Karangasem Bali Kini - Karya seni tradisional Bali, yakni seni lukis prasi yang dilakoni Komang Joni, warga asli Desa Wisata Tenganan Pegringsing membuat dirinya dapat menghidupi keluarganya.
Komang Joni sudah menekuni seni lukis prasi atau menggambar di atas daun lontar kering selama 24 tahun lamanya. Beliau memulai karirnya dari umur 15 tahun atau sekitar tahun 1998 silam.
"Karena memang bakat saya ada di seni, dulu waktu saya sekolah, sudah mulai berjualan lukis prasi," katanya. Hasil dari berjualan seni lukis prasi ini, Komang Joni dapat membantu keluarganya dalam membiayai sekolahnya kala itu. Meski beliau gagal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah seni karena beberapa faktor, namun atas pengalaman yang ia miliki, kini ia mengajar atau menjadi instruktur Seni lukis prasi dengan materi menulis aksara Bali dan mkepada para wisatawan asing. "Biasanya saya dipanggil untuk mengajar menulis aksara Bali di atas lontar di beberapa Hotel, seperti di Rama Candidasa, Amankila, Arnawa Candidasa dan lainnya," katanya, pada media Bali Kini saat ditemui Senin (25/9/2023).
Hingga kini, seni gambar di atas daun lontar yang ia garap dijajakan pada para tourism asing yang datang berkunjung ke Desa Tenganan Pegringsing. "Kebanyakan sih, tamu dari Eropa yang tertarik untuk beli lukisan saya," katanya.
Sementara, untuk harga yang ditawarkan bervariasi tergantung tingkat kerumitan. Mulai dari Rp.100.000,- hingga jutaan rupiah. "Yang paling rumit itu gambar Ramayana yang besar perlembarnya harganya 1,5 - 2 juta rupiah, kemudian ada gambar Pulau Bali atau Dewi Saraswati dikisaran harga Rp. 300.000,- an," terangnya.
Komang Joni juga menjelaskan proses dari tahapan pembuatan seni lukis prasi yang paling banyak ialah pada pembuatan daun lontar yang siap untuk dilukis. Beliau membeli daun lontar kualitas terbaik di wilayah Merita, Desa Abang. "Ada tiga jenis lontar, yakni lontar taluh untuk mejejahitan biasanya itu tipis. Ada lontar tulang yang di pakai tikar. Dan ada lontar tulis, nah lontar ini untuk menyurat. Yang membedakan dari lontar jenis lain ialah, lontar tulis punya serat yang agak tipis dan halus, serta daunnya tebal," katanya.
Kemudian, proses pengawetan daun lontar agar tahan hingga bertahun-tahun juga sedikit rumit. Yakni, daun lontar direbus terlebih dahulu berbarengan dengan kulit pangi fungsinya agar tidak dimakan rayap. Proses merebus memakan waktu selama 5 jam. Setelah itu, lontar diberi ramuan pencegah insek dan siap untuk dijemur. Jika sudah kering, lontar akan di pres menggunakan kayu.
"Atas proses ini, daun lontar bisa tahan hingga puluhan bahkan ratusan tahu, tergantung cara penyimpanannya," tandas Komang Joni. (Ami)
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram