan agar masyarakat setempat meningkatkan rasa dan menyatukan kebersamaan dalam bergotong royong, agar rezeki dan keselamatan hidup dapat diwujudkan, selain itu Parhyangan juga harus dijaga agar tetap ajeg dan lestari.
Tidak lupa, Wagub Sudikerta terus mengajak agar masyarakat secara umum untuk dapat melaksanakan upacara dengan sarana upakara yang tidak terlalu berlebihan, agar dikemudian hari tidak menimbulkan utang bagi kehidupan masa depannya, lantaran pelaksanaan upacara di Bali tidak akan pernah surut, melainkan berjalan secara berkesinambungan sebagai upaya penyeimbangan hidup antara skala dan niskala.[der/pro/r5]

Kamis, 16 Maret 2017

Pemkab Bangli Segera Gelar Upacara Pamelehpeh di Tiga lima lokasi

Minggu, 12 Maret 2017

Keraton Kawitan Amerta Bumi Ngaturang Bendu Guru Piduka Di Pura Hulundanu Batur Songan

Balikini.Net - Serangkaian penobatan Sri Angling Prabu Punta Jayanegara Cakra Buana Girinata bersama sang permaisuri Kanjeng Raden Dinar Retno Jenoli Mahesti di Keraton Kawitan Amerta Bumi ,Kendal, Semarang  Jawa Tengah digelar ritual ngaturang Guru Bendu Piduka di Tri Khayangan Jagat Pura Hulundanu Batur Desa Songan Kintamani.Tujuannya untuk mohon doa restu dan sebagai permintaan maaf secara niskala sekaligus untuk menyucikan diri atau mawinten sebelum yang bersangkutan dinobatkan  sebagai Sultan di Keraton Kawitan Amerta Bumi.Hal yang menarik dalam prosesi penyucian diri dilakukan sesuai Agama Hindu Bali dan dipuput seorang sulinggih Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba  dan sebelah pemangku setempat.Ada keunikan dan menarik dengan mengambil angka 11 yakni Sabtu (11/03/2017) jam 11 dipuput oleh 11 Pemangku . Hadir dalam kesempatan tersebut sebagai upasaksi Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra  bersama sejumlah Penglingsir Puri Se Bali. Selain itu  hadir pula Sultan bersama Kanjeng dari Lombok dan Jakarta.
Menurut  Sri Angling Prabu Punta Jayanegara Cakra Buana Girinata usai ritual kepada awak media mengungkapkan,pelaksanaan upacara  Bendu Guru Piduka di Pura Trikayanganjagat Hulundanu Batur Songan  merupakan bagian dari rangkaian abiseka atau penobatan  sebagai Sultan atau raja di Keraton Kawitan Amarta  Bumis ebagai prosesi panjang sejak tahun 1997 yang rencananya dilaksanakan tanggal 18 Maret mendatang, disamping itu sebagai bentuk ungkapan permintaan maaf sekaligus mohon doa restu kehadapan leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Hulundanu Batur"ungkapnya.
Disampaikan pula alasan prosesi tersebut dimana keyakinannya bahwa Desa Danuh dalam manifestasinya sebagai  Dewi Kemakmuran kalau di Jawa Dewi Sri beliaulah  sumber kahidupan, tanpa beliau kita ini tidak akan berarti apa-apa"ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan keraton kawitan berarti mengawali babat Alas Katul, karena berdirinya keraton diawali babat alas, seperti  jaman Majapahit polanya selalu babat alas tarik kemudian Keraton Mataram  babat alas mentau .Deminian juga sebelum  berdirinya Keraton Kawitan Amerta Bumi tahun 1997 babat alas  Kendal "jelasnya.
Lanjut disampaikan sebelum abiseka pada hekekatnya pada cerita wayang purwa itu adalah sesaji raja Soya yang disaksikan oleh 100 Raja dan disahkan oleh brahmana raja, kalau itu bisa dilaksanakandengan baik maka segala permohonannya akan dikabulkan.oleh karena itu diharapkan dengan pelaksanaan prosesi ini seluruh umat mendapatkan kedamaian,kemakmuran,keselamatan tanpa membedakan suku agama dan ras untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat yang berkeadilan sosial"harapnya.
Sementara itu Raja Puri Klungkung yang bergelar Ida Dalem Semara Putra,menyampaikan ungkapan  apresiasinya yang dilakukan oleh umat yang notabene non Hindu dari luar Bali,bagaimana kebudayaan kita dihormati hal ini selaku upasaksi ada yang ngaturan  Bendu Guru Piduka di Pura Trikayanganjagat Hulundanu Batur Songan dan pembersihan diri"ujarnya.[AG/r5]

Kamis, 09 Maret 2017

Rai Mantra Mendem Pedagingan Ring Pura Paryangan Banjar Praja Sari Peguyangan

Balikini.Net - Mengenakan pakian adat kepura bernuansa putih, terlihat sejak pagi hari ratusan warga Banjar Praja Sari, Kelurahan Peguyangan, Denpasar Utara serentak mengikuti Karya Mamungkah, Melaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Alit Medasar Caru Panca Sanak Madurga, Kamis, Warespati Pon Wariga (9/3) di Pura Paryangan, Banjar Praja Sari, Kelurahan Peguyangan. Dimana upacara ini dihadiri dan disaksikan langsung Walikota Denpasar I.B. Rai Dharmawijaya Mantra sekaligus mendem pedagingan ring padma prayangan yang kemudian dilanjutkan dengan menandatangani batu prasasti dan ngaturang punia. Hadir juga dalam kesempatan ini Komisi Satu DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara, Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar I Gst Bagus Mataram, Camat Denpasar Utara Nyoman Lodra, Bendesa, Tokoh Masyarakat serta Tokoh Agama setempat.

Manggala Karya Mangku I Wayan Sudiarta yang di temui di sela-sela karya mengatakan, karya ini dilakukan karena pembangunan Pura Paryangan Banjar Praja Sari Peguyangan ini baru saja rampung di dikerjakan. Renovasi ini dilakukan mengingat bangunan pura ini kondisinya sudah tua dan rapuh dimakan usia. Oleh karena itu atas hasil musyawarah warga Banjar Praja Sari diputuskan untuk dilakukan renovasi dan peluasan pura agar warga bisa bersembahyang dengan nyaman. Dimana renovasi pura ini dilakukan sudah semenjak bulan Juni 2016, dan baru rampung pada awal bulan Februari 2017 ini. Adapun bangunan pura yang di renovasi meliputi padma, pengelurah, pelinggih begawan penyarikan, piasan, dan candi bentar. Yang mana pembangunan pura ini dikerjakan dengan biaya yang di dapat dari dari urunan warga Banjar Praja Sari yang berjumlah kurang lebih 300 KK, yang di bgi 200 KK umat Hindu dan 100 KK sisanya umat agama lainya, dengan total biaya keseluruhan baik dari bangunan fisik sebesar 550 Juta Rupiah dan upacara Mamungkah, Mlaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Alit Medasar Caru Panca Sanak Madurga, mengabiskan dana sebesar 350 Juta Rupiah.

Sementara Pengrajeg Karya, I Gst Mangku Lanang Bagus Oka mengatakan, dudonan karya sudah dimulai Redite Kliwon Tolu 19 Februari 2017 lalu dengan upacara nepah karya dan puncak karya pada Saniscara Kliwon Wariga 11 Maret 2017 mendatang, yang mana upacara hari ini dipuput oleh Ida Peranda Gede Kemenuh, saking Griya Sembung Menguwi Kami bersama warga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Denpasar, terutama kepada Bapak Walikota karena sudah bisa hadir dan telah memberikan perhatian serta bantuan kepada warga Banjar Praja Sari dan diharapkan kepada warga banjar dengan rampungnya pura ini diharapkan bisa meningkatkan swadarma agama dan swadarma Negara, serta mampu meningkatkan kerukunan antar umat beragama khusnya warga di lingkungan Banjar Praja Sari (ays’/r5)

Kamis, 02 Maret 2017

Persepsi “LEAK” di Bali


Balikini.Net - Leak bagi masyarakat awam di Bali selalu di identikkan dengan makhluk berwajah seram dan bertaring. Secara fisik leak juga selalu digambarkan  tampilan yang besar dan menyeramkan.  Cerita terkait leak telah ada sejak lama dan turun temurun, serta dibumbui informasi-informasi yang membuat gambaran tentang leak menjadi sangat jahat dan menakutkan.

Kenyataanya Leak merupakan ajaran sastra suci Bali yang tertuang dalam lontar , yang bila diucapkan dengan daya cipta, sehingga seseorang bisa mengubah diri menjadi apapun yang ada dalam pikiranya mereka .

Menurut salah satu tokoh spiritual Ida Bagus Supardana dari Marga Cau Tua Tabanan saat di temui balikini (4/1/2017)  mengutarakan Leak itu real dan nyata adanya. Mitos yang berkembang selama ini telah menyebabkan leak dipersepsikan sebagai mahkluk yang menyeramkan. Padahal leak sebenarnya adalah sebuah ajaran suci. “sesunguhnya  Leak itu ajaran spiritual yang bisa berubah bentuk menjadi apa saja “ ujar Supardana.

Supardana yang telah mewarisi Ilmu Pengeliak secara turun temurun ini ,juga pernah mendalami ilmu ini ke India selama tiga tahun menjelaskan bahwa ilmu ini tidaklah jahat namun jika di salah gunakan oleh orang yang salah maka dia akan menjadi negatif .

Supardana mengungkapkan siapapun bisa mempelajari aliran mistik yang mampu mengubah bentuk tersebut. Dalam mempelajari ilmu Leak juga tidak ada batasan usia, yang penting ada kemampuan niat dan konsentrasi. Selain tekun mempelajari sastra suci Bali dan diucapkan dengan daya cipta yang kuat akan terwujud sesuai dengan keinginan  .


Supardana , menegaskan Leak bukan hanya ditemukan di daerah tertentu saja melainkan tersebar di hampir seluruh kawasan di Bali. Namun derasnya arus budaya luar, membuat aliran spiritual Leak itu merangsek ke pedalaman di Bali yang saat ini masih masih di yakini masyarakat Bali .

Leak bukan makhluk yang dijadikan untuk pesugihan, tapi menjadi sebuah ilmu yang menarik bagi orang-orang yang pecandu sastra kuno Bali. Anggapan bahwa mempelajari leak tidak menghasilkan apa-apa diduga akan menyebabkan aliran mistik tersebut mulai ditinggalkan. Namun kenyataanya di tengah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan jusru ilmu ini diam –diam kembali di bangkitkan sejumlah tokoh spiritual di Bali.

Pengelingsir Griya Cau Marga ini,mengatakan dalam aksara Bali tidak ada yang disebutkan leak melainkan “ liya, ak’ yang artinya lima aksara. Aksara tersebut yaitu Si mencerminkan Tuhan, Wa adalah anugerah, Ya adalah jiwa, Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan dan Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa. Kekuatan aksara ini disebut lima api.

Manusia mempelajari kerohanian apapun, pasti akan mengeluarkan cahaya atau aura, saat mencapai puncaknya  cahaya itu keluar melalui lima indra tubuh yaitu telinga, mata, mulut, ubun-ubun dan kemaluan. Namun umumnya orang yang mempelajari Leak cahaya itu keluar kebayakan lewat mata dan mulut.
Supardana memaparkan dalam mempelajari Leak harus memahami doa dasar leak., Doa dasar tersebut diantaranya “Ong gni brahma anglebur panca maha bhuta, anglukat sarining merta. mulihakene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahotama. ong rang sah, wrete namah”.

Supardana mengutarakan terdapat tujuh jenis leak yang sdh banyak di ketahui masyarakat.  Jenis tersebut di antaranya  Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Leak bulan,  Leak pemamoran, Leak bunga,  Leak sari, Leak cemeng rangdu dan Leak siwa klakah, adalah Leak tertinggi karena ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.

Tingkatan Leak paling tinggi menjadi bade atau menara pengusung jenazah , dengan mengubah menjadi garuda, dan tingakat lebih bawah lagi menjadi binatang-binatang lain, seperti kambing babi betina ,monyet, anjing, ayam putih, , dan lain-lain. Selain itu juga dikenal nama I Pudak Setegal mengubah hujud menjadi wanita cantik dan bau harumnya dan lain-lain.

Dalam Lontar Durga Bhairawi’ dan ‘Lontar Ratuning Kawisesan’.yang di tulis pada zaman Raja Udayana saat berkuasa di Bali pada abad ke 16, sastrawan jaman itu I Gede Basur masih hidup dan pernah menulis buku lontar Pengeleakan tersebut .


Salah satu alasan leak saat ini masih kuat dan diyakini karena aspek dari output belajar aji pangliyakan akan membuat kita menjadi sakti. Setiap tingkatan leak mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah seorang shakta aji pangliyakan sering terjebak apalagi  bathin kurang bersih, emosi labil, ilmu ini akan berbalik merugikan. “kita bisa terjebak menyalahgunakan ilmu ini untuk menyakiti. Karena itulah sang guru sangat sangat ketat dalam mengajarkan muridnya, murid dalam mengawasi dan menjaga tikah laku sang muris agar mereka tidak merugikan saat menguasai ilmu ini” ujar Supardana.

Meski demikian dalam sejarahnya tetap terjadi penyimpangan dalam aji pangliyakan. Munculnya sejumlah aliran yang memang khusus mempelajari ilmu itu untuk menyakiti hal itu disebut Pengiwa. Dikatakan Pengiwa karena setiap menarik energi selalu memasukan energi dari belahan badan bagian kiri seperti desti ,santet atau bahasa pengeliakan di sebut nerangjana.

Minggu, 29 Januari 2017

Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo

Balikini.Net – Serangkaian Karya Pujawali di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo tahun 2017, yang diselenggarakan setiap 2 kali dalam setahun. Prosesi Karya Pujawali bertepatan pada Hari Raya/Rahinan Jagat Pagerwesi Sukra Paing Sinta (Jumat 27 Januari 2017) lalu. Dan pada Saniscara Pon Sinta (Sabtu, 28 Januari 2017), Pemerintah Kabupaten Karangasem Ngaturang Bhakti Penganyar Penyineban di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur. Bakti Penganyar yang dipasilitasi Bagian Kesra Setda Kab. Karangasem ini dipimpin Sekdakab. Karangasem I Gede Adnya Mulyadi bersama Asisten dan Staf Ahli Bupati serta seluruh Kepala Perangkat Daerah beserta Staf dijajaran Pemkab. Karangasem, Minggu (29 januari 2017) kemarin.

Bhakti Penganyar Penyineban ini diawali menghaturkan bebantenan kepada Ida Bhatara yang berstana di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo agar diberikan anugrah, kedamaian dan keselamatan. Di Pelataran Pura Luhur Giri Selaka pemedek dari kabupaten/kota dari Bali melaksanakan pemuspaan secara bertahap, dipimpin Jro Mangku setempat, menjelang pukul 19.30 wib, Sekda Kabupaten Karangasem beserta  seluruh Kepala SKPD dijajaran Pemkab. Karangasem dan staf berbaur dengan masyarakat melaksanakan pemuspaan Bhakti Penganyar Penyineban bersama yang diawali dengan Puja Tri Sandya, lanjut Pemuspaan 3 kali yang berlangsung kusyuk dan hikmat yang dipuput Ida Pedanda Gede Buruan Di Ler Peling dari Geriya Taman Buruan Sibetan Karangasem.  Prosesi ini juga diiringi berbagi tarian dari sejumlah para seniman serta ditutup dengan tari Topeng Sidakarya.

Kabag Kesra Kab. Karangasem I Gede Basma, mengatakan kegiatan ngaturang bhakti penganyar penyineban di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo merupakan  rangkaian dari kewajiban Pemerintah Kabupaten Karangasem dalam memperkokoh spiritual umat melalui pelaksanaan ritual keagamaan.

Sekda Kab. Karangasem I Gede Adnya Mulyadi, selepas pemuspaan mengatakan, mengapresiasi positif kegiatan Bhakti Penganyar Penyineban  di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo ini sebagai bentuk wujud sradha bhakti sebagai umat hindu untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasihnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia yang diberikan, dengan tujuan mendoakan terciptanya kerahayuan jagat agar terhindar dari kali sengara lara roga seperti bencana alam serta berbagai bentuk penderitaan duniawi serta mensucikan bhuana agung dan bhuana alit agar senantiasa diberikan karunianya kepada umat manusia.

“Kegiatan penganyar penyineban dengan pemuspaan bersama ini sangat bermanfaat selain mendoakan juga untuk meningkatkan sradha bakti kita kepada sang pencipta, serta sebagai wujud bakti umat kehadapan Ida Bhatara dan Bhatari, utamanya Ida Bhatara dan Bhatari yang ber-stana di Pura Luhur Giri Selaka Alas Purwo Banyuwangi, serta diharapkan mampu menciptakan kesejahteraan dan kerahayuan jagat serta memberikan kedamaian bagi masyarakat Bali umumnya dan  masyarakat Karangasem khususnya,”ujarnya.

Seusai Pemuspaan bersama, Sekda Kabupaten Karangasem I Gede Adnya Mulyadi menghaturkan sarin canang yang diterima Bapak Suparno Pemangku Pura setempat.[kr/r4]

Jumat, 27 Januari 2017

UPACARA PAMILAYU BHUMI DI PURA SILAYUKTI

Balikini.Net - Pemerintah Kabupaten Karangasem menggelar Upacara Pamilayu bhumi, dipusatkan di Pura Silayukti Padangbai, Desa Pakraman Padangbai, Kecamatan Manggis Karangasem, Jumat (27/1/2017) bertepatan dengan Tilem Sasih Kepitu Isaka warsa 1938

Untuk meningkatkan keharmonisan dan keserasian alam semesta Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Serta untuk memohon keselamatan dari niskala agar terhindar dari mara bahaya terhadap adanya kekotoran bhuana atau alam semesta. Upacara yang sedianya akan dilaksanakan setiap tahun sekali ini dipuput Sulinggih yaitu Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Geriya Jelantik Budakeling, dan Ida Pedanda Gede Buruan Diler Peling dari grrya Taman Buruan Sibetan. Rangkaian upacara yang dimulai sekitar pukul 10.00 Wita diawali dengan persembahyangan bersama, dengan sarana Upakara Caru Manca Sanak Madurga, matungtung Rsi ghana, Guru piduka dan pakelem di segara yang diikuti seluruh bakta yang hadir.

Sementara itu Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, seusai pelaksanaan upacara Pamilayu Bhumi mengatakan, Upacara ini sengaja digelar secara niskala dengan harapan dapat memberikan keselamatan lahir dan batin bagi masyarakat Karangasem serta dapat dijauhkan dari mara bahaya. Serta untuk membersihkan alam semesta secara niskala. "Pemkab. Karangasem bersama -sama masyarakat melaksanakan yadnya Pamilayu Bhumi hari ini, memohon keselamatan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai dewa Baruna untuk melebur segala kekotoran jagat tersebut," terang Bupati.

Bupati Mas Sumatri lanjut mengatakan, pelaksanaan Upacara Pamilayu Bhumi yang bertepatan diawal tahun 2017 ini, diharapkan memberikan berkah bagi seluruh masyarakat Karangasem , Sehingga di tahun 2017 ini, pembangunan di Kabupaten Karangasem lebih meningkat dan mampu memberi kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Karangasem.

Pemerintah bersama dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Karangasem sudah menghimbau pada masyarakat melalui surat himbauan PHDI Kab Karangasem nomor 011/PHDI.Kab/I/2017.  Tanggal 20 Januari 2017. tentang Upacara Pamilayu Bhumi di Lingkungan Kabupaten Karangasem tahun 2017 khususnya pada tingkat Rumah Tangga, Di Merajan menghaturkan : Daksina, Pejati, Tipat Kelan, Soda Putih Kuning dan Canang sari, di natar merajan menghaturkan Segehan Agung lengkap dengan petabuhan dihaturkan kepada sang Bhuta Tiga Sakti. Di halaman/natar perumahan menghaturkan  Segehan Agung, lengkap dengan petabuhan dihaturkan kepada sang Bhuta Durga Maya.  Di lebuh/pamedal, menghaturkan segehan Cacahan 5 tanding lengkap dengan petabuhan dihaturkan kehadapan sang Bhuta Durga Bhucari. Dilaksanakan pada waktu sekitar pukul 18.00 Wita. Diharapkan, masyarakat dapat mendukung pelaksanaan kegiatan ritual tersebut demi memohon keselamatan dan perlindungan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, agar tercipta keselarasan hidup bagi masyarakat.  ( 27/01/2017 ).[krs/r5]

Rabu, 25 Januari 2017

Karya Pedudusan Nyatur Pura Dalem Beraban

Balikini.Net - Karya Pedudusan Nyatur ring Pura Dalem Beraban, Padang Sambian, Denpasar Selatan yang bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi, Buda Kliwon Sinta, Rabu (25/1). Pelaksanaan Puncak Karya ini sangat khusuk  diiringi dengan berbagai tarian,wayang, kekidungan dan tetabuhan dari warga masyarakat setempat. Bhakti Penganyar yang di laksanakan di Pura Pura Dalem Beraban merupakan suatu wujud rasa syukur yang dilaksanakan masyarakat da sekaligus sebagai bentuk pelestarian adat dan budaya selain itu juga sebagai Sradha Bakti kita semua .
Ketua Panitia Karya Padudusan Nyatur I Nyoman Tana mengatakan, kegiatan ini sudah dilaksanakan dari akhir Tahun lalu setelah pembangunan pura selesai dikerjakan dengan prosesi mekelud, ngaturang bendu piduka dan nancep pangpang. Dan puncaknya dilaksanakan pada hari ini yang juga bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi.  
Nyoman Tana mengatakan, juga mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak Walikota Denpasar IB. Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota IGN Jaya Negara serta seluruh perhatian beliau. “Kita berharap kepada masyarakat khususnya penyungsung Pura Dalem Beraban dengan adanya upacara seperti ini nantinya dapat dijadikan tolak ukur rasa bakti kepada leluhur dan dengan terlaksananya karya ini menjadi berkah untuk kesejahteraan masyarakat serta umat sedharma,”ujarnya. (Eka/r7)

Senin, 23 Januari 2017

Jangan Jadi “Belog” Karena Kelebihan Nge-Blog,jangan “Nyempileg” karena vlog

Balikini.Net - Bila orang Bali bilang “belog” maka cenderung artinya negatif yaitu bodoh. Berbeda dalam istilah dunia informasi dan teknologi, dimana blog merupakan singkatan dari web dan log. Web sering didefinisikan sebagai jaringan dan log sebagai catatan atau buku harian. Secara umum pada beberapa literature disebutkan bahwa blog adalah catatan atau kegiatan harian dari seseorang (pemilik blog)  yang disajikan secara online. Catatan tersebut tentu berupa apa yang dialami, diketahui dan dirasakan oleh pemilik blog.

Blog mirip dengan website karena sebuah blog merupakan sebuah website, tetapi sebuah website belum tentu sebagai sebuah blog. Pada intinya blog merupakan bagian dari website yang khusus berisi catatan pemilik blog. Sehingga bila dilihat dari segi kepemilikan sebuah blog adalah milik individu, sedangkan website pemilihnya cenderung sebuah institusi. Walaupun terkadang terdapat blog yang mengatasnamakan sebuah lembaga. Dilihat dari segi tampilan blog bentuknya cenderung lebih sederhana dan menggunakan bahasa personal.

Dalam beberapa tahun terakhir kemudian muncul istilah video blog atau yang lebih keren disebut vlog. Jika blog sebelumnya lebih umum menampilkan bentuk catatan berupa tulisan, pada vlog bentuknya telah berkembang menjadi bentuk video.  Vlog menjadi sebuah video dokumentasi  yang ada pada sebuah web dan berisi tentang pandangan, opini dan keseharian serta ketertarikan pemilik blog. Pembuatan vlog juga menggunakan peralatan yang sederhana , salah satunya dapat menggunakan HP.

Dalam perkembanganya vlog kini seakan menjadi sebuah trand pada generasi muda untuk menunjukkan eksistensinya. Namun sayangnya pemanfaatan vlog tidak sebatas untuk menyampaikan pendapat, pandangan dan opini terhadap suatu permasalahan. Justru penggunaan vlog mengarah pada penggunaan untuk mempublish kehidupan dan masalah pribadi pemilik vlog.

Beberapa pakar psikologi mengungkapkan bahwa penggunaan vlog justru  dijadikan tempat untuk curhat yang kemudian disebarkan sehingga mendapat perhatian dari public. Secara alami memang setiap orang memiliki keinginan untuk mendapatkan perhatian. Karena perhatian tersebut tidak didapat dari orang-orang terdekat kemudian memilih untuk menarik perhatian public. Tentu kemudian menjadi lucu ketika masalah pribadi yang harusnya diselesaikan dalam lingkup keluarga harus diubar ke ranah publik 

Mengumbar permasalahan pribadi ke ranah public tentu sangat beresiko. Publik dapat memberikan respon yang beragam. Mulai dari simpati, bercanda, bahkan juga dapat berupa cibiran hingga hinaan. Jika apa yang menjadi respon public tidak siap untuk diantisipasi maka bisa jadi justru akan menyebabkan depresi hingga gangguan kejiwaan.

Vlog hanya sebuah media/sarana yang dapat digunakan secara personal untuk menyampaikan pendapat, opini, pandangan ataupun catatan perjalanan dalam bentuk video. Kini tinggal kecerdasan dalam menggunakan media tersebut. Jangan sampai salah dalam memanfaatkan media vlog hingga justru mengumbar masalah pribadi. Penggunaan blog dan vlog untuk mengumbar masalah pribadi merupakan kebiasaan yang nyempileg (menyimpang). Bila kegiatan mengumbar masalah pribadi tersebut terus dilakukan melalui blog dan vlog sama artinya melakukan tindakan belog (bodoh).
Penggunaan blog dan vlog dengan batas yang wajar tentu memberi dampak positif. Dengan menggunakan blog ataupun vlog dapat dimanfaatkan untuk menjalin lebih banyak relasidari berbagai kalangan. Blog dan vlog juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan menulis dan editing video sehingga menjadi terampil. Vlog khususnya dapat dijadikan sebagai sebuah hobi yang dapat menghasilkan uang, itu jika link vlog yang dibuat dikaitkan dengan dengan google adsense. Untuk dapat menghasilkan uang tentu video yang diunggah di blog tidak sebatas kehidupan keseharian diri sendiri. Video yang diunggah tentunya harus memiliki nilai humanis, unik, dan memberi nilai informasi serta pendidikan sehingga menarik bagi public.

Dalam membuat video blog tentu tidak aturan yang dapat dijadikan pijakan. Jika menyadari berada dalam wilayah Indonesia tentunya pembuatan video blog harus juga memperhatikan UU ITE. Berbeda dengan pembuatan video untuk  televise yang terikat dengan aturan Undang-Undang penyiaran, Pedoman Prilaku penyiaran dan Standar Program Siaran. Namun tidak ada salahnya pembuatan video blog juga memperhatikan aturan-aturan tersebut dan memperhatikan standar video jurnalis sehingga suatu saat jika ada televisi yang tertarik bisa ditayangkan di televisi.

Alangkah lebih baiknya jika blog dan vlog yang dibuat mampu menjadi sebuah sumber informasi yang bermanfaat bagi public. Dengan menampilkan berbagai informasi yang bermanfaat dan mendidikan. Seorang blogger dan vlogger tentu bisa membuat catatan dan video dimana saja dan kapan saja. Hal baru dan menarik yang ditemukan dimasyarakat tentu dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat.   blogger dan vlogger dapat menjadi penyebar informasi yang lebih keren disebut sebagai jurnalis warga, ditengah menurunya kepercayaan public terhadap media mainstream.
[ I Nengah Muliarta ]

Minggu, 22 Januari 2017

Parade Gebogan SMPN 3 Bangli,Meriahkan Hari Raya Saraswati

Balikini.Net - Hari Raya Saraswati yang jatuh pada Saniscara  Umanis Wuku Watugunung hendaknya dirayakan dan dimaknai oleh seluruh kalangan Umat Hindu sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewi Saraswati yang diyakini sebagai lambang ilmu pengetahuan.Dalam perayaan  berlangsung sebelumnya lebih dominan hanya dirayakan oleh kalangan pelajar yang berumat Hindu.Namun, hal berbeda terlihat di SMPN 3 Bangli yang mengemas hari raya yang jatuh setiap enam bulan sekali ini dengan acara mapeed atau sering di sebut dengan parade gebogan.  Hal ini diikuti ratusan siswa sebagai bentuk menumbuhkan rasa syukur kepada tuhan, khususnya Dewi Saraswati sebagai lambang ilmu pengetahuan.

Menurut Kepala Sekolah SMPN 3 Bangli,Drs. Nengah Suardana , Sabtu (21/01/2017) saat ditemui disela-sela persiapan parade mengatakan, parade yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang pertama kali digelar. Sebelumnya, hari raya saraswati hanya disambut dengan lomba membuat gebogan yang dilaksanakan sehari sebelum hari saya saraswati. Begitu juga pada saat hari puncak, siswa dan guru hanya melakukan persembahyangan di Padmasana Sekolah saja. Melihat kenyataan itu, hari raya kali ini dikemas dengan nuansa yang berbeda, yakni adanya acara mapeed yang diikuti oleh seluruh siswa. “kalau sebelumnya hanya sembahyang biasa. Gebogan yang dibuat langsung di haturkan di padmasana sekolah,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan,sehari sebelum puncak saraswati siswa diajarkan untuk membuat olahan(Mebat) membuat caru, hal ini dilakukan untuk mengenal lebih dekat lagi nantinya jika terjun kemasyarakat tidak canggung lagi.Kami ajar anak-anak untuk mebanjar adat disamping itu menumbuhkan rasa kebersamaan dan menumbuhkan konsep menyama braya yang seolah-olah keberadaannnya di Bali semakin pudar..Ditambahkan pula kegiatan parade ini tidak hanya sebagai seremonial biasa, melainkan dimaknai untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan, khususnya Dewi Saraswati. Terkait dengan budaya, parade ini dijadikan sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya nyuun yang belakangan ini sangat jarang dilakukan oleh generasi muda. “masesuunan lebih banyak dilakukan oleh orang tua. Melalui kegiatan ini, generasi muda harus bisa seperti itu,” jelasnya.

Lanjut Suardana menyampaikan , puluhan orang siswi mengikuti parade gebogan .Mereka tidak lagi bergilir untuk nyuun, namun sendirian hal ini dilaksanakan karena dinilai yang mampu sampai disekolah akan diberikan reward  “mereka mengusung gebogan menempuh dua kilometer menelusuri jalan raya. Hal itu dirasa mampu meningkatkan rasa persaudaraan.Untuk kedepannya akan menempuh jarak tiga kilometer dari Banjar Bebalang sampai disekolah.Sebab wilayah rayon SMPN 3 Bangli dari Bebalang sampai Desa Bunutin agar masyarakat dan orang tua murid tahu kegiatan yang dilaksanakan disekolah"ungkapnya.

Dalam parade tersebut, ratusan siswa dan siswi berjalan kaki mengirinya banten gebogan dari Balai Banjar Bunutin menuju sekolah dengan jarak tempuh sekitar dua kilometer, sambil mengusung gebogan. Banten gebogan itu sendiri, terbuat dari jajan dan buah-buahan hasil bumi,dengan beralaskan dulang dan dihiasi janur yang disusun menjulang tinggi.[  Anggi/r5]

Minggu, 15 Januari 2017

Tradisi Mejuryag Tipat Saat Nangluk Merana di Desa Sekardadi

Balikini.Net– Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Pulau DewataBali banyak menyimpan tradisi yang unik dan menarik. Salah satunya, tradisi mejuryag tipat yang dilaksanakan di desa pakraman Sekardadi, Kintamani, Bangli. Tradisi ini, dilaksanakan serangkaian ritual nangluk merana. Dalam tradisi ini, keseruan terjadi saat ratusan tipat atau ketupat diperebutkan puluhan anak-anak desa setempat. 

Menurut Bendesa Adat Pekraman Sekardadi Nengah Madriya, ritual nangluk merana merupakan ritual turun temurun yang dilaksanakan setiap tahun sekali oleh warga desa adat setempat, tepatnya pada saat Tilem Sasih Keenem. Hanya saja, karena saat itu ada kecuntakaan yakni ada yang melahirkan anak  kembar buncing(laki dan perempuan ) menurut adat setempat dikatakan cumtaka(leteh Desa) selama  42  hari, pelaksanaan nangluk merana di undur, Minggu (15/01/2017). “Nangluk merana kita gelar, untuk menetralisir alam semesta dari pengaruh negative agar terhindar dari marabahaya,”jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam ritual tersebut menggunakan sarana hewan kurban berupa seekor sapi dan babi. Pelaksanaan upacaranya tersendiri, kata Madriya, berlangsung di dua tempat. Upacara pertama dilaksanakan di mangkalan (perbatasan) antara Desa Sekardadi dengan wilayah Banjar Penyebeh, Desa Pengotan dengan menggunakan sarana sapi. Sedangkan lokasi kedua, digelar di perempatan Desa Sekardadi dengan menggunakan sarana daging babi. “Dikedua tempat itu, prosesinya sama dan juga dilaksanakan mejuryag tipat. Hanya saja, hewan kurban yang dipersembahkan berbeda,”ujarnya.

Karena itu, sebelum upacara nangluk merana dimulai, ratusan warga setempat sejak pagi-pagi sudah mebat, mengolah babi dan sapi tersebut untuk dibuatkan sarana sesajen dan cacahan (malang) yang nantinya akan dibagikan kepada desa pengarep. Setelah itu barulah prosesi nangluk merana dimulai dengan dipuput oleh peduluan kebayan. Ditegaskan kembali, nangluk merana bertujuan untuk menetralisir pengaruh negative alam semesta beserta isinya agar terhindar dari malapetaka yang dapat berakibat buruk pada pertanian dan masyarakat secara umum. “Ritual ini merupakan warisan turun temurun. Jika tidak dilaksanakan, warga kami meyakini bisa mendatangkan malapetaka dan lahan pertanian bisa diserang berbagai hama ganas,” tegasnya.

Meski demikian, saat itu ada yang menarik dan seru mewarnai ritual tersebut. Dimana, puluhan anak-anak melakukan tradisi mejuryag tipat. Dalam tradisi ini, sedikitnya ada ratusan ketupat yang  telah ditempatkan dalam sebuah tegenan untuk diperebutkan. “Mejuryag tipat dilakukan setelah peduluan kebayan usai muput upacara. Pesertanya, sesuai warisan turun temurun yang kami terima adalah anak-anak yang usianya hingga 10 tahun,’’ terang Madriya.

Dijelaskan juga, ratusan tipat tersebut merupakan urunan atau pesuan dari masing-masing warga pengarep yang berjumlah sebanyak 104 KK. “Masing-masing warga pengarep ini yang membawa pesuan masing-masing sebanyak satu kelan atau enam biji, sehingga jumlahnya mencapai   624 biji  untuk diperebutkan didua tempat, masing-masing tempat  312 buah ” jelasnya.

Selanjutnya, dengan dikomando oleh salah satu prajuru, anak-anak yang telah menunggu sejak awal upacara, langsung menyerbu untuk berebut mendapatkan ketupat tersebut. Karena banyaknya ketupat yang disediakan, masing-masing anak bisa mendapatkan belasan hingga puluhan ketupat.

Sebaliknya, bagi yang apes karena kalah tenaga untuk berebut, hanya mampu mendapatkan ketupat seadanya. Nantinya ketupat hasil rebutan tersebut, ada yang langsung dimakan bersama warga dan sebagian ada yang membawanya pulang.

“Untuk prosesi mejuryag tipat ini, melambangan butakala dan dedemit yang sedang berebut lelabaan, dengan harapan tidak lagi menggangu warga kami,” tegasnya. Selain itu, lanjut Madriya, mejuryag tipat ini juga bisa diartikan sebagai bentuk kegembiraan dan sukacita warga setelah sukses melaksanakan upacara tersebut, dengan harapan bisa mendapatkan berkah keselamatan dan kemakmuran sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan antar warga. Selanjutnya dilaksanakan magibung ditempat upacara masing-masing cacahan dimakan berempat (Magibung)"pungkasnya. [Anggi/r5]

Karya Yadnya Caru Rsi Gana di Pura Paibon Dadia Arya Nyuh Aya

Balikini.Net  - Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri menghadiri upacara Yadnya Caru Rsi Gana, Nubung Daging dan Ngenteglinggih oleh Pasemetonan Prati Sentana Sri Nararya Kresna Kepakisan, Minggu (15/1/2017) di Pura Paibon Dadia Arya Nyuh Aya, Br Dinas Saren Kauh, Desa Budakeling, Kec. Bebandem, Kab. Karangasem.

Pemujaan dipuput oleh Ida pedanda Yajamana ( Buda) dari Jeroan Pura Paibon Arya Nyuh Aya. Upacara ini diawali dengan penampilan pragmen tari Mulapraketining Desa Saren dari Sanggar Kriya Sandi dan diisi dengan tarian Panyembrahma.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Staf Ahli Puspa Kumari, Ketua Parisadha, Penglingsir Pusat Bali I Gusti Agung Sukawati,  I Gede Legawa, dan I Made Kantun, Pengelingsir Pasemetonan Prati Sentana Sri Nararya Kresna Kepakisan Kab.  Karangasem I Gusti Gede Rinceg, Gusti Lanang Rai, Kabag Kesra, Kabag Humas serta seluruh Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah)  Kab. Karangasem.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Mas Sumatri menyampaikan rasa syukurnya atas upacara yang dilaksankan oleh masyarakat Dadia Arya Nyuh Aya, Br Dinas Saren Kauh. Menurutnya upacara yadnya ini harus dilakukan sebagai sujud bakti kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa agar tercipta kesukertaan jagat." Keselamatan dan kedamaian di dunia ini tidak semata-mata dalam bentuk pembangunan fisik,  tetapi juga pembangunan mental spiritual sebagai dasar untuk membangun diri. Dunia ini akan damai jika pembangunan fisik dan mental spiritual dipadukan dengan seimbang," ungkapnya.

Bupati Mas Sumatri menekankan, bahwa sesungguhnya seluruh masyarakat 'mesemeton' (bersaudara). Mas Sumatri berharap tidak akan ada yang bisa memecah belah persaudaraan, baik sesama umat Hindu maupun dengan Non Hindu. Ia juga mengajak umat se-Dharma agar bhakti 'eling' ring parhyangan'(ingat dengan Tuhan).

Pengelingsir Pasemetonan Prati Sentana Sri Nararya Kresna Kepakisan Kab. Karangasem I Gusti Gede Rinceg dalam kesempatannya menyampaikan sejarah leluhur sampai ada di Saren dan kaitannya dengan warga Muslim yang ada di Saren, sehingga hubungan sosial antara Hindu dan Islam di Saren berjalan harmonis sampai saat ini.

Usai seluruh rangkain upacara, Bupati Karangasem I G A Mas Sumatri memberikan Sari Canang untuk membantu pembangun Pura dan acara dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti awal mula Desa Saren yang di tandatangani langsung oleh Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri dan Para Penglingsir PPSNKK Karangasem. [krs/hu,/r6]

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved