-->

Jumat, 17 Juni 2022

Dari Sangu Hingga Menjadi Kuliner Unik Khas Desa Adat Dukuh Penaban, Begini Asal Usul Lawar Don Jepun

   Dari Sangu Hingga Menjadi Kuliner Unik Khas Desa Adat Dukuh Penaban, Begini Asal Usul Lawar Don Jepun


Karangasem, Bali Kini - Sehari menjelang Kuningan atau hari Penampahan Kuningan yang jatuh pada Jumat (17/6/2022) umat Hindu tentu sibuk mempersiapkan berbagai olahan untuk sarana persembahyangan.

Pada umumnya, warga masyarakat akan nampah ayam atau babi, membuat olahan salah satunya ialah ngelawar. Seperti yang diketahui bahan dasar lawar ialah Daging Babi. Namun, berbeda dengan di Desa Adat Dukuh Penaban, Kabupaten Karangasem, mereka memiliki Lawar Unik yang berbahan dasar Daun Kamboja atau disebut dengan Lawar Don Jepun.

Olahan ini wajib dibuat warga Desa Adat Dukuh Penaban disetiap penampahan Galungan, penampahan Kuningan, serta piodalan di Pura Puseh yang bertepatan pada Purnama Kapat, Purnama Kapitu, Tilem Kesanga dan Purnama Kedasa.


Dipantau, Jumat (17/6/2022) di pagi buta warga sudah berkumpul untuk membuat Lawar Don Jepun guna dipersembahkan di Pura  Pura Puseh Desa Adat Dukuh Penaban. Dimana tradisi rutin ini disebut Tradisi Nyaud Lawar Don Jepun.

Dijelaskan I Nengah Suarya, Bendesa Desa Adat Penaban sejarah dari tradisi Nyaud ini memang berhubungan dengan awal pembangunan Pura Puseh Desa Adat Dukuh Penaban yakni sejak ratusan tahun yang lalu. "Tradisi nyaud lawar don jepun, hal ini memang ditemukan dalam salah satu lontar yang disimpan oleh warga kami dimana tradisi ini berkenaan dengan pendirian pura Puseh di Desa Adat Dukuh Penaban yang saat itu sekitar  286 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1736," Terangnya.

Diceritakan, jika pada saat pembangunan Pura Puseh Desa Adat Dukuh Penaban, para tetua harus meratakan bukit. Butuh waktu yang sangat lama bahkan bertahun-tahun, karena hanya menggunakan alat seadanya, seperti cangkul. "Pada situasi menggarap atau mengerjakan pura itu, ada berbagai musim yang dilewati, diantaranya musim paceklik,  musim hujan, musim panas dan begitu seterusnya. Sehingga pada saat itu para warga atau leluhur yang mengerjakan Pura, beliau juga membawa sangu (bekal)  dimana menunya banyak menggunakan sayur-sayuran. Yang mana di suatu musim, diperkirakan musim panas daun yang tumbuh paling subur itu daun Kamboja, atau don jepun. Sehingga ada inisiatif warga untuk menggunakan daun Kamboja sebagai menu bekal," Pungkas Nengah Suarya.

Sehingga, seiring waktu berlalu tradisi ini secara turun temurun diturunkan dan diteruskan oleh warga Desa Adat Dukuh Penaban. Yang kini menjadi salah satu Kulinee Unik khas Desa Adat Dukuh Penaban. (Ami) 

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved