-->

Selasa, 06 September 2016

Menjelang Galungan, Kerajinan Lamak Serokadan Laris Manis

Menjelang Galungan, Kerajinan Lamak Serokadan Laris Manis

Balikini.Net - Pengrajin lamak di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli kini boleh tersenyum lega. Pasalnya, menjelang perayaan Hari Raya Galungan , mereka kebanjiran order pembuatan lamak. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Minimal,  sekitar 8 hari mereka bisa meraup penjualan sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.

I Wayan Sabariana salah seorang perajin asal Banjar Serokadan, Senin (05/09/2016) menyebutkan kerajinan lamak telah digeluti secara turun temurun oleh masyarakat di Desa Abuan. Kerajinan  ini merupakan kerajinan musiman, yakni setiap enam bulan sekali. Kalau hari biasa order tidak begitu banyak, kecuali ada orang kawin  baru  memesan lamak. “Untuk perayaan Galungan, order mulai datang sekitar 8 hari jelang perayaan,”jelas pria yang juga PNS ini.

Awalnya, jelas bapak dua anak ini, kerajinan lamak hanya dikembangkan masyarakat di Banjar Serokadan. Namun sejalan makin  bagusnya pemasaran kerajinan yang menggunakan bahan baku daun anau muda (ambu) dan daun anau tua (ron) serta janur, kini malah telah berkembang ke sejumlah banjar tetangga seperti Banjar Bangun Lemah dan Apuan. “Karena banyak saingan jadi omzet penjualan menjadi turun. Kalau dulu kita bisa meraih penjualan  diatas Rp 2 juta,”kenangnya.  

Disinggung ketersediaan bahan baku, lanjutnya, memang belakangan ini pihaknya mulai kesulitan untuk mendapatkan bahan baku lokal. Pasalnya, pohon enau di sekitar desanya mengalami penurunan yang sangat drastis. Karenanya, perajin banyak mendatangkan daun enau dari KIntamani atau desa lainnya.  Dimana, satu batang ambu dibeli dengan harga Rp 80 ribu sementara untuk ron harganya mencapai 40 ribu per dahan. “Harga bahan baku terus merangkak naik,”papar dia.

Paparnya lagi, satu batang ambu dan satu dahan ron  bisa dibuat sekitar 300 lembar lamak. Sementara untuk harga jual lamak, jelasnya, sangat bervariasi sesuai ukurannya. Untuk ukuran biasa, harganya mencapai Rp 20 ribu per 10 lembar. Sedangkan untuk lamak yang  digunakan untuk upacara pernikahan (lamak cili), sebutnya, dibandrol dengan harga Rp 30 ribu per meternya.  “Lamak buatan kami dipasarkan hingga ke Denpasar.  Untuk pemasaran ke Denpasar, biasanya melalui pengepul,”pungkasnya(Anggi).

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved