-->

Kamis, 19 Mei 2022

Perang Ketipat Bentuk Rasa Syukur Para Petani Di Desa Apit Yeh

  Perang Ketipat Bentuk Rasa Syukur Para Petani Di Desa Apit Yeh


KARANGASEM, Bali Kini – Tradisi masyarakat untuk mengambarkan rasa syukur mereka, ada berbagai macam bentuk. Seperti di Desa Apet Yeh, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ini misalnya, ada sebuah tradisi unik yang dilaksanakan tiap satu tahun sekali. Tradisi ini bernama Perang Ketipat, dimana krama yang terbagi menjadi dua kelompok berperang saling melempar ketupat. Dilaksanakan pada Kamis, (19/5/2022) bertepatan pada rahina kajeng kliwon sasih Sadha.

Ketupat yang digunakan sebagai sarana perang didapat dari masing-masing krama yang urunan ketipat sebanyak 12 biji. Sebelum dipakai untuk sarana perang, ketupat ini dihaturkan terlebih dahulu pada saat caru godel.

Perang yang dihaturkan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen didapat sesuai harapan masyarakat ini dilaksanakan di Catus Pata desa setempat. Sebenarnya tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala, dan dilaksanakan turun-teemurun. Demikian dikatakan Klian Desa Adat Apit Yeh, I Nengah Kuta. “Tradisi ini dilakukan 15 hari setelah dilakukannya mebiukukung di sawah,”katanya.

Kuta menambahkan, perang ketipat ini harusnya dilakukan oleh para krama yang sudah berkeluarga, namun, belakangan ini, pelaksanaannya diwakili oleh para yowana. “Karena ini kegembiraan, meskipun perang tetapi terdapat kegembiraan didalamnya,” lanjutnya.


Selanjutnya, Suta menjelaskan jika suatu ketika tradisi ini sempat tidak dilaksanakan dikarenakan masih adanya pandemi Covid-19. Namun yang terjadi ialah, para petani di desanya menemukan beberapa kendala dalam proses bertani. “Ketika tradisi ini dilakukan, para petani di desa ini tidak pernah menemukan kendala dalam kegiatan bertaninya hingga panen. Tapi waktu Covid-19 sedang marak-maraknya kan tidak diperbolehkan terjadi keramaian, makanya tidak diselenggarakan,”katanya.

“Terbukti, ketika itu tidak dilaksanakan, para petani menemukan beberapa kendala dalam proses bertaninya. Meskipun hasilnya tidak terlalu banyak berkurang, tetapi para petani sedikit kesulitan. “Penjualan tidak bagus, faktor terkendala pupuk, air, masalah hama,”Ungkapnya. (ami)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved