-->

Rabu, 14 Februari 2018

Alat Music Mandolin Pupuan Peninggalan Saudagar China Bangkit Kembali

Alat music Mandolin di desa Pupuan peninggalan saudagar china mampu memangil hujan bangkit kembali , selain suaranya yang merdu  

Tabanan ,Balikini.Net - Alat musik Mandolin yang merupakan alat musik peningalan pada masa penjajahan Jepang oleh saudagar Tionghoa yang kini hanya temukan  di desa pupuan .
Alat musik petik jenis kecapi  dengan 12 nada itu hampir punah kemudian direkonstruksi tahun 2010.

Dengan memodifikasi dari 12 nada menjadi 21 nada Mandolin kemudian dikolaborasikan dengan gitar, bass, suling, perkusi jimbe, perkusi chimes.dengan kombinasi itu akhirnya keturunan Pan Sekar salah satu pewaris alat music yang ditinggal ( I Ketut Lastra – almarhum ) membentuk group musik mandolin yang awalnya bernama Bungsil Gading. Alat music yang juga dikenal Kramat itu mengingat setiap pementasan selalu di awali hujan bahkan juga sering di sebut alat music pemagil hujan .

Kebangkitan alat music Mandolin di desa pupuan yang hamper punah tersebut berawal saat pementasan Bungsil Gading ternyata memikat hati dari Manajer E- Productinon Ngurah Manik seperti yang diungkapanya rebo 14 /2 di warung be jawa tabanan ,, Saat menghadiri prosesi pernikahan di Wihara di Pupuan pertengahan tahun 2017 Saya sangat tertarik, dengan alunan music mandolin bahkan jatuh cinta  Apalagi kombinasikan dengan alat musikm lainya .’’ Ujarnya .
Ia kemudian mengajak Bungsil Gading bergabung dengan E- production. Setelah melalui komunikasi yang panjang akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk bekerjasama memperkenalkan music tradisional itu agar bisa bersaing dengan music lainya bila perlu go internasional .
Mandolin sendiri berasal dari kata Mandarin yang lama kelamaan berubah cara pengucapannya menjadi mandolin, karena alat musik tersebut dulunya sangat cocok dan sering dimainkan untuk membawakan melodi bernuansa mandarin.
Seriring perkembangan jaman dan sentuhan I Ketut Lastra, mandolin saat ini menjadi alat musik yang tidak hanya memainkan nada-nada bernuansa mandarin tetapi nada yang lebih luas. 
Dengan di rangkulnya mandolin oleh Gita Bhaskara diharapkan terus berkembang  dan bisa menjadi duta budaya Tabanan  Kedepanya, pihaknya berharap Gita Bhaskara bisa berbicara banyak di  tingkat nasional maupun internasional.

Hal senada juga disampaikan Ajik Kobar dari E-production yang juga menciptakan lagu lagu bagi Gita Bhaskara. [dr/r4]



Kamis, 18 Januari 2018

Maraknya Serangan Desti di Bali

[foto / wisatawan di ramal ]
Maraknya Serangan Desti di Bali
Sebagai Ajang Pelampias Iri Hati dan Kebencian
Laporan : Suamba


Kematian akibat serangan desti banyak terjadi di Bali karena lalu lintas desti hampir tiap detik terjadi, bahkan lebih marak dari santet di Jawa. Bagaimana bentuk desti tersebut?

Penyakit akibat serangan desti memang masih marak terjadi. Lalu lintas peredarannya hampir tiap hari. Mungkin tiap detik, ada saja orang yang mengaku terkena serangan desti. Banyak penyakit didomplengi bahkan diawali oleh serangan desti, tetapi tidak jelas siapa dan dimana pelakunya apalagi orang yang memproduksi penyakit tersebut. Hanya saja dukun kerap memberi isyarat bahwa orang yang menyerang dengan desti adalah masih kerabat dekat.
Perseteruan antar dukun yang mengobati dengan dukun pembuat desti hampir tiap hari terjadi, bahkan tiap detik. Tak terelakkan, perang malam pun hampir tiap hari terjadi, mirip seperti perang santet di Jawa, tetapi tidak terpublikasi secara luas. Hanya kalangan penekun ilmu gaib dan  para psikolog inilah yang mahfum terhadap perang gaib yang terjadi di Bali.
Desti mirip dengan santet di Jawa. Desti digunakan untuk tujuan menyakiti bagian tubuh hingga pikiran manusia. Menurut Prof. Dr. Ngurah Nala, M.P.H, desti adalah suatu kekuatan gaib yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit. Uniknya, beberapa penyakit yang didiagnosa secara medis seperti jantung, kanker, stroke, hepatitis dan lain-lain, juga banyak diakibatkan oleh desti.
Tokoh spiritual Yudhi Suryawan berpendapat, serangan desti akan merasuk ke dalam darah kemudian menjadi endapan dan gumpalan darah, lalu menjadi penyakit tertentu yang tampak secara medis. Tetapi juga muncul dalam bentuk penyakit aneh yang tidak bisa terdeteksi secara medis.
Kata Ngurah Nala, desti biasanya memanfaatkan sarana atau benda-benda dari orang yang akan disakiti seperti rambut, kuku, tanah bekas injakan kaki, pakaian atau perhiasan. Intinya adalah benda-benda yang pernah dialirkan energi oleh seseorang yang akan disakiti. Sebagai mediator adalah angin, telur, air, kertas, permata, hingga keris yang dirajah atau diberi gambar magis sesuai penyakit yang dikehendaki si pengirimnya. Dengan mantra-mantra, benda-benda tersebut dikirim dari jarak jauh.
Contohnya, rambut orang yang akan disakiti dibungkus dengan kain yang telah dirajah, kemudian dibakar. Dengan kekuatan mantra-mantra benda-benda tersebut diubah menjadi inmaterial atau energi lalu dikirim ke orang yang dituju. Selang beberapa waktu, orang yang dituju akan jatuh sakit. Bisa berawal dari sakit ringan kemudian makin hari makin parah, atau langsung sakit keras seperti stroke, perut melilit-lilit, dan gila. Tidak akan diketahui apa dan siapa yang menyebabkan dia sakit, hanya dukun atau balian yang bisa memproteksi sekaligus memusnahkan penyakit tersebut sehingga si sakit menjadi sembuh.
Cara lainnya adalah dengan merajah nama orang yang akan disakiti di telur ayam. Telur diikat dengan benang merah, kemudian dibungkus dengan kain, lalu ditanam di areal yang sering dilalui oleh orang yang akan disakiti. Jika benda itu dilangkahi atau diinjak, ibarat ranjau, ia akan meledak dan menyakiti. Desti ibarat rimut control, ia hanya berfungsi pada TV tertentu, bukan TV lain. Ia akan menyasar orang yang sudah menjadi targetnya, karena namanya sudah disebutkan dalam mantra-mantra atau rajah yang ditulis di medianya.
Bila memakai air sebagai media penyalur desti, air harus ditaruh di tempurung kelapa dan di atasnya diberi sehelai daun ilalang muda. Daun ditekuk sampai sebagian ujungnya berada di atas air dan pangkalnya berada di atas tempurung. Sesaji dihaturkan di dekat tempurung dan diberi asap kemenyan. Dengan melafalkan mantra-mantra tertentu, sang dukun membayangkan wajah orang yang akan disakiti muncul di air dalam tempurung. Ketika wajah itu sudah tervisualisasi, sang dukun menikam bayangan itu. Dengan demikian, orang yang menjadi target akan jatuh sakit.
Ritual untuk menyakiti dengan desti biasanya dilakukan saat tengah malam karena pada saat itu,  saudara batin meninggalkan badan sehingga lebih mudah dimasuki kekuatan lain.

Desti Sata Wiring
Salah satu jenis desti berbahaya, menurut Yudhi, adalah desti sata wiring. Desti ini memakai sarana tulang paha ayam biying (merah). Sarana ini diberi rajah dan mantra, kemudian ditanam di areal yang akan dilalui oleh orang yang dituju. Bila sarana dilangkahi, orang yang dijutu akan merasa panas di celah pori-pori telapak kaki. Selang satu bulan, barulah desti ini kembali bekerja menyerang organ tubuh mulai kaki, ulu hati, jantung sampai otak. Setelah otak dikuasai, berulah efeknya terasa maksimal seperti tubuh lemah, letih dan terus bergetar. Bila terlambat menangani, desti berkahir dengan penyakit lumpuh atau stroke.
Kekuatan desti sata wiring ini bisa berpindah pada orang yang hendak mengobati jika dukun tidak memiliki pengetahuan cukup. Serangan baliknya terasa seperti sengatan listrik tegangan tinggi. Namun sebetulnya cara penangannya sangat mudah, hanya dengan bawang tanpa siung (bawang nunggal)  yang diusapkan di pusar, ubun-ubun, tengkuk, dan kaki bagian bawah, ketika kaki terasa panas saat pertama menginjak sarana desti sata wiring.[BL/r5]

Minggu, 17 Desember 2017

Rai Mantra “Nyatua Dicarik”

Denpasar, Balikini.Net - Untuk menanamkan kecintaan terhadap warisan para leluhur dan meningkatkan semangat mencintai aksara dan sastra bahasa Bali dalam penguatan konsep-konsep budaya terutama kepada generasi muda, khususnya anak-anak, Pemerintah Kota Denpasar bersinergi dengan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar mengadakan sebuah festival yang bertajuk “Nyatua di Carik” (bercerita di sawah), Minggu pagi (17/12) di Ekowisata Subak Sembung Peguyangan. Kegiatan Festival ini dihadiri dan dibuka langsung Walikota Denpasar I.B. Rai Dharmawijaya Mantra, ditandai dengan membunyikan “krepuak”. Tampak hadir juga dalam kesempatan ini, Sekda Kota Denpasar, A.A.N. Rai Iswara, Ketua WHDI Kota Denpasar, Ny. Antari Jaya Negara, Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Kerti Iswara, Camat Denpasar Utara, Nyoman Lodra dan Seniman Pendongeng Bali, Made Taro.

Walikota Rai Mantra dalam sambutannya mengatakan, kegiatan festival nyatua dicarik ini sangat bagus, anak-anak kembali dikenalkan dengan cerita-cerita anak bali dengan sastra bahasa bali, apa lagi dikemas dengan susasana sawah yang membuat anak-anak akan kembali bisa mencintai lingkungan terutama sawah. Selain belajar menyatua bali, anak-anak juga bisa ikut bermain permainan tradisional disawah, dan bisa membentuk karakter anak untuk cinta terhadap budaya dan lingkungannya sendiri, terutama dalam penguatan jati diri dalam bentuk sastra bali.

“Kegiatan dalam penguatan konsep budaya ini sangatlah penting, sebab yang harus diperhatikan lebih jauh adalah mengenai aksara dan sastra bali, dikarenakan disini ada bahasa dan tatwa yang bukan hanya untuk dilestarikan melainkan harus dikuatkan yang pada akhirnya diharapkan memaknai etika yang didapatkan dalam sastra itu sendiri. Karena isi didalam sastra berisikan sebuah pembentukan prilaku dan karakter kita sebagai masyarakat Bali”, ujar Rai Mantra. Dimana semua akar budaya ini harus bisa terus tumbuh kuat dan dikembangkan terus, melalui beberapa aktifitas kegiatan-kegiatan yang tentunya disesuaikan dengan kesenangan masyarakat maupun anak-anak itu sendiri. Untuk menumbuhkan dan menguatkan konsep budaya ini sejak setahun yang lalu, Pemkot sudah melaksanakan  setiap hari Rabu pegawai dilingkungan Pemkot menggunakan bahasa bali, mengingatkan bahasa ibu (bali) sebagai bahasa yang memang warisan adiluhung dan jangan sampai terlupakan. Sebab didalam bahasa bali itu banyak sekali terdapat makna etika hidup yang sangan baik, yang semua ini harus kita jaga agar tidak punah, apalagi dijaman digitalisasi dan globalisasi seperti ini.

Sementara Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Kadek Rika Aripawan, mengatakan, kegiatan festival nyatua di carik ini di ikuti anak-anak Sekolah Dasar (SD) se-Kota Denpasar. Adapun festival ini di ikuiti oleh 39 Desa/Kelurahan dan 78 anak-anak dari masing-masing  Desa/Kelurahan, yang dipandu oleh maestro seniman dongeng Made taro.

Salah seorang peserta Kadek Winda Paramita asal desa Ubung Kaja mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan nyatua di sawah. "Saya sangat senang dengan kegiatan nyatua seperti ini, apalagi ini kali pertamannya saya merasakan belajar disawah dengan masuk kedalam lumpur sambil belajar, ternyata sangat mengasyikkan, sangat berbeda dengan disekolah", ungkapnya. (ays’/r6)

Sabtu, 09 Juli 2016

Peduli Sampah Plastik dituangkan dalam kesenian Anak Anak Di Bali

Tari Peduli Sampah Pelastik (balikini.net )
Balikini.Net- Memadu padankan kemampuan berekspresi dan improvisasi argumen dalam menghibur sudah mulai ditanamkan sejak usia dini. Seperti yang ditampilkan dalam pertunjukkan dolanan anak anak yang dibawakan oleh anak anak tingkat taman kanak kanak dan playgroup ini yang tergabung dalam sanggar praja kerti duta kabupaten buleleng, dalam memeriahkan pesta kesenian bali ke 38 tahun 2016, di kalangan ayodya, jumat 8/7.

kesenian kali ini melibatkan 7 penabuh, 5 pengiring tembang atau gerong dan 17 penari. dolanan anak anak ini di bina oleh Dayu komang sadrika. dolanan ini mengangkat alur cerita tentang kepedulian masyarakat terhadap kondisi sampah plastik yang kian mengkhawatirkan, tidak hanya kurang peduli terhadap pemilahan sampah, namun pembuangan sampah yang sembarangan juga sangat mengkhawatirkan lingkungan saat ini. sehingga untuk mendukung gerakan cleac and green dari pemerintah, dolanan ini memadukan kesenian Goak goakan, tarian dan seni suara yang dikemas selama dua jam.(pro/r6)

Kamis, 07 Juli 2016

Cumi Art Community Jimbaran Badung, Juara Satu Festival BPF

festival BPF (balikini.net)
Balikini.Net- Salah satu agenda dalam Banjar Pande Festival (BPF) adalah diselenggarakannya festival baleganjur pada hari Rabu Rabu 6/7 yang dibuka langsung Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta. Hadir pula dalam acara tersebut, Sekda Bangli I B G Giri Putra,Ketua DPRD Bangli Ngakan Made Kuta Parwata, Anggota DPRD Bali dapil Bangli I Nyoman Buti Utama,Kadisbudpar Bangli I Nyoman Adnyana. Tujuh peserta mengikuti festival baleganjur yang menyediakan total hadiah Rp 15 juta . Serangkaian menyambut HUT ST Tri Karya Suda Paranartha Banjar  Pande Bangli Ke 38   dilangsungkan kegiatan bertajuk Banjar Pande Festival.

Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta dalam sambutannya menyampaikan,sangat bangga atas terselenggaranya festival seperti ini yang bisa melestarikan budaya adiluhung,khususnya anak muda Banjar Pande.Kita ketahui dewasa ini ada berbagai pandangan negatif terhadap generasi kita,namun hal yang paling ampuh untuk menanggulangi dengan langkah lebih melakukan  kegiatan-kegiatan,agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang kurang terpuji seperti Narkoba,Organisasi yang tidak bermanfaat bagi masyarakat secara umum"uncapnya.

Menurut  Ketua Sekehe Teruna  Tri Karya Suda Paramartha Putu Eka Swartawan  saat dikonfirmasi disela-sela persiapan dimulainya festival ,mengungkapkan serangkaian menyambut HUT Seke Truna, maka digelar  even BPF. Berbagai kegiatan  dan lomba dilaksanakan seperti turnamen futsal yang telah berakhir, festival musik dan salah satunya adalah  festival beleganjurseperti yang dilaksanakan saat ini "Untuk festival ini diikuti tujuh peserta ,pesertanya lebih dominan dari luar Bangli"ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan Festival Beleganjur,peserta mulai start dari sebelah  sebelah barat Bank BPD Bali Cabang Bangli menuju perempatan Catuspata  peserta diberikan kesempatan untuk melakukan atraksi dengan durasi waktu yang sudah diatur" Dalam festival ini kita melibatkan tim juri dari luar daerah agar lebih tranparandalam penilaiannya"ungkapnya.

Bertalian dengan kegiatan festival baleganjur ini pihaknya telah berkoordinasi dengan parat terkait.,baik dengan pihak kepolisian dan juga disbun Bangli.Tujuan dari penyelenggaraan BPF ini ,melalui BPF selain untuk mempererat hubungan antar generasi muda,juga salah satu bentuk ikut menjaga dan melestarikan budaya bali.BPF yangh diikuti Sanggar Rare Angon Banjar Belungbang Bangli, Sanggar Cemeti Emas.Payangan Gianyar, ST Sila Dharma Banjar Cempaga V , Bangli, Sanggar Cumi Art Communiity,Desa Adat Jumbaran  Badung,Sanggar Lila Cita Bala Batu,Balhbatuh Gianyar,Sanggar Gubuk Seni,Tampaksiring,Gianyar dan Pemuda Desa Yowana, Desa Kintamani"jelasnya

Sementara itu dalam pagelaran festival ini yang  berhasil menjadi juara I Sanggar Cumi Art Community Desa Adat Jumbaran,Badung dengan mengambil tema  Manohara yang memiliki arti keseimbangan menuju kesempurnaan.Juara II diaraih oleh peserta Sanggar Seni Cemeti Emas Payangan,Gianyar dengan judul Jaran Poleng,dimana kehadiran sanghyang jaran hadir karena sifatnya yang memberi inspirasi pada ketangguhan yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan yang bebas dan liar.Kekuatan yang diberikan untuk mempertahankan keadaan,dibalik itu sifatnya yang mudah terkendali disamping itu bentuknya gagah dan tegap, cocok sebagai penjaga wilayah. Sedangkan juara III diraih oleh Sanggar Rare Angon Banjar Belungbang Bangli dengan mengambil tema Tapak Dara,adalah  sebuah simbul filosopi Hindu teramat saklar  merupakan penyatuan keseimbangan buana agung dan buana alit dengan dasar kekuatan berada pada titik tengah,sebagai pancering buana payogan Sang Hyang Rwa Bhineda,sebagai pengemban semesta, berdiri pada dasar muladhara.(Anggi/r6)

Garapan Tari Nangluk Merana Tampil Memukau

tari nakluk merana (balikini)
Balikin.net -Seni Instalasi dan Tari Kolosal Nangluk Merana menyedot perhatian pengunjung PKB ke-38, Rabu (6/7). Membaur dengan masyarakat umum, Gubernur Made Mangku Pastika yang didampingi Ny.Ayu Pastika dan sejumlah pimpinan SKPD di Lingkungan Pemprov Bali nampak antusias menyaksikan tari kolosal yang dibawakan 200 penari mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Garapan apik seniman kawakan I Wayan Sidia ini terbilang unik karena memanfaatkan areal terbuka dan alur sungai di depan Gedung Kriya Taman Budaya sebagai lokasi pertunjukan. Totalitas para penari yang terlibat di dalamnya mengundang decak kagum para penonton yang menjejali bantaran sungai. Kemunculan sejumlah penari di atas getek yang mengikuti aliran sungai kerap mendapat aplause para penonton. 
Seni Instalasi dan Tari Nanggluk Merana mengambil latar belakang Gunung Batur dan Gunung Agung. Alkisah Dewi Danu sebagai penguasa Lembah Gunung Batur senang bercocok. Dengan dayang-dayangnya, dia menanam tumbuhan hias hingga palawija. Pada bagian lain di sekitar Gunung Agung, Sang Hyang Putra Jaya senang memelihara hewan. Suatu ketika hewan-hewan peliharaan Putra Jaya digembalakan hingga Lembah Gunung Batur dan memakan habis tanaman Dewi Danu. Karena murka, Dewi Danu dan dayang-dayangnya membunuh semua hewan peliharaan Sang Putra Jaya. Selanjutnya, dengan kekuatannya Dewi Danu juga memohon hujan badai hingga menghanyutkan bangkai hewan itu ke laut. Sang Hyang Baruna sebagai penguasa laut murka karena wilayahnya dipenuhi bangkai. Alhasil, dia pun mengutuk bangkai itu menjadi binatang pengganggu seperti tikus, belalang, ulat dan hama lainnya. Di tengah kekacauan akibat serangan hama tersebut, turunlah Sang Hyang Geni Jaya yang mengingatkan agar jangan sembarangan membuang sampah ke sungai, apalagi jenis bangkai. Dia juga bersabda agar manusia menggelar upacara nangluk merana. Upacara bertujuan untuk memohon agar hama (merana,red) tak merusak lingkungan dan alam. Gubernur Pastika nampak sangat terkesan dengan garapan Sanggar Paripurna yang disuguhkan pada ajang PKB kali ini.

Sementara itu, pengarah tari sekaligus Ketua Sanggar Paripurna I Made Sidia yang ditemui di sela-sela pertunjukan menjelaskan bahwa garapannya mengangkap tema alam. “Pesan moral yang ingin kami sampaikan adalah agar kita senantiasa menjaga keharmonisan dengan alam sebagaimana konsep Tri Hita Karana,” ujarnya. Karena itu, dia sengaja menjadikan areal terbuka sebagai lokasi pertunjukan. “Kita manfaatkan semua yang ada, sungai dan pohon,” pungkasnya.(tim/r6)

PKB Di Tutup Dengan Pagelaran Mandara Mahalongo

karang awak
Balikini.Net -Sebagai apresiasi terhadap kesenian Bali serta dalam rangka menyediakan wadah bagi peragaan dan pementasan karya-karya pengembangan seni klasik dan modern, Pemprov Bali kembali menggelar event Bali Mandara Mahalango. Demikian disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Prov Bali Dewa Beratha dalam konferensi pers yang diadakan di Taman Budaya, Denpasar, Kamis (7/7). Secara rinci dia menjelaskan jika pagelaran seni ini bertujuan untuk memberikan ruang berkesenian bagi seniman maupun komunitas seni yang belum tampil dalam ajang Pesta Kesenian Bali sebelumnya. “Pergelaran seni ini akan digelar usai pelaksanaan Pesta Kesenian Bali ke 38 dan bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para seniman yang belum tampil, selain juga untuk mengoptimalkan fungsi Taman Budaya,” imbuhnya. Bertempat di Taman Budaya, Denpasar, pergelaran  yang penyelenggaraannya sudah memasuki tahun ketiga, tahun ini mengambil tema “Dinamika Seni Budaya Menuju Kesejahteraan, Kemajuan dan Keanggunan Peradaban Bali”. Pementasan setiap harinya digelar pada malam hari mulai pukul 20.00 Wita. “Selama satu setengah bulan ini kita akan sajikan 57 pementasan,” ujarnya. 

Masih sama seperti tahun sebelumnya, event  yang akan berlangsung dari tanggal 10 Juli s.d 28 Agustus 2016 juga akan menyajikan pagelaran seni, pameran industri kerajinan serta stand kuliner. “Untuk pembukaanya sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 10 Juli di panggung terbuka Ardha Candra, jadi itu menyambung dengan penutupan PKB ke 38,” imbuh birokrat asal Gianyar tersebut. Untuk pembukaan sendiri akan menampilkan Komunitas Budaya Pramusti Bali yang berkolaborasi dengan Celekontong Mas membawakan drama musikal bertajuk “Cupak Punyah”. Dewa Beratha juga menambahkan jika tahun ini cukup berbeda karena akan dimeriahkan oleh ajang pemilihan Jegeg Bagus Bali. “Jika sebelumnya ajang pemilihan Jegeg Bagus Bali digelar dalam ajang PKB, kali ini berlangsung di Bali Mandara Mahalango,” jelasnya. Ajang tahunan Pameran Pembangunan juga masih diselenggarakan di sela-sela Bali Mahalango III, yaitu dari tanggal 14 s.d 24 Agustus di Taman Budaya. “Ada tambahan untuk tahun ini, dalam rangka memberikan hiburan kepada masyarakat serangkaian HUT Pemprov Bali akan ada pertunjukan seni juga yang bertempat di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, Renon dari tanggal 14 s.d 17 Agustus,” tandasnya.

Sementara itu ketua tim kurator, Prof Made Bandem yang turut hadir dalam acara konferensi pers menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara PKB dan Bali Mandara Mahalango. “Dalam PKB kita menonjolkan seni klasik abad pertengahan, jadi kita rekonstruksi seni pertunjukan tersebut dalam ajang PKB,” ujarnya. Sementara menurutnya untuk Bali Mandara Mahalango lebih ditekankan dalam pertunjukan seni kontemporer. Dia juga menambahkan dalam ajang yang akan diselenggarakan sebulan penuh akan menampilkan beragam seni yaitu Seni Kerakyatan Unggulan, Seni Klasik Tradisional Pilihan, Seni Kreasi Baru Pilihan, Seni Klasik Tradisional Pilihan, Seni Kreasi Baru Pilihan, Seni Kolaborasi, Seni Kolosal, dan Pagelaran Peragaan Busana Treatrikal. Harapan penyelenggaraan Bali Mandara Mahalango dapat dimanfaatkan sebagai ajang pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali serta juga sebagai media promosi wisata kebudayaan kita di sini.

Sementara secara terpisah, Kepala Biro Humas Setda Prov Bali Dewa Mahendra mengajak seluruh masyarakat untuk turut hadir dan menyaksikan pagelaran tersebut. “Kami mengundang masyarakat untuk menyaksikan festival ini ke Taman Budaya dan saksikan berbagai suguhan dari seniman kita, apalagi setelah penutupan Bali Mandara Mahalango akan digelar Bali Mandara Parama Nugraha, yaitu penganugerahan bagi insan Bali yang telah berjasa bagi pembangunan Bali,” tandasnya.(PRO/r6)

Sabtu, 02 Juli 2016

Pura Puser Jagat

Balikini.Net - Pura Puser Jagat, Desa Kembang Merta, Baturiti. Didampingi Camat Baturiti Tos Partha, Bendesa Adat Kembang Merta, I Nyoman Sukita, serta Tokoh adat setempat.
mengatakan dalam kesempatan seperti ini,  "ngayah" (mengabdi) dengan tulus dan ikhlas. Kita harus saling peduli baik dengan sesama maupun lingkungan disekitar kita, terlebih kita harus memperhatikan parahyangan (tempat suci) yang kita empon bersama. Apabila parahyangan kita sudah bagus dan nyaman niscaya kita sebagai masyarakat bisa pekedek pekenyem (riang gembira).
"Saya selaku Pemerintah akan selalu berupaya membantu apa yang sepatutnya bisa saya bantu. Kalau bukan kita selaku Pemerintah, lalu siapa lagi yang akan peduli dalam membangun parahyangan di Kabupaten Tabanan, khususnya di Kembang Merta", pungkas Sanjaya sat kunjugitemat ini .

Dirinya juga meminta agar masyarakat di Kembang Merta selalu memberikan doa restunya dan tenaganya untuk sama-sama "ngayah" buat Tabanan. Pintanya juga untuk selalu jalin komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah supaya apa yang kita cita-citakan bersama bisa terwujud. "Jalin terus komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah supaya apa yang kita cita-citakan yaitu menuju Tabanan yang Sejahtera, Aman dan Berprestasi bisa terwujud", katanya.

Usai melakukan persembahyangan serta ngaturin sarin canang yang diterima Bendesa Adat Kembang Merta. Setelahnya Sanjaya meresmikan Pesraman Jyoti Giri yang dibangun di Jaba Pura Pucak Resi Bukit Sangkur.(tbn )
© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved