Karangasem, Bali Kini - Pariwisata di Kabupaten Karangasem sudah mulai normal dan ramai kembali pasca diterpa pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Para pelaku pariwisata pun kini sudah mulai berbenah kembali menata fasilitas kepariwisataannya demi menyambut datangnya para tamu.
Namun, ditengah geliat tersebut kendati fasilitas seperti Hotel, Villa, Restauran ataupun guest house sudah mulai membaik tak ada artinya jika fasilitas infrastruktur dibeberapa tempat tidak juga membaik. Hal ini dikeluhkan para pelaku pariwisata dari PHRI saat bertemu awak media pada Kamis, (10/08/2023).
I Wayan Kawayasa dari Komunitas ATA (Asosiasi Tourism Amed) yakni perkumpulan pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata di wilayah Amed, Kabupaten Karangasem menerangkan jika sejumlah fasilitas di daerah pariwisata yang ramai dikunjungi tourism mancanegara itu masih tidak membaik dari sekian tahun berlalu hingga sampai saat ini. "Padahal, kami di Wilayah Amed, Karangasem sendiri menyumbang PAD ke pemerintah daerah itu lumayan tinggi. Tapi sebaliknya fasilitas didaerah pariwisata kami sangat ambruk. Dilihat dari akses jalan raya yang sejak lama belum ada perubahan. Padahal, jika di bandingkan di luar negeri sana, fasilitas untuk para wisatawan utamanya infrastruktur itu sangat jauh lebih bagus," katanya.
Pihaknya berharap adanya pembenahan fasilitas dan infrastruktur diwilayah tersebut yang bukan hanya demi kelancaran aktifitas mereka yang bergerak di pariwisata ataupun para tourism yang datang, namun juga demi masyarakat dan pemerintah daerah. "Karena bagaimanapun kami ini saling membutuhkan," imbuhnya.
Di wilayah Amed, pihaknya menjelaskan jika akses jalan raya, hanya baru sekali diperbaiki, yakni ketika pengaspalan lingkar jalan Seraya, hingga sampai sekarang belum ada lagi. "Saya dengar tahun ini ada hanya saja kepastiannya belum tau. Nah artinya kondisi ini sangat tidak nyaman bagi pejalan kaki terlebih di malam hari lampu penerangan jalan minim," tandasnya.
Tak hanya jalan aspal, ia juga berharap fasilitas penunjang pariwisata yang selama ini menjadikan wilayah Amed ramai akan pengunjung yakni adanya fastboat yang ditutup. Yang merupakan jasa penyebrangan dari Amed - Lembongan. "Speed boat yang dulunya beroprasi di Amed dengan jasa penyeberangan Lembongan- Amed sebenarnya ada tahun 2010 dan tetap beroperasi, dan akhirnya April 2023 lalu ditutup lantaran Amed ditentukan bukan untuk pelabuhan. Tapi bagi kita pelaku pariwisata sangat disayangkan karena kunjungan wisata yang datang ke Amed memang karena daya tarik kedekatan lokasinya yang strategis di satu pusat wisata ke wisata lainnya," katanya.
Dampak penutupan penyebrangan fastboat inipun berdampak cukup signifikan bagi wisatawan yang menginap atau datang ke Amed. Salah satunya kunjungan tourism yang berkurang drastis hingga 80 persen. "Tutupnya fastboat kemarin berdampak sangat luas terhadap semua sektor pariwisata. Intinya pengaruh dampak pemerintah ke Amed sangat kurang. Salah satunya dari segi infrastruktur. Faktanya Amed jalur provinsi kok seperti ini, tidak sebanding dengan PAD yang sudah kami disumbangkan. Ini kesenjangan," Tandas Kawayasa yang juga selaku anggota PHRI ini. (Ami)
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram