-->

Jumat, 21 Desember 2018

Menjaga Keamanan Bersama Masyarakat, Paduan Suara Polda Bali Hibur Masyarakat di Mall

Denpasar,Balikini.Net - Dalam rangka perayaan Hari Natal  Tahun 2018 dan Tahun Baru 2019, Paduan suara Polda Bali menggelar hiburan kepada masyarakat di Mall Beach Walk dan Discovery Mall, Kamis (20/12/2019).

Dibawah pimpinan Kapolresta Denpasar AKBP  Ruddi Setiawan S.H.,S.I.K., Sekira pukul 17.00 wita sejumlah 88 orang paduan suara Polda Bali  langsung menghibur masyarakat dengan menyanyikan lagu-lagu yang dikolaborasikan dengan tarian seni budaya Bali, hal ini mencuri perhatian pengunjung mall. Tepuk tangan dan gelak tawa para pengunjung mall mewarnai  selama kegiatan berlangsung.

Selain selaku anggota Polri yang melindungi, mengayomi serta melayani masyarakat, kami juga mengedepankan prinsip humanis dengan menghibur masyarakat dan memberikan kecerian kepada masyarakat dan anak-anak yang sedang melaksanakan liburan di pulau Bali.

Saat dikonfirmasi Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol.Hengky Widjaja S.I.K., M.si., mengatakan kegiatan yang dilaksanakan Polda Bali merupakan sinergitas Polri bersama masyarakat untuk menjaga keamanan bersama-sama. Sehingga keamanan dan ketertiban bisa dikendalikan bersama seluruh stake holder dan masyarakat.‎ 

Selain itu, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mendekatkan Polri bersama masyarakat, Sehingga mereka bisa ikut terlibat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Provinsi Bali menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2019 serta  pesta demokrasi dalam rangka Pilpres dan Pileg Tahun 2019." Ucap Kabid Humas Polda Bali

Kabid Humas Polda Bali juga mengatakan bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan secara bergilir di beberapa tempat seperti Bandara Ngurah Rai, Mall Beach Walk, Discovery, Bali Colection Nusa Dua, Lippo Mall, Hotel Kartika, W Hotel seminyak, Potato Head, Kudeta, Grand Zero,Hard Rock dan Mall Bali Galleria." tutupnya [pol/r5]

Rabu, 29 Agustus 2018

Gema Perdamaian XVI

Denpasar,Balikini.Net - Kita semua paham bahwa kedamaian itu merupakan dambaan setiap insan, apa pun agama, kepercayaan, etnis dan dari mana pun asal-muasal kita. Meski telah disadari bahwa kedamaian memberikan kemerdekaan dan kebahagiaan,  namun yang terjadi di masyarakat saat ini,  kedamaian dan kemerdekaan itu dibatasi oleh kemerdekaan pihak lain. 
Demikian pula,  maraknya euforia demokrasi  belakangan ini justru kerap  menyulut  kekacauan, sehingga damai menjadi barang  yang kian mahal. 

Oleh karena itu, diperlukan upaya membangkitkan  ingatan kita betapa pentingnya upaya perdamaian oleh semua pihak. Selain itu, ingatan kita semua perlu disegarkan  bahwa cinta kasih adalah landsan utama damai yang perlu terus dipelihara sehingga dapat menjadi basis keterbukaan pikiran serta toleransi pada kehidupan masyarakat.

Gema Perdamaian adalah salah satu acara rutin  untuk menyatukan semua upaya stakeholders dalam upaya damai. Agenda ini juga bertujuan membudayakan  cara pandang melihat dan berdinamika dalam perbedaan. Panitia telah merancang rangkaian acara 
 untuk memeriahkan Gema Perdamaian XVI,  2018 seperti  lomba ambasador damai, short movie, blog, world clean up day dan acara sosial lainya. 

Pada pertemuan dengan perwakilan UKM INBIS UNUD, Ketua Panitia Gema Perdamaian 2018,  Kadek Adnyana didampingi Koordinator Seksi  Konsumsi Desak Ketut Purnamasari  menegaskan,  puncak acara Gema Perdamaian XVI, Sabtu,  6 Oktober 2018 akan dihadiri oleh kurang lebih 10.000 orang.

Undangan dan peserta yang hadir berasal dari seluruh lapisan masyarakat yang peduli terhadap gerakan perdamaian mulai dari masyarakat kecil, pengusaha, tokoh agama, hingga pejabat birokrasi  pemerintah. Acara puncak Gema Perdamaian  akan diisi dengan pagelaran padayatra yaitu pawai berbagai macam kesenian budaya Bali mengelilingi lapangan Bajra Sandhi, penampilan berbagai kesenian etnis Nusantara, doa bersama semua agama dan aliran kepercayaan dan penganugerahan Award perdamaian. 

Gema Perdamaian XVI,  2018 ini akan menggandeng UKM Kuliner INBIS UNUD untuk menyediakan makanan dan minuman selama acara berlangsung. Mereka memiliki kurang lebih 20 kelompok food truck yang siap memperkenalkan produk kuliner tradisional yang khas. 
Koordinator UKM INBIS UNUD, Jayack menyatakan  kesiapannya menerjunkan food truck untuk memeriahkan acara puncak Gema Perdamaian XVI di  sisi Timur lapangan  Bajra Sandhi,  Renon, Denpasar pada 6 Oktober 2018. Mereka  sekaligus menjadi bagian dari panitia untuk membantu mendistribusikan produk kuliner kepada seluruh tamu undangan dan  peserta yang hadir. 

Mereka akan menerapkan sistem kupon untuk mengatur ketertiban dan mempermudah distribusi. 
Komang Sugiantara Putra, salah satu tenant menambahkan,  sinergi ini diharapkan akan sangat efektif untuk menghindari over supply logistik saat puncak acara karena banyaknya donatur dalam bentuk makanan dan minuman. Pada Gema Perdamaian  tahun ini  para donatur makanan dan minuman akan diarahkan ke UKM INBIS UNUD (adn/r3)

Jumat, 13 Januari 2017

Mengunjungi Istana Raja Matahari di Bawah Laut Nusa Penida

Balikini.Net - Dalam kurun waktu 5 – 10 tahun terakhir kawasan Kepulauan Nusa Penida Kabupaten Klungkung  menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Bali. Kepulauan yang terdiri dari tiga pulau yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan menjadi daya tarik bagi wisatawan bukan semata-mata karena memiliki 1.419 hektar terumbu karang. Salah satu alasan kedatangan para wisatawan terutama para penyelam dan peneliti internasional mengunjungi Kepulauan Nusa penida adalah untuk bertemu raja matahari kawasan laut Nusa Penida. Raja matahari yang dimaksud adalah ikan Mola-mola (sunfish). Bagi masyarakat Nusa Penida ikan Mola -mola tersebut lebih dikenal dengan nama “be bodag”.

Sebutan ikan matahari diberikan karena Mola-mola sering ditemukan muncul kepermukaan laut untuk berjemur memulihkan suhu tubuhnya, karena terlalu lama berada di perairan laut dalam. Selain itu, bentuk tubuhnya yang bulat juga identik dengan bulatnya sinar matahari. Pada musim tertentu ikan Mola-mola naik ke perairan dangkal untuk membersihkan dirinya dari parasit dengan bantuan ikan bendera (banner fish) dan ikan bidadari (angle fish).

Ikan Mola-mola ini memiliki ukuran 2 meter dan muncul di perairan Nusa Penida sekitar bulan Juli-September. Maka pada bulan-bulan tersebut para penyelam dari seluruh dunia datang ke Nusa Penida untuk melihat ikan Mola mola. Terdapat beberapa lokasi di perairan Nusa Penida yang menjadi lokasi penyelaman seperti Crystal Bay (Banjar Penida), Blue Corner (Jungut Batu), Ceningan Wall (Ceningan), Sental (Ped) dan Batu Abah (Pejukutan).

Bagi Masyarakat Nusa Penida keberadaan ikan Mola-mola merupakan suatu keberuntungan. Ikan Mola-mola juga sering disebut sebagai ikan pembawa keberuntungan oleh masyarakat Nusa Penida karena telah menyebabkan wisatawan ramai berkunjung dan memberi dampak ekonomi bagi warga Nusa Penida. “wisatawan rela datang dan membayar lebih dengan menyiapkan uang tips bagi pemandunya agar bias melihat langsung ikan Mola-mola. Wisatawan juga berulang-ulang dating untuk menguji keberuntungan” kata Anggota Lembaga Permusyawaratan Desa Nusa Penida Nyoman Karyawan saat ditemui di Nusa Penida (12/1).

Karyawan menuturkan dari cerita para peneliti dan penyelam yang datang ke Nusa Penida, sebenarnya Mola-mola terdapat di seluruh perairan di dunia. Namun kemunculannya ke permukaan tidak dapat diprediksi. Berbeda dengan di Nusa Penida hampir 80 persen kemunculannya dapat diprediksi.”Pada musim kemunculan Mola-mola tingkat hunian kamar villa dan bungalow di Nusa Penida full, akan sangat sulit mencari kamar untuk menginap” ujar Nyoman Karyawan yang juga sekaligus pemilik Kulkul Bungalow.

Menurut Karyawan, potensi wisata bawah laut di Nusa Penida sebenarnya sangat besar tetap belum tergarap secara maksimal. Buktinya dari jumlah wisatawan yang datang ke Nusa Penida hampir 80 persen datang untuk menyelam, melihat Mola-mola dan ikan Pari Manta Hanya sekitar 20 persen wisatawan yang datang untuk menikmati alam daratan dan kebudayaan masyarakat. “kalau di musim Mola-mola di bawah laut itu seperti pasar, penuh dengan manusia, terutama di spot-spot kemunculan Mola-mola dan Pari Manta. Klau di permukaan laut itu yang kelihatan hanya kapal-kapal kosong” papar Karyawan.

 
Karyawan menambahkan yang masih menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata Nusa Penida yaitu belum maksimalnya pengembangan SDM lokal. Salah satu contohnya sebagian besar dive master yang beroperasi berasal dari luar Nusa Penida. Sehingga sangat diharapkan adanya pelatihan baik dari pemerintah atau lembaga yang berkompeten sehingga SDM lokal yang ada dapat lebih di maksimalkan.

Berdasarkan pemantauan Coral Triangle Center (CTC), kemunculan mola-mola di di perairan Nusa Penida selama 2016 menurun dibandingkan tahun 2015. Selama 2016 hanya di jumpai 1-2 ikan mola yang muncul ke permukaan di beberapa lokasi di Nusa Penida. Padahal sebelumnya secara rata-rata per-tahun jumlah kemunculan ikan laut dalam tersebut di setiap lokasi cleaning station antara 2 - 4 ekor per kemunculan dalam kurun waktu bulan Juni – Oktober. Salah satu penyebab penurunan jumlah kemunculan jenis Mola ramsay ini adalah adanya kenaikan suhu perairan yang mencapai 25 0C. “tahun lalu suhu rata-rata 20-21 derajat, bahkan sampai 18 derajat. Ketika suhu perairan mencapai 23 derajat, kami ketemu Mola mola 2 ekor di Crystal Bay, dua minggu sebelumnya, tim CTC menjumpai mola mola di Gamat Bay 1 ekor” kata Learning Site Manager CTC, Marthen Welly.

Menurut Marthen, jika Mola rata-rata muncul setiap 2-3 hari sekali, maka per lokasi setiap bulannya memiliki kemunculan rata-rata 20 - 40 ekor, dengan asumsi Mola yang muncul bukan individu yang sama. Saat ini CTC bekerjasama dengan Murdoch University Australia sedang melakukan penelitian dengan memasang satelite tagging pada Mola mola untuk mengetahui pola pergerakan dan jalur migrasinya. Studi lain yang kini juga perlu dilakukan adalah studi mengenai daya dukung lingkungan ( carrying capacity study) masing-masing lokasi penyelaman mola. Mengingat  pada musim Mola sekitar 600-800 orang menyelam per hari di Nusa Penida. “jumlah diver yang menyelam dengan dive operator dari Sanur, Padang Bay, Serangan dan Tanjung Benoa ke Nusa Penida juga meningkat,  jika kita coba cari kamar hotel akan sangat susah sekali, semua kamar full dan kita mesti booking jauh-jauh hari” ujar Marthen.

 
Hasil survey CTC tahun 2011 menunjukkan wisatawan yang datang ke Nusa Penida lebih banyak melakukan fun-dive di Crystal Bay dan Manta Point daripada ke dive site lain. Wisatawan juga melakukan dive-course selain fun-dive. Tarif menyelam di Nusa Penida dengan menggunakan guide berkisar antara Rp. 437.500 hingga Rp. 700.000 untuk satu kali penyelaman. Tiap dive operator menerima jumlah wisatawan pada saat high season sangat beragam mulai dari 50 orang per bulannya hingga 1200 orang. Pada saat low season jumlah wisatawan yang datang menurun, tiap dive operator menerima jumlah tamu yang sangat beragam mulai dari 15 orang per bulannya hingga 450 orang.  Dimana total jumlah wisatawan selam yang datang pada saat high season adalah 2700 orang tiap bulannya.

Marthen berharap adanya pengaturan dan penindakan yang tegas dari pemerintah terhadap para penyelam yang tidak mematuhi aturan main (code of conduct) termasuk dive operatornya. Sebelumnya CTC bersama dengan para dive operator di Nusa Penida dan Lembongan serta bekerjasama dengan GAHAWISRI Bali, telah membuat aturan main (code of conduct) tentang penyelaman dan pengamatan Mola mola serta Pari Manta di Nusa Penida.  Code of conduct ini diantaranya mengatur seorang penyelam tidak boleh menyentuh atau memegang ikan Mola mola atau Pari manta. Code of conduct juga memberi batasan bahwa jarak terdekat untuk melihat Ikan Mola mola dan Pati manta adalah 3 meter.  Para penyelam tidak diperkenankan menyelam di bawah ikan Mola mola karena gelembung udara penyelam akan menganggu ikan Mola mola.

Dalam panduan code of conduct juga tidak diijinkan mendekati ikan Mola mola dari arah belakang, karena akan menyebabkan ikan Mola mola merasa terganggu.  Jika ingin mendekati ikan Mola mola, harus tunggu sampai ikan Mola mola berada pada posisi “cleaning” atau siap dibersihkan.  Penggunaan flash/blitz kamera bawah air secara berlebihan juga perlu dihindari oleh para penyelam saat mengambil gambar ikan Mola mola atau Pari manta.  Aturan lainnya adalah jangan menghalangi (blocking) jalan ikan Mola mola atau Pari Manta ke laut lepas.  Terakhir tidak diperkenankan memberi makanan dalam bentuk apapun kepada ikan Mola-mola atau Pari manta yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku dari ikan tersebut.

Kepala Bidang Pengawasan Kelautan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Bali, Made Sudarsana mengatakan untuk melakukan pengawasan menyeluruh memerlukan jumlah personil yang memadai. Sedangkan saat ini masih mengalami kekurangan orang untuk melakukan pengawasan. Pada sisi lain untuk melakukan penindakan atau penjatuhan sanksi memerlukan bukti-bukti yang cukup memadai. “untuk mengambil sebuah keputusan perlu pengumpulan bukti-bukti, dan akan lebih baik lagi jika mampu melakukan tangkap tangan” tegas Sudarsana.

Sudarsana mengakui pihaknya terus melakukan pendekatan dengan dive operator agar tetap mematuhi code of conduct. Selain itu koordinasi dengan Gahawisri terus diintensifkan, karena jika terjadi kerusakan yang mengalami kerugian juga para pelaku wisata bahari. Pada sisi lain pengawasan dilapangan saat ini juga lebih banyak dibantu oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok pengawas masyarakat, salah satunya adalah Pecalang Segara (Personil pengamanan adat wilayah laut).

Perairan Nusa Penida memiliki berbagai jenis ikan baik ikan karang, ikan dasar dan ikan pelagic. Berdasarkan hasil kajian Ekologi Laut secara cepat- Rapid EcologyAssesment (REA) pada tahun 2008 oleh Gerry Allen dan Mark Erdmann ditemukan 576 jenis ikan diperairan Nusa Penida. Hasil survey Coral Triangle Center (CTC) di Nusa Penida dijumpai sekitar 300 jenis karang.  Selain terumbu karang, Nusa Penida juga memiliki ekosistem pesisir penting lainnya yaitu hutan bakau seluas 230 hektar dan padang lamun 108 hektar. (Muliarta)

Selasa, 06 September 2016

Bulan Bhakti Buat Negeri Ashram Gandhi Puri

Balikini.Net - September menjadi bulan yang sangat istimewa bagi Ashram Gandhi Puri di mana pada bulan ini Ashram Gandhi Puri di ulang tahunnya yang ke-17 dan selalu menjadikannya sebagai Bulan Bhakti untuk Negeri, dari tanggal 3-25 September diawali dengan Teacher Training Yoga untuk menguatkan para Yoga Teacher kedepannya.

Acara pembukaan TTC Yoga sangat istimewa karena juga menjadi kebangaan Yoga Sanstha Institute dimana anak asuhnya menjadi juara satu nasional Yoga di Jambore Pasraman Nasional dan bulan ini spesial memberika pelatihan 50 jam dan 200 jam Sacred Art and Healing sehingga kedepan para yoga guru yang dihasilkan dari tempaan dan pelatihan yang mengacu pada Hatta Yoga dan Rshi Patanjali menjadi guru dharma yang di jadikan acuan oleh para yogi menjadi kekuatan para yoga guru nanti untuk mengembangkan pelatihannya di setiap Centre yang dikembangkan oleh Yoga Sanstha Institute.

Acara pembukaan yang di buka oleh Kepala Dinas dan Pendidikan Olahraga yang di wakili oleh  Ketut Suadnyana yang sangat gembira dan antusias, kerena Kabupaten Klungkung bisa menjadi bagian kontribusi pengembangan yoga Nusantara. Melalui TTC Yoga ini, Dinas Pendidikan Olahraga menyatakan siap bersama untuk memasukan yoga menjadi bagian dari kegiatan Ekstra di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Klungkung dan kedepan diharapkan juga bisa menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. 

Indra Udayana selaku pengasuh Ashram Gandhi Puri  sekaligus pendiri Asosiasi Yoga Indonesia sangat mengapresiasi kerja sama yang potensial antara Yoga Sanstha Institute dan Disdikpora Kabupaten Klungkung dan ini diharapkan berlanjut sehingga Yoga bisa menjadi gerakan dan gaya hidup masyarakat. 

Pada saat itu juga diserahkan penghargaan khusus kepada pendiri Yoga Sanstha Institute : Dr. I Gede Suwantana S.Ag, M.Ag, DR. I Ketut Sudarsana S.Pd, M.Pd, I Gusti Widya Sena M.Fil dan I Made Edi Aryawan S.Ag, M.Ag sebagai pendiri dengan memberikannya penghargaan Gandhi Ratna Anugraha.

I Wayan Wyasa S.Ag sebagai direktur Yoga Sanstha Institute meyiapkan paling tidak dalam setahun 20 orang yoga guru yang benar-benar mengacu pada prinsip yoga Rshi Patanjali dan untuk itu secara continue akan dibuka kelas yoga untuk umum di Ashram Gandhi Puri dan Menyiapkan Guru-guru Yoga dunia untuk menjadi pelatih di Yoga Sanstha Institute. acara kemarin di tutup dengan penampilan seni oleh Padepokan Seni Sura Pradnya yang dipimpin oleh maestro seniman muda Adi Saputra.

Selasa, 23 Agustus 2016

Pemlaspasan Pura Pucak Banua Mayungan Anyar

Balikini.Net – Rahina Anggara Kasih Julungwangi, Selasa (23/8) masyarakat Banjar Adat Mayungan Anyar melaksanakan Upacara Dewa Yadnya, yakni Melaspas lan Mendem Pedagingan Pura Pucak Banua Banjar Mayungan Anyar, Desa Antapan, Baturiti. Upacara Dewa Yadnya pada hari tersebut dihadiri secara langsung oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.
Turut hadir mendampingi pada kesempatan tersebut Anggota DPRD Kabupaten Tabanan I Nyoman Suadiana, Camat dan Perbekel serta tokoh Adat setempat.
Dilaksanakannya Upacara Pemelaspasan dan Mendem Pedagingan ini karena telah rampungnya pembangunan Pura Pucak Banua tersebut. Dengan pembangunan dilakukan secara bertahap dari 7 bulan yang lalu serta melalui dana swadaya masyarakat pula. “Dengan persatuan dan semangat gotong-royong warga disini, pembangunan ini berjalan dengan lancar serta hari ini bisa dipelaspas”, jelas Ketua Panitia Upacara I Nyoman Astawa.
Dirinya juga mengatakan bahwa, dalam pembangunan ini dikatakan masyarakatnya tidak dikenakan biaya. Biaya diambil dari kas pura yang ada, hanya saja saat piodalan dikenakan iuran wajib sebesar Rp.80 ribu.  Dalam pembangungan pelinggih dan tembok penyengker di pura ini menghabiskan dana sebanyak Rp. 600juta. “Kami harap semoga persatuan kami dan semangat gotong-royong  kami ini selalu mendapat perhatian dari Pemerintah, serta apa yang menjadi kekurangan kami di dalam kegiatan ini agar bisa dibantu”, pungkasnya.
Sementara saat itu Bupati Eka tidak henti-hentinya mengucap syukur, serta apresiasi kepada menyaksikan masyarakatnya  yang mengedepankan persatuan. Karena dalam segala hal pembangunan di Desa, baik itu pembangunan jalan Desa, Pembangunan Pura , Ngaben Masal dan yang lainnya masyarakat Tabanan selalu mengedepankan kebersamaan dan gotong-royong. “Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Desa Antapan khususnya Banjar Mayungan Anyar, karena telah menunjukan kebersamaan antar masyarakat yang sangat kokoh, serta selalu menjalin koordinasi antara masyarakat dan juga Pemerintah”, ujar Eka.
Orang Nomor satu di Tabanan itu juga mengungkapkan, bahwa terlihat sangat jelas sekali pelaksanaan karya ini berjalan dengan lancar karena atas dasar niat yang tulus serta pikiran positif  dari warga mayungan. Disamping itu, koordinasi dan komunikasi sesama warga dan juga dengan Pemerintah berjalan sangat baik.
Dirinya menambahkan, masyarakat yang hanya mementingkan diri sendiri dan mempunyai pikiran yang negatif, yakni menuju perpecahan tidak akan bisa mewujudkan pembangunan ataupun upacara sebesar ini. “Oleh sebab itu, mari kita jaga terus persatuan, kebersamaan dan semangat gotong-royong, jangan sampai terpecah belah oleh oknum yang tidak bertanggunggung jawab. Serta pupuk dan jalin terus koordinasi dan komunikasi yang baik antara masyarakat dan Pemerintah dalam mewujudkan Pembangunan menuju masyarakat Tabanan yang Sejahtera, Aman dan Berpresrtasi (Tabanan Serasi)”, jelas Bupati Eka.
Pada kesempatan tersebut selain melakukan persembahyangan bersama. Bupati Eka juga sempat beramah tamah dengan warga setempat, serta tidak lupa menghaturkan sarin canang yang diterima oleh Panitia, sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat dan wujud Bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Whidi Wasa yang melancarkan segala kegiatan[r5]

Sabtu, 30 Juli 2016

Pemkab Karangasem Gelar Aksi Sapta Pesona

TAMAN UJUNG BALI [BALIKINI.NET]
BaliKini - Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri membuka Aksi Sapta Pesona dan Bersih-bersih dengan jumlah peserta 425 orang bertempat di Wisata Tirta Amed Desa Purwakerti, Kecamatan Abang.

Kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan pengembangan kepariwisataan di Bali pada umumnya dan Kabupaten Karangasem khususnya. Turut hadir Unsur Forkopimda Karangasem, Kadis Pariwisata Provinsi Bali, para Kepala SKPD di lingkungan Pemkab Karangasem.

Aksi Sapta Pesona itu yang terdiri dari Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah Ramah dan Kenangan. Aksi yang diawali dengan bersih-bersih dan penanaman pohon yang dilakukan di dua tempat yaitu, kawasan Tulamben dan sekitarnya dipusatkan di Amed dan selanjutnya di kawasan Candidasa yang akan dipusatkan di Amuk dengan mengundang seluruh komponen masyarakat.

Pada kesempatan itu Bupati Mas Sumatri pun mengapresiasi serta menyambut gembira diadakan kegiatan itu. "Tentu saja kegiatan ini akan memberikan dampak positif, selain meningkatkan kesadaran, juga memberikan motivasi dan pembelajaran bagi generasi muda utamanya. Melalui Aksi Sapta Pesona ini pula, kita dapat menunjukkan kepada wisatawan dan dunia luar, bahwa kita tidak hanya tinggal diam. Kita juga dapat menunjukkan bahwa kita juga berbuat sesuatu bahkan bekerja keras untuk mempertahankan dan mengembangkan kepariwisataan, khususnya di Kabupaten Karangasem," ujarnya.

Bupati lebih lanjut mengatakan, kegiatan ini penting karena  Kabupaten Karangasem merupakan daerah tujuan wisata di Pulau Bali bagian timur yang sangat digemari oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, karena Kabupaten Karangasem memiliki berbagai daya tarik wisata, seperti alam, budaya, dan kesenian daerah.

Kabupaten Karangasem memiliki 15 Daya Tarik Wisata (DTW), yaitu ; Pura Besakih, Bukit Jambul, Padangbai, Tenganan, Candidasa, Taman Ujung, Puri Agung Karangasem, Taman Tirtagangga, Jemeluk, Tulamben, Putung, Agro Wisata Salak Sibetan, Iseh, Telaga Waja dan Yeh Malet. Selain 15 DTW tersebut diatas, sesuai Keputusan Bupati Karangasem Nomor : 658/HK/2014, di Kabupaten Karangasem juga telah dikembangkan 20 Desa Wisata, yang salah satu di antaranya, desa wisata Jasri, pernah meraih penghargaan tingkat nasional.

Akhir sambutan, bupati pun berharap dengan diadakan Aksi Sapta Pesona ini, dapat meningkatkan  kesadaran masyarakat serta menarik perhatian wisatawan, baik  domestik maupun mancanegara sehingga angka kunjungan wisatawan ke Karangasem semakin meningkat.

Di samping itu, kegiatan ini, juga dapat dijadikan sebagai  ajang kegiatan yang mampu menyatukan antara alam dengan aktivitas kreativitas manusia sebagai mahluk berbudaya sehingga menjadi tempat untuk mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi, alam dan dengan sesama manusia.

"Saya berharap semua komponen pariwisata untuk terus – menerus membantu program Pemerintah dalam  membangun kesadaran masyarakat dalam hal pelaksanaan Sapta Pesona itu, sehingga apa yang menjadi harapan kita bersama terkait pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Karangasem agar menjadi lebih baik kedepannya dapat terwujud," ucapnya. [VIVI]




© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved