-->

Senin, 17 April 2023

Jaga Ketersediaan Pakan di Musim Kering Akademisi Program Studi Peternakan Universitas Warmadewa Dorong Peternak Sapi Budidaya kan Rumput Odot


Denpasar, Bali Kini -
 Peternak Sapi di Bali didorong untuk mulai membudidayakan rumput odot ( Pennisetum purpureum cv.Mott) untuk menjaga ketersediaan pakan di musim kering. Mengingat selama ini ketersediaan pakan hijauan sangat bergantung pada musim dan juga kualitasnya rendah, sehingga secara otomatis akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ternak sapi.

 

Akademisi dari Program Studi Peternakan Universitas Warmadewa (Unwar) Ir. Ni Ketut Etty Suwitari, M.Si menyatakan masalah utama peternak, khususnya ternak ruminansia yaitu pakan yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient. Bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang rendah kadar protein kasarnya dan tinggi serat kasarnya.

 

“Tingginya kadar serat ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna. Sedangkan ternak membutuhkan pakan yang kaya nutrisi. ” kata Etty Suwitari yang juga merupakan Ketua Pengabdian Kepada masyarakan (PKM), prodi peternakan Unwar saat dikonfirmasi pada Senin (17/4).

 

Menurut Etty, budidaya rumput odot atau rumupt gajah mini dapat menjadi salah satu jalan menjaga ketersediaan pakan di musim kering. Mengingat rumpuat odot merupakan salah satu jenis rumput unggul dan memiliki produktivitas serta kandungan nutrisi cukup tinggi.

 

Etty menjelaskan Produksi yang cukup tinggi menjadi keunggulan tersendiri bagi rumput odot, terlebih pada musim penghujan batang rumput odot terasa lebih lunak sehingga sangat digemari oleh kambing dan ternak sapi.  Keunggulan lain dari rumput odot adalah jumlah nutrisi yang cukup tinggi dibanding rumput Gajah, sebagai ilustrasi jumlah protein kasar yang ada dalam daun rumput odot mencapai 12-14% bahkan ada yang mencapai angka 17 %, disamping itu tingkat kecernaan rumput odot mencapai 65-70%.

 

Perkembangbiakan rumput odot dapat dilakukan dengan metode vegetatif, yaitu dengan menggunakan percabangan yang tumbuhnya paling baik. Rumput odot dapat ditanam dengan menggunakan dua pola. Pertama adalah monokultur dimana dalam suatu lahan hanya ditanami oleh tanaman odot saja. Pola tanam yang kedua adalah dengan menanamnya di sela-sela tanaman lain.

 

Ia mengakui upaya sosialisasi pemanfaatan rumput odot kepada peternak sapi telah dilakukan, salah satunya kepada Kelompok Tani Tunas Jati, Desa Getasan, Kabupaten Badung. Sosialisasi telah dilakukan pada Sabtu (15/4) lalu melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah.[r2/ml]

Selasa, 03 Januari 2023

Keluarga Besar Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali Ucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan



Om Swastiastu,
Salam Warmadewa,

Keluarga Besar Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali dan Seluruh Civitas Akademika Universitas Warmadewa mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Rabu, 4 Januari 2023 dan Sabtu, 14 Januari 2023

Mari maknai hari suci Galungan dan Kuningan ini sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma dengan selalu menyebarkan kedamaian, kasih sayang, cinta kasih dan kebahagiaan untuk kita semua serta kita semua seluruh umatnya selalu diberikan kesehatan dan kesejahteraan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu menyertai kita semua.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

#infounwar
#universitaswarmadewa
#galungankuningan
#harisucidharma

Minggu, 16 Oktober 2022

Jalan Santai Partai Golkar Meriyahkan Hut Ke 58 Di Karangasem

Karangasem - Dalam rangka merayakan HUT Partai Golkar (Golongan Karya) yang ke 58, digelar jalan sehat yang diikuti ribuan peserta. Jalan Sehat ini digelar secara akbar serentak di seluruh Indonesia, Minggu (16/10/2022). Di Kabupaten Karangasem sendiri, DPD Partai Golkar Karangasem menggelar giat tersebut di Jalan. Veteran Jalur Sebelas Amlapura dengan diikuti oleh sekitar 2000an peserta. 



Ada yang menarik dalam pagelaran acara Jalan Sehat di Kabupaten Karangasem dimana awalnya cuaca hujan mengguyur di areal kota tepat di lapangan Jalur jalan sehat, namun setelah Pemangku Setempat ngantebang banten beberapa saat kemudian hujan langsung berhenti dan cuaca menjadi cerah berawan. Wakil Ketua OKK DPD Partai Golkar Karangasem, I Wayan Sekep Ariawan membenarkan hal tersebut. "Ya, fenomena tersebut benar, tadinya kan hujan, setelah kita ngunggahang banten, dupa dan sesajen untuk meminta agar acara ini dilancarkan, akhirnya kan terang. Berarti secara ritual,  direstui oleh yang Maha Esa, " Katanya. 


Hal tersebut diartikan baik oleh Wayan Sekep. "Atas restuNya tersebut, artinya di acara yang dikemas dalam HUT ke 56 partai Golkar ini bisa menjadi awal untuk strategi memenangkan Golkar di 2024, baik itu Pileg Pilpres dan Pilkada," Katanya. 


Sementara, terpisah Ketua DPD Partai Golkar Karangasem, I Gusti Ngurah Setiawan mengatakan jika "Seluruh lapisan masyarakat mengikuti kegiatan ini, karena giat ini bersifat umum. Termasuk juga hadir dari UMKM, siswa-siswi sekolah. Kami juga mengundang KPU, Bawaslu dan beberapa partai lainnya," Kata. 


Untuk memeriahkan acara, seluruh peserta yang mengikuti Jalan Sehat mendapatkan kupon undian serta celemek bernuansa kuning, persis dengan warna simbol Partai berlambang Pohon Beringin tersebut. "Ya, Hadiahnya berupa sepeda gunung, TV, Kulkas, kipas angin, magic com dan beberapa jenis hadiah hiburan lainnya," Sambung I Gusti Ngurah Setiawan. 


Dalam acara tersebut juga menyajikan hiburan yang ditujukan kepada para peserta Jalan Sehat, yakni Zumba yang diinstrukturi oleh Zin Osin dan Maya serta dibawakan oleh Kapiyot dan Gek Diah.(****)

Rabu, 14 September 2022

Generasi Milenial Didorong Bantu Petani Pasarkan Produk Pertanian


Denpasar, Bali Kini - 
Generasi milenial didorong untuk mengambil peran dalam membantu petani memasarkan dan memanfaatkan produk hasil pertanian. Mengingat selama ini petani mengalami kendala dalam memasarkan hasil pertanian, bahkan sering terjadi ketika musim panen harga produk pertanian sangat murah. 


“Pada era millenial ini, peran generasi muda sudah mulai berkurang dalam pengelolaan pangan. Semestinya.mahasiswa mampu meningkatkan jiwa enterpreneurship yang dapat menjadi bekal masa depan, sehingga akan mampu menghasilkan peluang kerja di bidang pangan” kata Ketua Matching Fund 2022, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar) Dr. Ni Made Ayu Suardani Singapurwa, S.TP., M.Si di sela-sela Pameran dalam rangka Dies Natalis Universitas Warmadewa yang ke 38 tahun 2022 di Denpasar pada Selasa (13/9).

 

Menurut Wanita yang juga Kaprodi Ilmu Teknologi Pangan-Unwar ini, salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan generasi muda adalah melalui pameran produk hasil pertanian. Melalui pameran mahasiswa tidak hanya mampu menghasilkan produk hasil pertanian, tetapi juga berinteraksi serta menjual langsung kepada konsumen.


Sementrara dalam Pameran dalam rangka Dies Natalis Universitas Warmadewa yang ke 38, Tim Matching Fund 2022, Fakultas Pertanian-Unwar memamerkan memamerkan produk hasil pertanian terintegrasi.


Pangan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Melalui, Mahasiswa serta generasi muda yang tergabung dalam Agro Learning Centre dari Yayasan Tamiang Bali memamerkan produk hasil pertanian terintegrasi yang sudah mereka terapkan.

Dengan kegiatan ini mahasiswa mampu meningkatkan jiwa enterpreneurship yang dapat menjadi bekal masa depan, sehingga akan mampu menghasilkan peluang kerja di bidang pangan.


Hasil pertanian terintegrasi yang dipamerkan diantaranya kegiatan perikanan dan hasil olahannya, dimana pakan ikan diperoleh dari limbah peternakan.  Kegiatan peternakan ayam kampung, yang diberikan pakan fermentasi dari limbah sayur dari hasil pertanian, dan dari limbah olahan empon-emponan. 


Terdapat juga hasil kegiatan pertanian berupa sayuran eksklusif, kangkung, sayur hijau, yang dipupuk dari limbah peternakan, perikanan, dan hasil olahan pangan. Selain produk hasil perikanan, perikanan, dan peternakan dijual dalam bentuk segar, mahasiswa juga mengolah dan menjual dalam bentuk olahan pangan seperti jahe instan,  kunyit instan, minuman kunyit, olahan ayam kampung panggang dan betutu ayam. Dengan menjual hasil olahan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil panen. [ls]

Senin, 29 Agustus 2022

Wanita, Kata, Merdeka



IK Eriadi Ariana*

DIAH Tantri termangu dalam temaram malam yang dingin. Tubuhnya nyaris menggigil, menunggu kedatangan Sri Maharaja Aiswaryadala, pemimpin agung Kerajaan Patali. Malam itu Diah Tantri mendapat giliran untuk melayani hasrat seksual raja yang tidak pernah terpuaskan. Malam itu, pergulatan kata ditakdirkan mengubah dunia.

Sebelum tiba giliran Diah Tantri, ribuan gadis telah “dinikmati” Aiswaryadala. Sebuah perintah yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan telah ditetapkannya, bahwa setiap gadis di negeri itu saban malam secara bergantian harus melayani raja di peraduan. Pada masa itu, perintah raja adalah wahyu Tuhan yang mustahil untuk dilawan. Rakyat pun menyerah tanpa syarat. Tiada kemerdekaan dalam jiwa maupun raga.

Jika ingin hidup enak, Diah Tantri sebenarnya memiliki kuasa yang cukup untuk “lari dari kenyataan”. Ia adalah putri Patih Bandeswara yang merupakan panglima tertinggi Negeri Patali. Pangkat mentereng dengan segudang pengalaman di barak militer, intelejen, hingga reserse adalah modal yang lebih dari cukup bagi Bandeswara untuk sekadar “melindungi” putrinya. Bandeswara bisa dengan mudah menghilangkan bukti keberadaan anaknya, misalnya dengan menghilangkan rekaman setiap CCTV dari kaputren. Namun, ia tidak mau melakukan semua itu.

Tidak disangkal bahwa Bandeswara adalah panglima lurus dan tulus. Ia tidak pernah “aji mumpung” karena berkedudukan tinggi. Alih-alih melakukan nepotisme dan memperkaya diri, baginya jabatan dan pangkat adalah momen untuk membayar hutang pada tanah dan air yang menghidupi. Jabatan yang ia terima tidak lebih wujud dari kepercayaan rakyat, dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Hyang Titah, kala waktunya tiba.

Sikap lurus Bandeswara menurun pekat ke pribadi Diah Tantri. Ia tidak ingin memanfaatkan semua kemudahan yang didapat dari kelahirannya sebagai seorang putri panglima besar. Lebih dari itu, Diah Tantri justru memiliki rasa welas asih dan solidaritas. Ia prihatin terhadap nasib yang menimpa ribuan perempuan Patali.

Menurut Diah Tantri, perempuan tidak diciptakan untuk beroposisi dengan laki-laki. Perempuan memiliki kemerdekaan penuh atas dirinya untuk menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, ia selalu berpikir untuk mengupayakan gerakan perubahan. Setelah pertimbangan yang matang, menurutnya satu-satunya cara untuk melawan tirani yang tengah tumbuh subur di Kerajaan Patali dan merenggut kemerdekaan gadis-gadis negeri itu adalah dengan “menghantam” pusat kuasa. Langkah persuasif dipilih untuk meyakinkan Aiswaryadala bahwa tindakannya salah.

Syahdan, tibalah malam itu. Waktu bagi Diah Tantri untuk melayani sang raja tiba. Ketika sang raja datang, Diah Tantri mulai memainkan lakunya. Ia memuja Sang Hyang Semara, dengan segala kemolekan diri, mulai menarik hati sang raja. Ketika Aiswaryadala terjerat jala asmara, Diah Tantri dengan cepat menyanderanya. Pada sepersekian detik penting itu, Diah Tantri memohon anugerah pada Aiswaryadala agar diizinkan menuturkan kisah dunia antah-berantah dari negeri para binatang.

Diah Tantri bagai dianugerahi Sang Hyang Aji Saraswati. Rencananya berhasil, Aiswaryadala bagai bertekuk lutut. Pada mulanya, Aiswaryadala hanya memberi izin Diah Tantri untuk bercerita. Satu, dua, tiga fragmen cerita dituturkan, menyambung satu per satu seperti aliran sungai. Semakin dikisahkan, raja semakin penasaran mendengar kisah yang lain.

Malam berlalu dengan cepat. Kala cerita Diah Tantri usai, fajar telah menyingsing. Ajaibnya, kisah-kisah binatang itu justru meruwat hati Aiswardayala. Seperti matahari yang menyeka malam, kisah-kisah itu membuat penguasa Patali menyadari bahwa selama ini ia telah membuat kekeliruan besar. Pada akhirnya, Maharaja Aiswaryadala bersetia di hadapan Diah Tantri untuk menyudahi semua tirani yang diperbuat.
***
Kisah Diah Tantri sebagaimana diutarakan pada kisah di atas tersurat dalam teks Tantri Kāmandaka Jawa Kuno (lihat Suarka, 2007). Masyarakat Bali—utamanya bagi mereka yang nyastra—cukup baik mengenal kisah ini. Kepopuleran Tantri Kāmandaka terbukti dari banyaknya saduran lintas batas yang hidup dari masa ke masa. Saduran kisah itu banyak digurat dalam lembar-lembar lontar, ada pula yang ditatah dalam padas-padas sebagai relief penghias bangunan. Pada masa yang lebih belakang, cukilan kisahnya muncul pada buku-buka ajar di sekolah, juga sebagai animasi.

Jika dibaca-baca lagi, kisah itu mengalirkan sejumlah pesan moral yang abadi melintasi dimensi zaman. Kesetiaan, kepercayaan, persahabatan, kejujuran, hingga sikap kritis dan skeptis adalah nilai-nilai abadi yang dikandung. Nilai-nilai itu menunggu untuk diwujudkan dalam laku nyata oleh insan manusia agar bijak di tengah hamparan alam mahaluas.

Figur Diah Tantri dalam susastra itu secara terang benderang merepresentasikan sosok wanita yang berupaya membongkar hierarki gender. Perlawanan Diah Tantri pada kuasa Aiswaryadala telah membalikkan paradigma bahwa perempuan adalah sosok tidak berdaya. Banyak di antara kita sering kali terjebak pada labirin polarisasi hitam-putih, atas-bawah, atau kanan-kiri yang radikal. Perempuan dipertentangkan dengan laki-laki, wanita dipertentangkan dengan pria, hanya karena keduanya memiliki anatomi tubuh, sifat, dan tugas berbeda.

Ada banyak anggapan yang menempatan perempuan sebagai insan tidak berdaya. Persepektif semacam itu mencipta gerakan pemberdayaan yang sering kali muncul dan dipolitisasi hanya untuk kepentingan tertentu. Kita sering kali lupa, bahwa dengan menyematkan narasi “ketidakberdayaan perempuan”, maka pada detik yang sama telah membenarkan perempuan memang tidak berdaya. Bukankah narasi semacam ini justru telah meruntuhkan kemuliaan dan segala kelebihan perempuan?

Kisah Tantri Kāmandaka turut memberi garis tebal pada narasi kuasa kata-kata dalam percaturan sistem politik—dan kehidupan. Diah Tantri mengajak pembacanya mengingat bahwa aliran kata adalah senjata yang paling tajam, cermin paling jernih, sekaligus pelita paling benderang untuk membangun peradaban. Ujaran kebencian si anjing, Sambada, terbukti berhasil meruntuhkan persahabatan sang singa, Pinggala dan sang lembu, Nandaka; kebohongan si bangau, Baka membawanya pada kematian yang tragis; namun kepiawaian si kambing, Mesaba, berhasil membuatnya sebagai satwa berwibawa di belantara.

Laku para binatang dalam kisah itu mengingatkan pembaca untuk menjunjung tinggi kebenaran dan kemuliaan kata-kata, terlebih bagi mereka yang mengemban tugas sebagai pemimpin. Pemimpin jangan menjauh, apalagi takut pada kata-kata—dan śastra. Maksudnya, jangan takut kritik, jangan pula ragu mengkoreksi ucap, sebab kata-kata akan selalu mencari jalan untuk diketahui setiap pemilik telinga. Kata-kata selalu hadir merdeka dan memerdekakan, tanpa hina dan cela.

*Penutur adalah jurnalis, pencinta sastra Jawa Kuno, dan Jero Penyarikan Duuran di Pura Ulun Danu Batur.

Senin, 28 Maret 2022

Kripik Pisang Olahan KWT Lumbung Rasa Mampu Bangkitkan Stamina


Tabanan, Bali Kini -
Salah satu sentra tanaman pisang di Pulau Bali terkenal ada di Kabupaten Tabanan  Namun tidak menutup kemungkinan tanaman pisang dapat tumbuh subur menyebar di berbagai wilayah seperti di Desa Wanagiri. Di daerah ini banyak jenis tanaman pisang dapat tumbuh dengan  suburnya. Namun tatkala panen  pisang  berlimpah tentu harga pisang di daerah tersebut turun drastis bisa mencapai 400 rupiah per biji dari harga normal 700 sampai 800 rupiah per biji untuk pisang dengan ukuran besar besar. Situasi ini kurang memberikan manfaat bagi petani pisang Desa Wanagiri. Apalagi, untuk diketahui buah pisang merupakan buah yang kaya akan manfaat. Buah ini memiliki kandungan karbohidrat dan kaya akan vitamin A, B1 , C yang berasal dari warna kuning pisang, juga magnesium. Disamping itu buah pisang juga bermanfaat untuk memperlancar metabolisme, memperlancar aliran oksigen ke otak, meningkatkan kekebalan tubuh, mengatasi anemia, menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan meningkatkan vitalitas pria (meningkatkan kuantitas sperma).


Melihat kondisi seperti itu Ni Made Emic Dwijayanthi,Spd atau akrab dikenal dengan Ibu Merlin, salah satu anggota KWT Taru Sari Giri yang berlokasi di  Dusun Pajahan Desa Wanagiri Kecamatan Selemadeg mengolah pisang mentah menjadi olahan kripik pisang yang gurih dan manis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan harga buah pisang itu sendiri.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Bapak Wayan Wiasa Selaku Kepala Bidang Konsumsi dan keamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan .

Dalam mengolah kripik pisang ibu –ibu KWT Tak mau memakai penanis buatan, Ibu Merlin mengolah keripik pisang dengan  gula pasir  asli bukan sarimanis. Hal inilah yg membedakan kripik pisang olahan KWT Taru Sari Giri beda dengan kripik pisang yang ada di pasaran. Ada berbagai jenis buah pisang ada di dusun Pajahan, dengan tangan trampil Ibu Berlin menghasilkan nilai jual yang tinggi yang masih bisa dijangkau masyarakat sekitar. "Semua jenis pisang bisa dijadikan keripik kecuali pisang susu dan pisang ketip,"ungkap Ibu Berlin. (Am/r1)




© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved