-->

Minggu, 22 Maret 2020

OBYEK WISATA DI JEMBRANA DISEMPROT DESINFEKTAN

Jembrana,BaliKini.Net - Mencegah penyebaran  Covid-19, Pemkab Jembrana melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan penyemprotan desinfektan disejumlah titik obyek wisata. Penyemprotan mulai dari Pantai Yeh Leh, kolam renang Delodberawah dan sejumlah tempat wisata di seluruh Jembrana, Sabtu (21/3). Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana Nengah Alit mengatakan, penyemprotan di objek wisata di seluruh Jembrana upaya mencegah penyebaran Covid-19.  

Penyemprotan disinfektan yang dilakukan pada Sabtu lalu, di sejumlah objek wisata. Kegiatan mulai dilaksanakan dari ujung timur Jembrana yaitu objek wisata Pantai Yeh Leh, Kecamatan Pekutatan, Kolam Renang Delod Berawah Kecamatan Mendoyo.  Selanjutnya objek wisata Candikusuma, Kecamatan Melaya dan objek wisata Gilimanuk. “Sebelumnya dilakukan penyemprotan di pantai Medewi, penyemprotan ini akan dilakukan secara berkelanjutan,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, pihaknya sudah menindaklanjuti surat edaran dari Gubernur Bali untuk menutup objek wisata untuk mencegah penyebaran Covid-19. Tindaklanjut surat edaran tersebut juga sudah disampaikan pada pengelola objek wisata dan ketua Pokdarwis se-Jembrana agar melakukan penutupan, menghentikan kunjungan wisatawan pada objek wisata sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Himbauan serupa juga untuk kegiatan pengarakan ogoh-ogoh. Pelarangan mengarak ogoh-ogoh dilakuakan mengingat berpotensi menimbulkan keramaian. Berdasarkan surat edaran baru ditegaskan tidak melaksanakan pengarakan ogoh-ogoh dalam bentuk apapun dan di mana pun.

Selain penyemprotan di tempat wisata, penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat umum, ibadah di Jembrana. Kegiatan secara serentak dengan mengerahkan puluhan petugas dari BPBD, Pol-PP, perwakilan masing- masing OPD serta unsur kecamatan hingga desa/kelurahan. Desinfektan masal dipimpin langsung Bupati Jembrana I Putu Artha , turut dihadiri Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok  dan Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa serta Ketua Satgas Penanggulangan Covid- 19 Jembrana I Made Sudiada.

Penyemprotan cairan desinfektan sebagai pencegahan meluasnya virus Covid -19 diawali di Gedung Kesenian Bung Karno. Selanjutnya seluruh personil bergerak berpencar menuju objek - objek vital. Penyemprotan juga menggunakan mobil operasional BPBD cairan desinfektan juga disemprotkan dijalan jalan yang padat dilintasi kendaraan. 

Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan upaya desinfektan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. “Sesuai instruksi Presiden, hari ini kita bersama Tim Satgas Covid-19 Kabupaten Jembrana kembali melakukan penyemprotan desinfektan ditempat fasilitas umum hingga objek wisata. Aksi ini serentak hingga ke tingkat desa dan kelurahan," papar.

Bupati juga mengimbau warga tetap tenang, tidak panik namun waspada akan penyebaran virus Covid -19. “Selalu waspada jangan lengah dengan jaga diri sendiri melalui pola hidup bersih. Selain itu,  masyarakat juga bisa membantu mencegah penyebaran virus , dengan mematuhi himbauan akan social distancing dan menjauhi keramaian untuk memutus penyebaran," pungkasnya . (Hms/R1)

Tentara di Abiansemal Sosialisasi Langkah Sehat Cegah Covid-19

Badung,BaliKini.Net - Upaya mencegah penyebaran virus Corona atau Coronavirus disease (Covid-19) tidak hanya dilakukan pemerintah dan aparat. Namun lebih pada kepedulian masyarakat akan menjaga kebersihan diri, lingkungan di rumah dan sekitar.

Ini pula yang dilakukan Babinsa Koramil 1611-05/Abiansemal Kodim 1611/Badung dalam menyosialisasikan ke masyarakat disejumlah lokasi yang sering dijadikan tempat berkumpul dan beraktivitas masyarakat di wilayah Abiansemal, Kabupaten Badung.

Kegiatan sosialisasi tersebut merupakan salah satu langkah sigap jajaran Kodim 1611/Badung untuk memotong rantai penularan virus Corona.

Kegiatan inipun terus dilaksanaka  untuk mengedukasi warga serta menindaklanjuti perintah Komando Atas dan mendukung imbauan pemerintah daerah (Pemda) dalam upaya penggulangan serta mencegah agar paparan Covid-19 tidak semakin meluas lagi.

Dalam kegiatan tersebut, para Babinsa mengimbau masyarakat agar mengurangi kegiatan atau beraktivitas di luar rumah, menjaga jarak (social distancing) dan menghindari kontak dengan orang lain, seperti berjabatan tangan, serta melaksanakan pola hidup bersih dan sehat dengan memperbanyak mengomsumsi multivitamin. 

Seperti yang dilakukan di Desa Ayunan dan di wilayah Blahkiuh, Abiansemal, Badung. Serta di wilayah desa Mambal dan  Desa Taman, hingga himbauan kepada warga di Desa Sibang Kaja.

"Kata hanya ingin mensosialisasikan dalam persoalan ini agar warga mematuhi imbauan pemerintah supaya terhindar dari paparan virus corona," terang salah satu Babinsa yang terjun ke lokasi, Minggu (22/3).

Dikatakannya kegiatan ini akan terus dilakukan sampai masyarakat betul betul sadar akan ancaman virus yang tidak bisa dianggap remeh. Intinya, siapapun bisa terkena virus ini, diam di rumah adalah solusi terbaik guna menekan penyebaran virus tersebut. (Hms/R4)

Sabtu, 21 Maret 2020

Nyepi, Upaya Dialog Spiritual dengan Alam

Bali Kini - Hari raya Nyepi merupakan perayaan tahun baru Saka. Hari ini diyakini sebagai sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis serta sejahtera dan damai. Hari ini juga merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari kehidupan. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci dengan tapa Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelungan dan Amati Lelangon.

Namun Nyepi tahun Caka 1942 yang jatuh pada tanggal 25 Maret 2020, sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nyepi tahun ini diwarnai wabah virus Korona yang menyerang berbagai belahan dunia. Wabah Covid-19 ini membuat dunia meringis, tak hanya Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan negara di kawasan Asia, negara-negara maju seperti Amerika, Cina, Itali, Perancis, dan Rusia juga kelimpungan menghapi virus ini. Selain karena belum ditemukannya obat penangkal Korona, juga makin melebarnya serangan virus ini ke berbagai belahan dunia. Tak pelak, sejumlah negara memberlakukan lockdown sebagai langkah antisipasi.

Di tengah serangan virus ini, berbagai spekulasi bermunculan. Ada yang menghubungkan dengan kejadian masa lampau, kemudian dikaitkan dengan ramalan-ramalan para tokoh sejarah, termasuk mengaitkan dengan kitab-kitab sastra agama.

Entah karena kebetulan atau merupakan takdir, konon wabah pendemi terjadi setiap 100 tahun sekali. Menurut kajian beberapa sumber, Wabah Marseille menyerang wilayah Marseille, Perancis terjadi tahun 1720. Wabah ini menewaskan 100.000 jiwa dalam kurun waktu dua tahun. Kemudian tahun 1820, pendemi kolera Asiatik menyerang Calcutta yang kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Timur hinnga Pantai Mediterania. Tercatat 100.000 orang meninggal di wilayah Asia yang disebabkan oleh bakteri ini. Menyusul kemudian pada tahun 1920, virus flu H1N1 yang juga disebut Flu Spanyol menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia. Dan kini, tahun 2020, virus yang pertama kali diindetifikasi di Wuhan, China disebut Covid-19 atau Korona menyebar ke berbagai belahan dunia. Virus yang ditandai dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas hingga kematian ini membuat peduduk dunia terbenggu rasa ketakutan karena belum ditemukan obat sebagai pembasmi virus ini.

Jauh sebelum siklus seratus tahun itu terjadi, dalam sastra Hindu, menurut sejumlah sumber, kejadian ini sudah diramalkan. Dalam sejumlah sumber sastra Hindu disebutkan, ketika dunia mulai dikotori oleh ulah manusia, alam akan merespon dengan caranya sendiri. Hindu mengajarkan tiga hal dalam kehidupan ini, yaitu proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan yang disimbolkan dengan kepercayaan Tri Murti dan Tri Sakti. Kehidupan di dunia ini tidak bias lepas dari tiga hal tersebut, namun yang membuat umat manusia diselimuti rasa takut adalah ketika proses peleburan itu terjadi.

Sebenarnya, menurut praktisi spiritual Jero Gede Yudi Suryawan, proses peleburan tersebut merupakan bagian dari proses permurnian terhadap alam. Munculnya virus Korona adalah sebagai dampak dari kehidupan manusia dalam memberlakukan alam. “Munculnya virus ini merupakan respon terhadap alam dalam upayanya melakukan pembersihan,” jelasnya. Hal ini, dalam tradisi Hindu, dilukiskan dalam kisah Dewa Baruna, sebagai penguasa lautan  untuk menjaga siklus alam ini agar berjalan normal. Kisah tersebut menceritakan kemarahan Dewa Baruna terhadap ulah manusia yang melakukan pecemaran terhadap alam. Karena semua limbah akibat perbuatan manusia, akan mengalir dan ditampung di laut. Kemarahan Dewa Baruna diwujudkan dengan meunculnya berbagai penyakit yang bersumber dari laut.

Dalam kepercayaan Hindu, Bali, munculnya berbagai penyakit yang disebut dengan istilah sasab merana, diyakini dengan kepercayaan terhadap sosok Ratu Gede Macaling, sebagai penguasa laut Bali Selatan. Sosok penguasa yang distanakan di Pura Dalem Peed ini, dikisahkan, akan menyebarkan berbagai penyakit melalui ancangannya berupa berbagai makhluk halus seperti wong samar, jin dan setan. Tujuannya, untuk mencari tumbal manusia sebagai tetadahan. Ini dilakukan mulai sasih Kalima.  

Menurut pinisepuh perguruan Semar Maya, kisah ini merupakan penggambaran terhadap wabah pendemi yang akan menyerang berbagai kehidupan di Bali. Tidak hanya binatang dan tumbuhan, tetapi juga manusia. Wabah ini muncul ketika terjadi peralihan musim, dari musim panas ke musim penghujan atau musim pancaroba. Secara ilmiah, pada musim pancaroba yang terjadi di daerah tropis, berbagai virus, bakteri dan lainnya berkembang secara dramatis. Hal inilah yang kemudian memunculkan berbagai penyakit. Tercata, era tahun 1900-1960, pendemi kolera yang disebut penyakit muntah berak menyerang Bali. Kemudian, seiring tingkat pengetahuan manusia tentang penyakit ini, virus ini berhasil diatasi. Namun belakangan, muncul wabah baru bernama penyakit demam berdarah.

Manusia Hindu Bali memiliki cara untuk mengantisipasi kejadian ini. Selain secara sekala dengan mempelajari lontar-lontar pengobatan, juga secara niskala dengan melakukan upaya-upaya ritual sebagai salah satu terapi. Tentu tidak asing lagi bagi umat Hindu Bali untuk melakukan pecaruan Sasih Kanem di  ujung desa atau di Pura Dalem, yang disertai tradisi melancaran (sejenis ngelawang) untuk sesuhunan milik pura, banjar dan desa berupa barong, rangda atau lainnya. Ada juga pemberian gelang yang terbuat dari benang tridatu yang diyakini sebagai penangkal grubug, gering dan merana.

Namun, imbuh Jero Yudi, upaya niskala ini tidak berhenti sampai pada pecaruan Sasih Kanem. Seiring pergantian musim yang diikuti siklus penyakit dan wabah yang mencapai puncaknya pada sasih Kasanga, umat Hindu, khususnya di Bali melaksanakan rangkaian upacara Penyepian. 

 Sesungguhnya istilah Nyepi berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau senyap. Hari Raya Nyepi sebagai perayaan Tahun Baru Hindu dirayakan dengan kesunyian, senyap atau sepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan Perayaan ini bertujuan memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan alam manusia atau  microcosmos dan alam semesta (macrocosmos).

Perayaan Nyepi bermula dari penobatan Raja Kaniskha I dari dinasti Kushana pada tahun 78 Masehi. Kisah yang terjadi negeri India ini menggambarkan krisis dan konflik sosial berkepanjangan. Pertikaian antarsuku bangsa seperti Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya sering terjadi. Menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antarsuku ini menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama di negeri itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun adanya penafsiran yang berbeda terhadap ajaran yang diyakini.
Dari pertikaian panjang itu,  akhirnya Suku Saka menjadi pemenang di bawah pimpinan Raja Kaniskha I yang kemudian dinobatkan menjadi raja turunan Saka pada
tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (Caitramasa) tahun 01 Saka, atau pada bulan Maret tahun 78 masehi. Peringatan ini merupakan hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan sebagai tahun baru Saka, yang jatuh pada bulan Maret tarikh Masehi, atau pada Sasih Kesanga dalam hitungan kalender Jawa dan Bali. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.
Oleh karena peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional, maka. keberhasilan ini disebar-luaskan ke seluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampal ke Indonesia.

Nyepi Nusantara
Di Nusantara, perayaan ini disebarluaskan oleh seorang Pendeta Saka bergelar Aji Saka. Ia tiba di Jawa di Desa Waru Rembang, Jawa Tengah tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.
Sang Aji Saka yang mensosialisasikan peringatan pergantian tahun Saka, disertai dua orang punakawan atau pengikut yang diriwayatkan melahirkan aksara Jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo. Aksara tersebut dibuat karena diilhami dua orang punakawan Aji Saka yang sama-sama setia, sama-sama sakti, sama-sama teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada Sang Pandita Aji Saka.
Menurut Negarakertagama, pada zaman Majapahit pergantian tahun Caka dirayakan secara besar-besaran. Runtuhnya Majapahit, perayaan tahun Caka juga luntur di seluruh nusantara. Namun di Bali yang mayoritas beragama Hindu, perayaan itu hingga kini masih tetap eksis yang disebut dengan Hari Raya Nyepi.

Yoga Semedi
Nyepi berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau senyap. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dirayakan dengan tapa, yoga dan semadi atau  disebut dengan brata penyepian. Ada empat brata penyepian yang berisi empat pantangan yaitu Amati Geni atau tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu. Kedua adalah Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani. Selanjutnya adalah Amati Lelungaan, yaitu tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri. Dan Keempat adalah Amati Lelangunan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Tuhan. Brata penyepian ini mulai dilakukan sejak matahari terbit sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya atau selama 24 jam.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Buwana Alit atau alam manusia (microcosmos) dan Buwana Agung atau macrocosmos (alam semesta).
Rangkaian hari raya Nyepi diawali dengan upacara yang disebut Melasti, Melis atau Mekiyis. Upacaranya dilaksanakan mulai Minggu (22/3). Ritual ini bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci  untuk kehidupan. Karena itu, upacaranya dilaksanakan  di laut, danau, atau sumber/mata air yang disucikan.
Semua simbol-simbol Tuhan seperti pretima, arca dan barong yang disucikan serta peralatan upacara seperti tombak, keris, dan umbul-umbul diusung ke sumber-sumber air untuk disucikan melalui sebuah prosesi. Prosesi diisi dengan larung sesaji, persembahan, serta persembahyangan. Dan terkadang, menurut tradisi masing-masing desa, juga disertai dengan ritual menurunkan roh leluhur melalui ritual trans (kesurupan).

Tawur
Setelah ritual Melasti, rangkaian Nyepi dilanjutkan dengan upacara tawur. Upacara ini dilaksanakan sehari sebelum Nyepi, tepatnya hari Selasa (24/3) berupa upacara Buta Yadnya. Upacara dilaksanakan di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan dan seterusnya dengan mengambil salah satu jenis upacara yang disebut caru (semacam sesajian) menurut kemampuan. Tawur atau pecaruan merupakan bentuk penyucian terhadap butha kala untuk mengembalikan keseimbangan alam semesta dan jagat raya.

Ritual berlanjut hingga sore hari yang disebut dengan upacara pengerupukan, yaitu menebar-nebar nasi tawur, mengobor-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesui (rempah-rempah), serta memukul benda-benda yang dapat menimbulkan suara gaduh. Ritual ini bertujuan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, hingga lingkungan desa.
Sesuai perkembangan zaman,  pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yaitu patung raksasa sebagai perwujudan Buta Kala. Ogoh-ogoh diarak keliling desa atau wilayah, kemudian dibakar. Tujuannya untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Puncak Nyepi

Keesokan harinya, yaitu pada hari Rabu (25/3), umat melaksanakan Hari Raya Nyepi. Pada puncak perayaan rangkaian pergantian tahun baru Caka ini, umat melaksanakan catur brata penyepian berupa tapa Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelangon. Sepanjang hari seama 24 jam, umat tidak boleh keluar pekarangan rumah, tidak boleh menyalakan api termasuk di dalamnya kegiatan masak-memasak, tidak boleh bekerja, dan tidak boleh menghibur diri seperti menonton TV, termasuk juga tidak makan-minum dan berbicara (mono brata). Umat harus khusyuk melaksanakan tapa, brata, yoga dan semadi agar mendapatkan kesucian lahir dan batin.

Ngembak GeniRangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada hari Kamis (26/3). Pada hari ini umat Hindu bersilaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga, saling maaf-memaafkan satu sama lain.

Nyepi merupakan momentum untuk evaluasi diri, seberapa jauh tingkat pendakian rohani yang sudah dicapai, dan sudahkah mengerti dengan hakekat tujuan kehidupan di dunia ini.

Dalam konteks mewujudkan perdamaian, umat mesti mampu melaksanakan brata atau pengendalian diri. Dengan memiliki benteng pengendalian diri yang kuat, umat akan mampu mengalahkan musuh-musuh yang ada pada dirinya. Godaan-godaan yang datang pun dengan mudah dapat ditaklukkan. Konsep pengendalian diri seperti itu sudah dituangkan dalam perayaan hari besar keagamaan Hindu yang dikenal dengan Nyepi.
Dengan demikian, momentum perayaan Nyepi dapat dijadikan sebagai inspirasi mengenal jatidiri bangsa. Memperkenalkan Nyepi kepada lapisan masyarakat dalam masyarakat majemuk, sangatlah penting. Ke depan, jika ada pertanyaan tahun baru tanpa pesta, orang banyak pasti akan tahu bahwa peristiwa itu adalah sebuah ritual yang dilangsungkan umat Hindu. Sesungguhnya seluruh rangkaian Nyepi dalam rangka memperingati pergantian tahun baru Saka itu adalah sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis serta sejahtera dan damai. Mekiyis adalah salah satu bentuk dialog spiritual manusia dengan alam dan TuhanYang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar para bhuta demi keseimbangan alam semesta beserta isinya. Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara umat manusia dengan sang pencipta.
Demikian juga pada hari Ngembak Geni, sehari setelah Nyepi, merupakan bentuk dialog antar sesama manusia tentang apa dan bagaimana yang sudah, dan yang sekarang serta yang akan datang. Bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan lahir batin kita ke depan dengan berpijak pada pengalaman selama ini.
Dengan kata lain, perayaan Tahun Baru Saka (Nyepi) dengan ritual merupakan dialog spiritual kepada semua pihak, dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan, keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama. Ana dari berbagai sumber [su/r6]




Masih Dicari Alat Pendukung Untuk Melakukan Rapid Test

Denpasar ,BaliKini.Net - Satgas Covid-19 juga sudah bersurat kepada Majelis Desa Adat (MDA) dan Bendesa Adat se-Bali untuk melakukan disinfeksi massal serentak pada hari pengerepukan Nyepi (24 Maret mendatang) tepat pada sore hari.

Sekaligus menghimbau untuk turut mengaktivasi posko penanganan virus corona di Desanya masing-masing. Demikian ditegaskan Dewa Indra selaku ketua satgas penanhanan virus Covid-19, Sabtu (21/3), di Dinas Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali.

Disampaikan pula Tim Satgas Covid-19 juga menyiapkan tempat karantika bagi warga migran (tenaga kerja luar Bali yang kembali ke daerahnya) terutama yang berasal dari negara yang terjangkit.

"Kami hanya berupaya menyiapkan tempat karantina di UPT Balai Pelatihan Kesehatan Masyarakat Provinsi Bali, selain juga diberlakukan jalur khusus domestik di Bandara Ngurah Rai bagi PMI dan pelaut-pelaut yang pulang dari luar negeri," bebernya. 

Sekda Dewa Indra juga menghimbau agar semua pihak  tidak menyebarkan berita yang tidak jelas asal usulnya yang datang dari sumber tidak resmi, agar tidak membuat panik banyak orang dan mengganggu ketenangan masyarakat luas.

Ditegaskan kembali agar melakukan aktivitas dari rumah saja dan mengurangi aktivitas diluar rumah, hal ini sebagai salah satu upaya untuk memotong penyebaran virus Covid-19.

Rapid test bukan saja menjadi penting bagi masyarakat namun juga menjadi kepentingan Pemerintah Provinsi Bali untuk Satgas dalam penanganan virus corona. Tim sedang bekerja terus mencari alat pendukungnya yang berfungsi untuk melakukan rapid test, dan hingga saat ini belum ada di Indonesia. 

Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat baik BNPB dan Kementerian Kesehatan RI, untuk upaya mencari penyaluran alat melalui distributor yang menyalurkan alat kesehatan ataupun farmasi dan agen untuk mendapatkan alat tersebut, termasuk pengadaan APD.[ar/r5]

Masih Ada 24 Orang Menunggu Hasil Lab Virus Corona di Bali

Denpasar BaliKini.Net - Hingga saat ini sebanyak 24 orang masih menunggu uji laboratorium dan masih dirawat di RS. Jika hasil laboratorium keluar dan dinyatakan negatif dari virus corona, akan diperbolehkan pulang dari RS.

Perkembangan kasus Covid-19 di Bali sampai hari ini, kasus pasien dalam pengawasan (PDP) yang ditangani berjumlah 95 orang ditambah 5 orang (melapor ke RS dan sudah mendapat perawatan sesuai prosedur penanganan).

Sekretaris Daerah Dewa Made Indra mengklarifikasi jumlah positif Covid-19 di Bali yang diumumkan sebelumnya berjumlah 4 orang (2 WNA dan 2 WNI), menjadi 3 orang positif Covid-19 (2 WNA sudah meninggal dan 1 WNI masih dalam perawatan).

Dari dua orang WNA yang meninggal, satu orang sudah di kremasi dan satu orang lagi jenasah masih di RS, dan saat ini pihak rumah sakit dan Pemerintah sedang melakukan koordinasi.

"Untuk sati WNA yang meninggal, kita masih koordinasi dengan pihak Konsulat Jenderal Negara WNA tersehut dan pihak keluarganya untuk mendapat kesepakatan penanganan jenasah selanjutnya," jelasnya.

Sementara 1 orang positif Covid-19 (dari data sebelumnya 4 orang) merupakan seseorang yang sebelumnya sempat bertugas di Bali, dan saat ini sudah kembali ke daerahnya. 

Dikatakanya yang bersangkutan mengalami gejala demam dan memeriksakan diri di rumah sakit tempat tinggalnya (daerahnya), sehingga dari hasil swab yang didapat positif maka dia masuk ke daftar kasus Covid-19 di daerahnya.

Sampel yang sudah keluar dari hasil uji laboratorium sebanyak 71 orang. 68 orang dinyatakan negatif dan sudah keluar dari rumah sakit, dan tiga (3) orang positif ini adalah klarifikasi dari pernyataan kemarin.

"Saat ini sebanyak 24 orang masih menunggu uji laboratorium dan masih dirawat di rumah sakit. Kalau hasil lab nantinya negatif, baru diperbolehkan pulang dari perawatan di rumah sakit," kaya Dewa Indra.

Terkait pasien positif Covid-19 (WNA) diterangkan bahwa yang bersangkutan pada waktu kejadian menaiki kendaraan dan berhenti dipinggir jalan, kemudian diantar ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan dengan hasil awal pasien menderita sakit jantung. 

Selain melakukan pemeriksaan terhadap riwayat sakit pasien, Tim dokter juga melakukan test  berkelanjutan, samplenya diambil dan diuji laboratorium dengan hasil positif Covid-19.

Perkembangan dari penelusuran yang sempat kontak dekat dengan pasien Covid-19 WNA meninggal ini, maka didapat sebanyak 199 orang (pada tanggal 20 Maret).

Jumlah tersebut bertambah 18 orang (pada tanggal 21 Maret) sehingga total jumlah kontak yang pernah dekat dengan pasien positif Covid-19 (WNA) menjadi 217 orang.

"Saat ini Tim Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan berkelanjutan kepada orang orang hasil penelusuran tersebut. Bekerjasama dengan pihak Tim Dinas Kesehatan dari Kabupaten juga sudah melakukan  komunikasi, edukasi dan isolasi sekaligus karantika dirumah masing masing dan mengikuti protokol isolasi diri," kata Dewa Indra.

Bahkan, Tim Satgas Covid-19 Provinsi Bali juga sudah bersurat kepada Kodam IX-Udayana, Polda Bali dan KOREM 163 Wirasatya serta Kabupaten/ Kota se-Bali untuk mengaktivasi seluruh desa terlibat memberikan edukasi kepada masyarakatnya untuk turut melindungi diri dan melakukan upaya pencegahan penularan Covid-19 di daerahnya masing-masing yang dimulai dari lingkungan rumahnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.[ar/r5]

Pemkab Jembrana Gelar Desinfeksi Massal

Jembrana,BaliKini.Net - Pemerintah Kabupaten Jembrana , sabtu pagi, (21 /3) melaksanakan  penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat umum, ibadah serta tempat wisata di Jembrana. Kegiatan secara serentak dengan mengerahkan puluhan petugas dari BPBD ,Pol-PP,  perwakilan masing masing OPD serta unsur kecamatan hingga desa/kelurahan. Desinfektan masal dipimpin langsung Bupati Jembrana I Putu Artha , turut dihadiri Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok  dan Kapolres Jembrana AKBP I Ketut Gede Adi Wibawa serta Ketua Satgas Penanggulangan Covid- 19 Jembrana I Made Sudiada.

Penyemprotan cairan desinfektan sebagai pencegahan meluasnya virus covid -19  diawali di Gedung Kesenian Bungkarno. Selanjutnya seluruh personil bergerak berpencar menuju obyek - obyek vital. Diantaranya obyek wisata kebun raya jagatnata, pura dab temoat ibadah, taman kota,   terminal ,pasar hingga tempat wisata lainnya. Langkah ini juga diikuti tim dari kecamatan hingga desa/kelurahan disarana publik masing- masing.
Selain itu, menggunakan mobil operasional BPBD cairan desinfektan juga disemprotkan dijalan jalan yang padat dilintasi kendaraan . 

Ditemui disela sela penyemprotan berlangsung , Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan upaya desinfektan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona (Covid-19). “Sesuai instruksi Presiden, hari ini kita bersama Tim Satgas Covid-19 Kabupaten Jembrana kembali melakukan penyemprotan desinfektan ditempat fasilitas umum hingga obyek wisata . Aksi ini serentak hingga ketingkat desa/kelurahan ," papar Artha .


Lebih lanjut Artha juga menghimbau tetap tenang ,tidak panik namun waspada akan penyebaran virus covid -19.
“ selalu waspada jangan lengah dengan jaga diri sendiri melalui pola hidup bersih. Selain itu, patuhi himbauan pemerintah akan social distancing dan menjauhi keramaian untuk memutus penyebaran, " tegas Artha.

Tidak hanya melakukan penyemprotan , kegiatan desifektan massal itu juga diikuti dengan edukasi keliling pemerintah agar masyarakat waspada terhadap persebaran virus covid-19.
Satgas covid 19 berkeliling kesejumlah ruas jalan dan pemukiman penduduk, memberikan himbauan masyarakat  akan langkah langkah penanganan corona.

Edukasi juga disampaikan dandim 1617 Jembrana bersama Polres Jembrana  menggunakan kendaraan dinas Kominfo Jembrana memberikan pemahaman langsung apa itu social distancing dan bagaimana agar terhindar dari virus corona.(Hms/R1)

Masyarakat Tidak Perlu Risau, dan Borong Sembako. Pasar Badung Tetap Buka Hingga Hari Suci Nyepi.

Denpasar,BaliKini.Net - Pasca beredarnya isu bakal ditutupnya aktivitas di Pasar Badung Kota Denpasar beberapa waktu yang lalu di media sosial yang cukup meresahkan masyarakat ditanggapi oleh Pemerintah Kota Denpasar.

Direktur Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar AAN Yuliartha membantah dengan tegas isu yang mengatakan Pasar Badung akan ditutup. "Hoaks itu, tidak benar Pasar Badung akan ditutup. Pasar Badung tetap buka seperti biasa. Nanti saat Hari Nyepi baru Pasar di tutup sehari," kata Yuliartha dihubungi, Sabtu (21/3) di Denpasar. 

"Isu penutupan Pasar Badung yang terkait virus COVID-19 yang beredar di media sosial beberapa waktu yang lalu tidak benar adanya alias Hoax. Kami memastikan semua pasar rakyat dan pasar tradisional dibawah naungan Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar tetap beroperasi seperti biasa dan baru akan ditutup pada saat Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1942 mendatang.

Jadi masyarakat tidak perlu khawatir dan resah mengenai ketersediaan barang kebutuhan pokok. Kami jamin masih aman dan pendistribusian barang kebutuhan pokok tersebut di seluruh pasar rakyat dan pasar tradisional dibawah naungan Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar tetap lancar dengan harga yang masih stabil meski ada beberapa komoditi barang yang mengalami kenaikan seperti jahe, jahe merah, kunir dan temulawak.

Terkait berita penutupan Pasar Badung yang beredar diedia sosial sekitar tanggal 12 Maret tersebut juga sudah diklarifikasi langsung ke pedagang dan juga masyarakat  baik melalui pengeras suara, menjawab di media sosial dan tatap muka langsung dengan pedagang dan masyarakat" ujar AA. Ngurah Yuliartha.

Sementara pasca merebak nya kasus virus COVID 19 di Indonesia, dituturkan oleh AA. Ngurah Yuliartha telah direspon oleh Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar dengan melaksanakan sejumlah aksi pencegahan seperti membentuk tim penanggulangan pencegahan melalui Surat Keputusan Direksi Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar, melakukan spraying disinfektan mulai tanggal 8 maret 2020, pemasangan spanduk, banner tentang Germas (gerakan masyarakat hidup sehat), Pengumuman terus menerus melalui pengeras suara di pasar tentang cara menanggulangi penularan COVID19.

"Kami juga menyiapkan hand sanityzer di pasar-pasar, membuat dan memperbanyak tempat cuci tangan di tempat yg strategis dan mudah di jangkau di pasar-pasar dan juga melakukan pemantauan dan pemeriksaan suhu tubuh bagi pedagang, pegawai dan pelanggan pasar dengan alat thermo scan.

Jadi melalui upaya-upaya tersebut diharapkan menjadi tindakan pencegahan virus COVID19 yang tepat sehingga masyarakat tidak perlu lagi resah untuk berbelanja memenuhi kebutuhan di pasar tradisional. Jadi masyarakat tidak perlu memborong sembako, karena pasar tetap buka dan stok sembako masih aman," ungkap AA. Ngurah Yuliartha.(Esa/R4)


© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved