-->

Minggu, 10 Maret 2024

Bupati Jembrana hadiri Upacara Melasti di Pantai Pengambengan, Tekankan Toleransi


Jembrana , Bali Kini -
Jelang Hari Raya Nyepi umat hindu menggelar upacara Melasti ,termasuk  dikabupaten Jembrana.Pelaksanaan melasti diiikuti ribuan masyarakat hindu Jembrana dipusatkan dilima titik pantai dan pura segara masing masing kecamatan.

Tak terkecuali Bupati Jembrana I Nengah Tamba yang turut hadir bersama istri serta Wabup Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna,mengikuti prosesi melasti diPura Segara Pantai Pengambengan Kecamatan Negara , jumat ( 8/3).


Upacara diawali dengan persembhyangan bersama . Kemudian penyucian kelaut berbagai pratima dan pralingga oleh masing masing desa  adat. Sebelumnya , bupati bersama jajaran sempat menghaturkan upacara mulang pekelem ketengah laut.


" Hari melasti ini saya ikut prosesi upacara sekaligus melihat langsung keberagaman masing masing desa adat ,menyucikan ida betare serta sesuhunan masing masing. 

Astungkare  karena semangat mengemban tugas diadat, upacara hari ini lancar dan kompak," ucapnya.

Bupati juga menekankan,  kekompakan dalam beragama inilah yang diharapkan sehingga prosesi agama itu bisa tetap ajeg dan membawa berkah bagi semua.

" Senantiasa  rahayu dan  Ida Sanghyang Widi Wasa memberikan penganugerahaan keselamatan untuk kita semua," tuturnya.

Secara khusus Bupati mengingatkan pentingnya  Toleransi dan kerukunan ,mesti  dijunjung tinggi. Sikap itu dengan tidak terpancing provokasi yang memperkeruh suasana toleransi . Terlebih rangkaian hari raya beda agama  berdekatan.

 " Mari bantu saling toleransi yang tinggi, mogi-mogi semua masyarakat Jembrana memahami ini semuanya .

 Baik kita umat sedharma maupun umat-umat yang lain Jangan sampai ada memancing-mancing, semuanya guyub rahayu saling komunikasi yang baik, saling ngejot, saling mengucapkan rasa syukur, " kata Bupati Tamba.

Disisi lain menurut Ketua Majelis Desa Adat ( MDA )  Jembrana , I Nengah Subagia secara umum perayaan hari raya nyepi diawali upacara Melasti  ,kemudian yang kedua ada  tawur, ketiga sipeng, serta terakhir   ngembak. Berkaitan dengan pelaksanaan mekiis/ melasti hari ini  ,menurutnya  bisa terselenggara dengan baik karena  didukung dengan kehadiran umat di Segara Pengambengan.

" Jadi pada prinsipnya dengan diadakan setahun sekali ini kita sudah ada kordinasi dengan pihak desa dinas di Pengambengan.

 Berkaitan dengan toleransi  kerukunan sudah kita sesama umat melalui MKUB Kecamatan dan Kabupaten sudah dilaksanakan kordinasi yang baik. Mudah-mudahan dengan pelaksanaan serangkaian hari nyepi ini berjalan sesuai dengan harapan," terangnya .

Selaku pimpinan majelis desa adat , Subaga juga berharap tiap tahun kualitas perayaan hari raya Nyepi semakin berkualitas . Salah satunya melalui tata cara melaksanakan catur brata penyepian dengan sungguh sungguh.

Dijelaskannya, dengan melaksanakan catur brata penyepian dengan sungguh-sungguh artinya kita bisa  memaknai arti  pelaksanaan hari suci nyepi.

"  Jadi silakan laksanakan brata penyepian amati karya, amati geni, amati lelungan, amati lelanguan .

Jadi kalau sudah itu dilaksanakan dengan khusyuk ,semua umat sedharma termasuk juga umat yang tergabung dalam MKUB dapat berjalan sama-sama sehingga kerukunan bisa berjalan dengan baik," tegasnya .( Abhi/hum)

Kamis, 07 Maret 2024

TAWUR AGUNG KESANGA TABUH GENTUH DI KARANGASEM

Karangasem, Bali Kini - Ngelungsur Tirtha di 6 Pura Kahyangan Jaga Serangkaian dalam rangka upacara Tawur Agung Kesanga Tabuh Gentuh tahun baru Caka 1946 tahun 2024 yang digelar Desa Adat Karangasem (DAK), Kelurahan Karangasem, Kecamatan Karangasem, buda pahing kuningan, (6/3/2024) pagi, sebanyak 25 orang pemangku yang bergabung kedalam organisasi Paiketan Pemangku “Jnana Siddhi” DAK ngayah ngelungsur tirtha ke 6 Pura Sad Kahyangan Jagat di wilayah Bali. Pura tersebut meliputi Pura Besakih, Karangasem, Pura Gunung Agung/Pasar Agung, Karangasem, Pura Ulun Danu, Bangli, Pura Andekasa, Karangasem, dan Pura Watu Karu, Tabanan. 

25 orang pemangku terbagi 6 kelompok, masing-masing 4-5 orang peserta. Masing-masing tirtha dimasukkan ke dalam wadah bumbung bambu dihias dan di stanakan di Pura Puseh Desa Adat Karangasem. Juga, bersamaan pada hari itu ngelungsur tirtha segara di segara Ujung, Desa Tumbu, Karangasem.

Kedatangan semua tirtha tersebut sampai di Pura Puseh dipendak dengan sarana banten pemendak dan segehan agung.

Dikatakan Jro Mangku Wayan Deresta, pemangku Pura Puseh desa setempat, keesokan pagi harinya wraspati pon kuningan (7/3/2024) digelar upacara mepepada wewalungan di tempat upacara lapangan Candra Bhuwana Amlapura, dipuput sulinggih Ida Pedanda Istri Oka dari Geria Pendem, Jalan Sultan Agung Amlapura, Kelurahan/Kecamatan Karangasem. Sedangkan, sore harinya, nuur Ida Bathara Kahyangan Desa, yakni Pura Puseh, Pura Bale Agung, Pura Dalem, Pura Buddha Ireng dan Pura Pemaksaan Bale Punduk Kaler. 

Lanjut Jro Mangku Wayan Deresta, pada saniscara kliwon kuningan (9/3/2024), sore mendatang, semua tirtha dari Kahyangan Jagat dan Kahyangan Desa tersebut dipundut menuju tempat pelaksanaan puncak upacara di Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura. 

Saat hari itu juga akan dilaksanakan rangkaian berbagai upacara meliputi ngiringang Bahatara Lingsir Bale Punduk, ngiringang Bhatara Kahyangan Tiga, Pura Jagatnatha Amlapura, nanceb Sunari di Sanggar Tawang, tempat caru, dan memben.

Puncak acara Tawur Agung Kesanga Tabuh Gentuh akan digelar dipusatkan di lapangan Candra Bhuwana Amlapura, dipuput dua orang sulinggih Siwa-Budha, Ida Pedanda Putu Cau dari Geria Cau, Kelurahan Karangasem dan Ida Pedanda Gede Sidemen dari Geria Taman Asri, Saren, Desa Budakeling, Bebandem. Sedangkan, Pedanda Tapini, Ida Pedanda Istri Keniten dari Geria Keniten, Kelurahan Karangasem. Kelengkapan puncak acara akan digelar berbagai pagelaran seni wayang, topeng dan rejang.

Wakil Bendesa Adat Karangasem yang juga Kepala Bagian Organisasi Sekretaris Daerah Kabupaten Kabupaten Karangaem, Cokorda Alit Surya Prabawa, S.STP, mengatakan, Desa Adat Karangasem mendapat kepercayaan dari Pemerintah Kabupaten Karangasem dengan bantuan dana hibah menyelenggarakan upacara Tawur Agung Kesanga Tabuh Gentuh tingkat Kabupaten tahun 2024. 

Terkait dengan pelaksanaan arak-arakan ogoh-ogoh dan hari suci Nyepi yang diperkirakan akan bersamaan dengan awal bulan Ramadhan, mantan Camat Karangasem mengimbau, agar masyarakat menjaga keamanan, keharmonisan dengan penuh toleransi.

Ditegaskan Cokorda Surya Prabawa, para peserta dan penggusung arak-arakan ogoh-ogah, agar tidak meminum minuman keras beralkhohol. Juga agar mengikuti arahan dari pecalang dan jaga baya baik rute yang akan dilalui ogoh-ogoh maupun ketertiban. (Komang Pasek Antara)

Selasa, 05 Maret 2024

Omed-Omedan Festival Kembali Digelar Tahun Ini


Denpasar , Bali Kini -
Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF) 2024, rencananya akan digelar pada momentum Hari Ngembak Geni, pada Selasa, 12 Maret mendatang. Sejumlah acara akan digelar pada kesempatan itu, yakni kegiatan kesenian, pameran dokumenter, hingga nantinya akan dipuncaki dengan tradisi "Omed-Omedan", sebuah warisan leluhur, yang masih dilestarikan hingga kini. 

Demikian disampaikan pihak panitia saat SHOOF 2024 bertemu dalam sesi audiensi dengan Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, di Gedung DNA Lumintang, Selasa (5/3). 

Jro Kelian Adat Banjar Kaja, I Made Sudama, Lurah Sesetan Wisnu Wardana, dan beberapa tokoh lainnya yang hadir pada kesempatan itu, disampaikan Ketua Panitia, I Gede Sedana kegiatan nanti mengangkat tema 'Utsaha Jana Kerthi'.

"Rencananya akan dilaksanakan di depan  Banjar Kaja, Desa Sesetan. Seperti pada acara yang pernah digelar sebelumnya, di hari Ngembak Geni, yakni sehari pasca Hari Raya Nyepi 1946 Caka,"ungkap Sedana.

Lanjutnya akan ada beberapa kegiatan, yakni penampilan tari-tarian, musik, kuliner dan ada juga pameran dokumenter Omed-Omedan.

Diharapkannya pelaksanaan SHOOF 2024 dan juga tradisi Omed-omedan, akan mampu memberi warna bagi daya tarik wisata dan juga ekonomi kreatif di Kota Denpasar. 

“Kami meyakini omed-omedan ini juga memiliki nilai sakral, sehingga harus terus dilestarikan. Selain itu, kami berharap dapat

menumbuhkan kembangkan jiwa kewirausahaan menuju ekonomi kreatif serta meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun asing ke Kota Denpasar," paparnya. 

Sementara itu, Wakil Walikota Denpasar, Agus Arya Wibawa menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini sebagai sebuah tradisi adat yang masih dilestarikan hingga kini. Sebagai salah satu warisan leluhur,  tradisi Omed-Omedan dinilainya memiliki daya tarik kebudayaan dan pariwisata di Kota Denpasar.jro/r5] 

Sabtu, 24 Februari 2024

Wawali Arya Wibawa Ingatkan Momentum Jaga Tri Hita Karana Berlandaskan Spirit Vasudhaiva Kutumbakam

Laporan Reporter : Esa / Gita


Denpasar, Bali Kini - Upacara Mecaru dan Pemlaspasan area pelinggih utama Pura Pasek Agung Tegal, Jalan Imam Bonjol, Denpasar digelar pada Sabtu (24/2), bertepatan dengan Rahina Purnama Kesanga.

 Upacara ini sekaligus menandai selesainya pembangunan area pelinggih utama yang telah dimulai sejak Oktober 2023 hingga rampung pada Januari 2024 lalu itu. 

Sejak pagi, nampak ramai dan antusiasnya krama (warga) serta seluruh pangempon Pura memadati area Pura dan mengikuti rangkaian acara. 

Turut hadir Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa bersama Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta. Hadir pula Ketua Harian PHDI Bali, I Nyoman Kenak, Perwakilan PHDI Kota Denpasar, Camat Denpasar Barat, Ida Bagus Made Purnawasara, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara, Bendesa Adat Desa Pakraman Denpasar, AA Ngurah Alit Wirakesuma dan undangan lainnya. 

Dalam kesempatan tersebut Wawali Arya Wibawa turut mengikuti salah satu prosesi yakni Mendem Pedagingan dan Ngunggah Daksina Linggih Ida Batara di Pelinggih Ratu Ayu Dalem Sakenan. Sementara, Bupati Badung Giri Prasta melakukan penandatanganan prasati bersama Yajmana Karya.



Ket. Foto : Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri Upacara Mecaru dan Mlaspas di Pura Pasek Agung Tegal, Denpasar, Rahina Purnama Kasanga, Sabtu (24/2)


Ditemui usai acara berlangsung, Wawali Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa  mengatakan, berjalannya berbagai kegiatan keagamaan di Kota Denpasar merupakan landasan penting kota berbudaya berlandaskan spirit Vasudhaiva Kutumbakam atau bergotong-royong. Rampungnya pembangunan Pura Pasek Agung Tegal ini, juga diharapkan akan dapat menjadi momentum bagi krama dan seluruh pengempon, untuk selalu menjaga keharmonisan sebagai implementasi Tri Hita Karana yang tegak lurus dengan semangat Vasudhaiva Kutumbakam" ungkap Wawali Arya Wibawa. 

Pada kesempatan yang sama, Bupati Badung, Giri Prasta mengemukakan, pelestarian adat, agama, tradisi, seni dan budaya, adalah pondasi kehidupan yang musti dijalankan untuk menjadikan kehidupan menjadi tertata.

"Karena jika semeton semua memiliki adat yang kuat berarti memiliki kehidupan yang kuat juga. Jika memiliki agama akan mendapatkan kehidupan yang tertata, jika memiliki seni akan mendapatkan kehidupan yang indah, dan jika memiliki tradisi dan budaya akan memiliki jati diri maka dari itu diharapkan semua ini dapat dilestarikan," ucap Bupati Badung Giri Prasta.

Sementara itu, perwakilan panitia, Wayan Sudarta menjelaskan upacara Mecaru dan Pemlaspasan Pura Pasek Agung Tegal ini, dipuput oleh Ida Pandita Mpu Daksa Merta Yoga Griya Agung Beraban, Ida Pandita Mpu Dhaksa Pramangga Yoga Griya Agung Tasik dan Ida Pandita Mpu Griya Kroya Sumerta. 

"Dapat kami Informasikan pula bahwa pangempon Pura Pasek Agung Tegal  ini berasal dari 58 Dadia Alit yang tersebar hampir di seluruh wilayah di pulau Bali. Semoga dengan rampungnya pembangunan Pura Pasek Agung Tegal ini dapat menaikkan nilai spiritual masyarakat dan seluruh Pangempon Pura kami serta meningkatkan Sradha Bhakti terhadap Ida Shang Hyang Widhi Wasa, Betara di Kawitan dan leluluhur kami sehingga dapat dituangkan dalam mendukung pemerintah Kota Denpasar menjalankan roda pemerintahan yang baik" ungkapnya. [r3]

Jumat, 23 Februari 2024

Upacara Pemelaspasan Tembok Penyengker Merajan Ageng Jero Beng Tabanan


Tabanan , Bali Kini 
- Wujud sinergi pemerintah dengan masyarakat, Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE, MM, dalam hal ini diwakili Sekda I Gede Susila, menghadiri Upacara Pemelaspasan Tembok Penyengker Merajan Ageng Jero Beng Tabanan, Banjar Lebah, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kamis, (22/2). 

Kegiatan tersebut juga turut dihadiri oleh salah satu anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Inspektur dan Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan, Camat dan unsur Forkopimcam Tabanan, Perbekel, Bendesa Adat, Penglingsir Puri serta undangan terkait lainnya. [rls]

Rabu, 21 Februari 2024

Bupati Tabanan Pimpin Parade Nusantara Festival Imlek dan Cap Go Meh Tahun 2575 Ribuan Masyarakat Ramaikan Jalanan di Tabanan


Tabanan ,Bali Kini
– Keunikan Parade Nusantara Festival dalam merayakan Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh Tahun 2575 mendapat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat Tabanan. Kegiatan yang melibatkan berbagai suku dan etnis di Kabupaten Tabanan tersebut, dipimpin langsung oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya.,S.E.,M.M, didampingi oleh seluruh jajaran OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan, berlangsung meriah dan penuh suka cita, Minggu, (18/2). 


Saat itu iringan parade dimulai dari Vihara Dharma Chattra, dipandu oleh pemeran tokoh Guru Tong Sam Cong dan muridnya Sun Go Kong, Cu Pat Kai dan Sha Wu Ching, menuju Jalan Gajah Mada dan diakhiri di Taman Bung Karno Tabanan. Nampak iringan barisan yang terdiri dari Bupati Tabanan, Wakil Bupati Tabanan dan Istri, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan diwakili salah satu anggota, Tjokorda Anglurah Tabanan, jajaran Forkopimda, Sekda, para Asisten dan Kepala OPD serta Camat se-Kabupaten Tabanan, Dewan Pakar INTI Bali beserta para pengurus, Tokoh-tokoh masyarakat hingga para ASN, mengikuti parade dengan antusias. 


Perayaan Tahun Baru Imlek ini, diharapkan mampu menjadi tonggak sejarah baru bagi generasi ke depan, meskipun parade khusus ini baru pertama kalinya dilakukan di Provinsi Bali. Namun, kontribusi dan solidaritas dari seluruh Pejabat Daerah dan masyarakat turut larut dan meliang-liang bersama. Spirit Baru dan Bhinneka Tunggal Ika ini, menjadi representasi dari Pemerintah Daerah dalam menempatkan semua nilai budaya dari berbagai etnis yang selaras dengan kehidupan sosial masyarakat yang ditempatkan pada posisi yang terhormat. 


“Kita bisa lihat pada hari ini, semua saudara kita Tionghoa terlihat tersenyum dan tertawa gembira bisa merayakan hari raya dengan penuh suka cita. Demikian juga nantinya jika ada perayaan budaya dari etnis maupun komunitas lainnya, kami tentunya akan sangat terbuka. Sungguh sangat luar biasa," ucap orang nomor satu di Tabanan sore itu. Bagi Sanjaya, spirit yang dibangun oleh Pemerintah Daerah di Era Jaya-Wira ini adalah spirit penghargaan terhadap keberagaman, dimana perbedaan yang dimiliki adalah sebuah berkah, keberagaman dan keniscayaan. 


Untuk itu, pimpinan kebanggaan Tabanan tersebut, mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat selalu membangun kesadaran kemanusiaan. Tinggalkan pikiran-pikiran sempit berbasis etnis, suku dan agama, selagi lahir dan hidup di tanah Tabanan. Ditegaskannya semua adalah saudara, Vasudeva Kutumbakam. Sejarah juga telah mencatat dengan begitu apik, terkait akulturasi budaya dan kekerabatan orang Tionghoa dengan orang Bali sebagai bukti bahwa kita semua ini pada dasarnya adalah bersaudara dan harus selalu harmonis. 


“Ayo jadikan kota Tabanan adalah rumah besar kita, bangun rumah ini dengan pondasi kebersamaan dan spirit jele melah, nyame gelah. Di mana kaki dipijak, di situ langit dijunjung, di manapun kita, harus kita bersatu padu membangun Tabanan yang kita cintai,” sebutnya penuh semangat. Dengan harapan keberlangsungan acara yang digelar saat ini dapat berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Sanjaya juga berpesan agar kegiatan serupa kedepannya bisa menjadi ikon serta wadah berkreasi bagi semua komponen masyarakat, khususnya di Tabanan. 


Meriahnya parade yang dimulai sore hari itu, dipandu oleh murid-murid Tong Sam Cong, dihiasi dengan berbagai iringan drumband, barisan dewi, penari sugriwa, barongsai dan Naga/liong, barong bangkung, pertunjukkan wushu, pasukan tombak, parade cece dan koko, adrah, parade cheongsam, hingga kuda lumping. Ragam hiburan juga tak kalah ramai menghiasi seperti kolaborasi pertunjukkan barongsai, barong bangkung, kuda lumping dan tombak heidung/sumba, penampilan angklung, tari toraroret, tari dinding pemisah, adrah, wushu genta dewata, pertunjukkan lagu solo, line dance, pertunjukkan mandolin, lagu mandarin hingga tarian kreasi Bali. Tak ketinggalan, festival juga dilengkapi dengan hidangan lontong Cap Go Meh sebanyak 2000 porsi yang melambangkan kebersamaan.


Di kesempatan itu, Ferijanto Chonie selaku Ketua Indonesia Tionghoa (INTI) PC Tabanan menyampaikan apresiasinya atas dukungan dan support yang terus diberikan Pemerintah dalam hal ini Bupati Tabanan dalam pelaksanaan kegiatan. Rangkaian acara diisi dengan parade budaya di sekitaran Kota Tabanan, dan dilanjutkan dengan acara kesenian serta pembagian lontong Cap Go Meh kepada para undangan, dimana Bupati, Wakil Bupati nampak sangat menikmati hidangan. Pihaknya juga berharap, kegiatan ini bisa terus berlangsung di waktu mendatang. 


“Rasa bangga dan terharu warga Tionghoa pada hari yang bersejarah ini bisa melaksanakan festival Imlek dan Cap Go Meh untuk pertama kalinya di Kota Tabanan. Berkat dukungan Pemerintah Daerah dan jajaran serta seluruh masyarakat yang cinta damai. Mimpi kami mengadakan acara ini bisa terlaksana dengan baik dan rahayu, luar biasa. Ribuan lampion yang berwarna merah menghiasi kota Tabanan, mencerminkan penerangan, keindahan, kemakmuran dan kebahagian. Demikian juga pintu gerbang yang berdiri kokoh menyambut warga Tabanan menuju kemakmuran," imbuh Ferijanto Chonie.[rls]

Selasa, 20 Februari 2024

Walikota Jaya Negara Hadiri Karya Melaspas Pura Bale Agung Desa Adat Kesiman.

 


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri Karya Melaspas, Mendem Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana di Pura Bale Agung, Desa Adat Kesiman, Saniscara Wage Wuku Julungwangi, Sabtu (17/2).


Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Karya Melaspas, Mendem Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana di Pura Bale Agung, Desa Adat Kesiman, Saniscara Wage Wuku Julungwangi, Sabtu (17/2). Upacara tersebut dilaksanakan setelah proses renovasi bangunan tuntas dilaksanakan. 


Hadir dalam kesempatan tersebut Panglingsir Puri Kesiman, Panglingsir Puri Pemayun Kesiman, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Anggota DPRD Kota Denpasar, I Wayan Warka, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, Kapolsek Denpasar Timur, Danramil serta undangan lainya. 


Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna menjelaskan Karya Melaspas, Mendem Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana ini dilaksanakan setelah renovasi rampung dikerjakan. Adapun beberapa bangunan yang turut direnovasi yakni Bale Agung, Bale Gong, Tembok Penyengker, Gedong Simpen, Gedong Sri Sedana dan Pengulun Desa. 


Dikatakannya, adapun anggaran yang diperlukan untuk melakaanakan renovasi ini sebesar Rp. 2,3 Miliar yang bersumber dari Kas Desa Adat Kesiman serta punia. Pihaknya berharap, dengan rampungnya pembangunan ini dapat mendukung dan menguatkan keberadaan tempat suci umat Hindu. 


"Kami menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembangunan ini, semoga keseimbangan alam semesta dapat terus kita jaga sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana," ujarnya


Walikota Denpasat, I Gusti Ngurah Jaya Negara memberikan apresiasi atas kerja keras dan gotong royong seluruh lapisan masyarakat Desa Adat Kesiman dalam mendukung pembangunan parahyangan suci. Hal ini tentu sejalan dengan visi Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju berlandaskan sepirit Vasudhaiva Kutumbakam yang bermakna menyama braya bahwa kita semua bersaudara. 


Dikatakannya, Upacara Melaspas, Mendem Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana merupakan tahapan yang harus dilaksanakan. Sehingga bangunan suci dapat digunakan untuk kegiatan upacara. Hal ini juga merupakan wujud sradha bhakti krama Desa Adat Kesiman kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Hal ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. 


"Dengan pelaksanaan Karya Melaspas, Mendem Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana ini mari kita tingkatkan  sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana," ujar Jaya Negara. (Ags/r).


Senin, 19 Februari 2024

Sebanyak 12 Ogoh-ogoh Terbaik Kota Denpasar Tahun 2024 Diumumkan


Ket foto : Beberapa nominasi ogoh-ogoh di Kota Denpasar Tahun 2024.

Denpasar, Bali Kini - Setalah melalui proses penilaian di tempat selama dua hari pada 17-18 Februari lalu, Lomba Ogoh-Ogoh Kota Denpsar Tahun 2024 akhirnya menetapkan pemanang. Dimana, terdapat 12 pemenang yang merupakan tiga besar terbaik dari masing-masing kecamatan se-Kota Denpasar. Nantinya, 12 ogoh-ogoh yang lolos ini akan diparadekan serangkaian pelaksanaan Kesanga Festival pada 1–3 Maret mendatang. 


Pengumuman yang tertuang dalam berita acara yang ditandangani seluruh Tim Juri dan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar ini diumumkan secara resmi pada Minggu (18/2) malam. Dimana, untuk wilayah Denpasar Selatan, ST. Dharma Subiksa, Br. Sasih Panjer keluar sebagai Nominasi I dengan nilai 279, disusul ST. Sukerela, Br, Kepisah Pedungan sebagai Nominasi II dengan nilai 268 dan Nominiasi III diraih ST. Canti Graha, Br. Tengah, Desa Sesetan dengan nilai 265. 


Selanjutnya untuk Kecamatan Denpasar Barat, Nominasi I diraih ST. Yowana Sawitra, Br. Abinatimbul dengan nilai 276, disusul ST. Wira Dharma, Br. Sumuh sebagai Nominasi II dengan nilai 271 dan Nominasi III diraih ST. Sekar Tirta Yowana, Br. Sapta Bumi dengan nilai 266.  Untuk Kecamatan Denpasar Utara, Nominiasi I diraih ST. Cantika, Br. Sedana Mertha dengan nilai 290, sebagai Nominiasi II diraih ST. Werdhi Sesana, Br. Tega dengan nilai 285 dan Nominasi III diraih ST. Eka Pramana, Br.Mertha Rauh dengan nilai 272. 


Sedangkan untuk Kecamatan Denpasar Timur, Nominiasi I diraih ST. Santhi Yowana, Br. Yangbatu Kangin dengan nilai 274, disusul ST. Yowana Werdhi sebagai Nominasi II dengan nilai 264 dan Nominiasi III diraih ST. Mekar Sari, Br. Kesambi dengan nilai 257. 


Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara saat dikonfirmasi Senin (19/2), mengatakan penilaian lomba di tingkat kecamatan telah usai dilaksanakan. Dalam penilaian ini akan dicari sebanyak tiga ogoh-ogoh terbaik di masing-masing kecamatan. Nantinya 3 ogoh-ogoh terbaik di tiap-tiap kecamatan akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp 30 juta. 


Tak hanya itu, dalam pembuatan ogoh-ogoh tahun 2024 ini, Pemkot Denpasar memberikan insentif kepada sekaa teruna. Pemkot menggelontorkan anggaran sebesar Rp 3,6 miliar khusus untuk pembuatan ogoh-ogoh dalam rangka Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946. 


Jumlah tersebut diperuntukkan bagi 360 sekaa teruna (ST) di Kota Denpasar sebagai bentuk pelestarian seni dan budaya Bali. Dimana, masing-masing ST mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp 10 juta.


“Total 12 ogoh-ogoh terbaik dari empat kecamatan sudah ditetapkan, dimana 12 pemenang tersebut akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp 30 juta, dan nantinya diparadekan di kawasan Catur Muka Denpasar serangkaian Kesanga Festival 2024,” ujarnya


Selain itu, lanjut Raka Purwantara, Kasanga Festival Tahun 2024 akan digelar selama tiga hari pada 1–3 Maret 2024. Dimana, selain 12 ogoh-ogoh terbaik STTT juga dimeriahkan dengan lomba ogoh-ogoh mini, lomba sketsa ogoh-ogoh, dan lomba baleganjur ngarap. 


“Kami ucapkan selamat bagi seluruh karya STT yang sudah masuk nominasi, selanjutnya persiapkan diri menuju Kesanga Festival Tahun 2024, bagi yang belum masuk nominasi, tetap berkarya dan semangat,” ujarnya. (Ags/R). 

Rabu, 14 Februari 2024

Pernak Pernik TPS dari Nuansa Valentine Hingga KPPS Busana Pragina


Denpasar , Bali Kini -
Banyak cerita menarik dalam pemilihan suara rakyat di Pemilu 2024 ini. Dari Tempat Pemilihan Suara (TPS) dipoles nuansa Valentine hingga ada juga yang Petugas KPPS gunakan  pakaian Pragina.

Hal itu dilakukan selain menarik simpati kegembiraan dalam menyambut Pemilu yang damai juga penuh kasih sebagaimana pemilihan yang bertepatan dengan hari Valentine.

TPS bernuansa Valentine terjadi di TPS 026 Banjar Tunjung Sari Desa Pegunungan Kangin Denpasar Utara. Uniknya di TPS ini penuh nuansa merah muda yang dihiasi balon dan bunga. Bahkan para petugasnya lebih ditonjolkan wanita.

Ditempat terpisah, Petugas KPPS gunakan pakaian Pragina Arja Cupak yang merupakan legenda yg melekat di wilayah Penarungan Banjar Blungbang, Badung.

"Kita inginkan agar masrakat tidak jenuh dalam mengantre. Selain itu, menarik warga agar berbondong bondong datang ke TPS untuk menentukan hak suaranya," ujar salah satu petugas di TPS Penarungan Banjar Blungbang, Badung.[rl/r5]

Selasa, 13 Februari 2024

Surat Suara Pemilu Rusak dan Lebih Dimusnahkan


Denpasar , Bali Kini 
- Adanya kelebihan surat suara Pemilu 2024, langsung dimusnahkan dengan cara di bakar. Pemusnahan ini dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Denpasar, Selasa (13/02) di GOR Kompyang Sujana, Jalan Gunung Agung Denpasar. 

Pemusnahan surat suara ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk mencegah potensi penyalahgunaan surat suara yang tidak terpakai dan mengurangi risiko kerawanan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum 2024.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua KPU Kota Denpasar, Dewa Ayu Sekar Anggraeni, serta perwakilan dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Denpasar, Ibu Eka, beserta anggota KPU Kota Denpasar lainnya.

Ketua KPU Kota Denpasar menyampaikan bahwa pemusnahan dilakukan terhadap 5 jenis surat suara yang tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan, seperti bercak noda besar, robek, atau kesalahan cetak pada tintanya. 

Jumlah surat suara yang dimusnahkan mencapai 15.085 lembar, meliputi surat suara Presiden dan Wakil Presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi Bali, serta surat suara DPRD Kota Denpasar.

Disisi lain, Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi, menegaskan bahwa pemusnahan ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga integritas dan keamanan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum, serta memastikan bahwa surat suara yang digunakan adalah yang sah dan tidak terdapat kecacatan.[rl/3]

Minggu, 11 Februari 2024

Barongsai Hebohkan Airport Ngurah Rai


Mangupura , Bali Kini
–  Tabuhan genderang menderu dengan ramai di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sejak kemarin hingga Minggu (11/02). Sementara tarian barongsai yang meliuk lincah, menghibur di area ruang tunggu keberangkatan terminal domestik. 

Penumpang pun dengan antusias antre untuk berfoto bersama sejumlah penari dalam memeriahkan tahun baru Imlek 2575, di tahun Naga  ini.

“Kami berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pengguna jasa bandara. Dimana setiap momen hari raya dan hari besar di Indonesia maupun internasional kami menyelenggarakan thematic event untuk meningkatkan passenger experience serta revenue bandara,” ujar General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Handy Heryudhitiawan.

Lanjutnya, dengan bertambahnya penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, tentu hal ini membuka peluang untuk meningkatkan penjualan di bandara. 

"Selain itu, kami juga menghiasi bandara dengan lampion dan figur naga yang menarik untuk dijadikan spot untuk berfoto oleh seluruh pengguna jasa bandara,” lanjut Handy.

Di momen Imlek ini, pihaknya menggelar loyalty program yakni Eat, Shop, Fly. “Dengan berbelanja di bandara, maka para pengguna jasa dapat menukarkan struk belanjanya dengan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah menarik,” jelasnya.

Disampaikan pula pada masa libur panjang Isra Mikraj dan Hari Raya Imlek tanggal 8 – 10 Februari 2024 Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai telah melayani sebanyak 192.284 penumpang baik domestik maupun internasional dengan masa puncak pergerakan penumpang yaitu pada tanggal 8 Februari dengan pelayanan kepada 68.408 penumpang.[jr/r5]

Lestarikan Bahasa Bali Sebagai Bahasa Ibu,


Denpasar, Bali Kini
- Desa Sidakarya kembali menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali VI Warsa 2024, yang telah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian bahasa Bali sebagai bahasa ibu ini, dilaksanakan di desa setempat, pada Sabtu (10/2). 


Lebih dari ini 30 orang peserta dari berbagai tingkatan, mulai dari anak-anak SD, Sekaa Teruna hingga ibu-ibu anggota PKK, mengikuti kegiatan ini. 

Adapun jenis lomba yang diadakan meliputi Nyurat Aksara Bali untuk tingkat SD, Ngwacen Bahasa Bali bagi peserta Sekaa Teruna,  dan Masatua Bahasa Bali yang diikuti oleh para ibu anggota PKK. 


Perbekel Desa Sidakarya, I Wayan Madrayasa saat diwawancara mengatakan, sebagai sebuah 

upaya untuk menjaga kelestarian bahasa Bali di tengah arus modernisasi, penyelenggaraan berbagai event dalam Bulan Bahasa Bali dapat selalu mengundang antusiasme warga untuk mengikutinya terutama para generasi muda. 


"Bahasa Bali adalah identitas dan ciri khas budaya Bali yang perlu dilestarikan. Melalui kegiatan ini, kami ingin menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bahasa Bali dan mendorong mereka untuk menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari," ujar Madrayasa. 



Ia juga menambahkan, Bulan Bahasa Bali juga ditujukan untuk semakin  mengajegkan budaya Bali pada era baru, yang penuh dengan perubahan. 


"Pada masa digital ini, banyak generasi muda yang mengenal budaya luar dan mulai lupa dengan budaya Bali. Maka, penting bagi kita untuk dapat selalu berusaha melestarikan budaya Bali, termasuk di dalamnya bahasa Bali," tuturnya lagi. 



Melihat animo warga dalam mengikuti kegiatan Bulan Bahasa Bali VI ini, Madrayasa memberikan apresiasi dan berharap kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan tetap dapat diselenggarakan di tahun-tahun berikutnya lagi. (HumasDps/Win)

Kamis, 08 Februari 2024

Jajaran WHDI Kota Denpasar Dharma Yatra ke Pura Ponjok Batu, Kabupaten Buleleng


Buleleng, , Bali Kini -
Ketua Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara bersama jajaran pengurus organisasi tersebut, Denpasar melakukan Dharma Yatra ke Kabupaten Buleleng pada Kamis (8/2) pagi. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) WHDI Kota Denpasar yang jatuh pada 12 Februari 2024 mendatang. 


Adapun lokasi persembahyangan yang dikunjungi adalah Pura Puncak Penulisan Kintamani, dan juga Pura Ponjok Batu Buleleng. Rangkaian perjalanan ini sendiri merupakan salah satu program kerja WHDI Kota Denpasar di tahun 2024, setelah sebelumnya telah dilaksanakan Dharmayatra di Pura Tegeh Kahuripan (Pura Puncak Penulisan) Kintamani, Batur. 


Pemilihan Pura Ponjok Batu sebagai tujuan kali ini didasarkan karena  lokasi ini memiliki keunikan tersendiri,  yakni terdapat 5 sumber mata air di sepanjang pesisir pantai yang sering digunakan sebagai tempat melukat (penyucian diri) dan nunas tamba (meminta obat dan rejeki).


Di lokasi persembahyangan, Antari Jaya Negara mengungkapkan, kegiatan Dharmayatra ini merupakan wujud srada dan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Kegiatan Dharma Yatra kali ini selain laksanakan sebagai wujud srada dan bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan salah satu implementasi program kerja WHDI di bidang agama dan bidang kebudayaan di tahun 2024 ini," ujarnya. 


Sementara itu, Sekretaris WHDI Kota Denpasar, Luh Made Kusuma Dewi menuturkan kegiatan ini rutin dilakukan tiap tahunnya dengan melaksanakan Bakti Penganyar baik Pura yang berlokasi di dalam dan diluar daerah Bali.

"Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi, kita lakukan secara rutin ke beberapa lokasi pura baik di dalam daerah Bali maupun di luar daerah Bali.  Selain itu, kegiatan ini juga untuk meningkatkan solidaritas dan kekompakan diantara anggota WHDI Kota Denpasar dalam menjalankan program kerja di tahun 2024 ini," tuturnya (IND)

Tari Hyang Baka Geni Jadi Pembuka Tradisi Siat Api Selat Duda, Begini Maknanya


Karangasem, Bali Kini -
Tradisi Siat Api di Desa Duda Kecamatan Selat Karangasem kembali digelar, Kamis (8/2/2024).


Pagelaran Siat Api kali ini berbeda dengan sebelumnya, dimana pembukaan Siat Api menampilkan tarian Hyang Baka Geni. Menampilkan karakter Sang Hyang Agni yang memiliki makna api dan panas, dalam bentuk manifestasi dewa Brahma dikenal dengan kesaktiannya dapat membinasakan dan membasmi segala bentuk kejahatan yang mengotori bumi dengan api saktinya.

 

Komposer dari tarian ini ialah I Made Adyaksa Pramarta dan Wayan Suardana dengan koreografi I Wayan Arimbawa. Api yang diimplementasikan ke dalam Tari kreasi baru dengan karakter api yang berkobar menggambarkan semangat dan euforia tradisi Siat Api dengan properti kipas sebagai kobaran api dan gerak cekatan menggambarkan rasa semangat yang nantinya dapat memberikan aura positif dalam tradisi Aci Siat Api.


Kostum yang menawan didominasi dengan warga merah dan jingga serta rumbai yang erat kaitannya dengan simbolissasi api ini dibuat oleh Petak Sikap. Didukung dan dibawakan oleh  Seke Truna Yowana Sida Karya Banjar Adat Pegubugan.



Menurut Bendesa Adat Selat Duda, I Komang Sujana mengatakan jika makna dari tarian ini sendiri menceritakan bagaimana gambaran api yang ada didalam diri kita sendiri.


"Sejatinya kekuatan busuk yang besar itu ada di dalam diri. Nah inilah makna dari Siat Api ini bagaimana kita mengelola api yang ada dalam diri kita sendiri. Api mempunyai  ada dua sisi dimensi. Ketika kita mengelola api dengan baik maka energi yang positiflah yang kita masukkan ke dalam diri, sebaliknya jika salah mengelola api maka energinya menjadi negatif," katanya. Penampilan Tari Hyang Baka Geni dilanjutkan dengan aksi Siat Api.


Untuk diketahui, tradisi ini dilaksanakan serangkaian upacara Metabuhin di Pura Puseh/Bale Agung Desa Adat Duda yang merupakan awal dari digelarnya berbagai ritual yang dilaksanakan kerama desa Duda. Dilaksanakan di atas jembatan Tukad Sangsang yang melintasi wilayah Desa Adat Duda yang juga digunakan batas Desa dinas Duda dengan Desa dinas Duda Timur.


Pelaksanaannya biasa dilakukan 1 bulan sebelum perayaan Nyepi. Dimana pesertanya ialah para yowana yang berasal dari 2 kubu yakni kubu dari Barat Tukad Sangsang dan Timur Tukad Sangsang. Dengan berbekal senjata prakpak yang berjejer di lebuh paumahan kerama sehabis "metektek prus" yang digunakan untuk melakukan ritual "perang"/"siat" yakni untuk memukul lawan.


Meski mengalami luka, para peserta mengaku jika luka tersebut tidak akan bertahan lama. Menurut salah satu peserta yang mengalami luka bercak merah di dada, mengaku jika luka kecil tersebut akan hilang dengan sendirinya. "Tidak apa-apa bisa dinetralkan dengan Tirta, besok akan hilang dengan sendirinya," katanya.


Rangkaian awal dalam pelaksanaan Siat Api ini ialah melaksanakan upacara metabuhin yang bertujuan sebagai pembersihan secara niskala seluruh wilayah kekuwub Desa Adat Duda yang meliputi 27 banjar adat. Metabuhin ini diawali dengan petedunan Desa Pitulikur (27) untuk mempersiapkan sesajen termasuk salah satunya membuat olahan mangong sebagai salah satu sarana unik  dalam upacara ini. Olahan mangong ini khusus dibuat di sebuah bagunan saka pat suci di Jaba Sisi/teben yang dikenal dengan Bale Mangong.


 

Siat ini dilakukan minimal sebanyak tiga putaran dan diselingi dengan istirahat, putaran berikutnya kembali menari dan dilanjutkan saling menyerang dengan senjata prakpak dan diakhiri dengan sorak sorai kegembiraan dari kedua kubu yang disemangati dengan tabuh baleganjur. (Ami)

Minggu, 04 Februari 2024

Pengingat Peninggalan Cagar Budaya, 1110 Tahun Prasasti Blanjong Pemkot Denpasar Apresiasi Kegiatan "Jaya Stambha"


 Teks foto : Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana saat menghadiri kegiatan peringatan 1110 Tahun "Jaya Stambha" Blanjong, Minggu (4/2) di In situ Prasasti Blanjong dan Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.



Denpasar, Bali Kini - Pelaksanaan  peringatan 1110 Tahun "Jaya Stambha" Prasasti Blanjong   berlangsung, Minggu (4/2) di In situ (lokasi asli) Prasasti Blanjong dan Pura Dalem Blanjong, Banjar Blanjong,  Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.
Kegiatan "Jaya Stambha" Blanjong diapresiasi Pemkot Denpasar dalam gelaran berbagai agenda kegiatan untuk memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai salah satu cagar budaya di Kota Denpasar.
Hadir dalam kegiatan ini Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana mewakili Walikota Denpasar, Kadis Kebudayaan Denpasar, Raka Purwantara, dan Camat Denpasar Selatan, I Made Sumarsana. Hadir pula Perbekel Desa Sanur Kauh, Made Ada, 
Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana, dan Sinau Cagar Budaya (Sigarda), serta komunitas Legu Gondong.

"Kami memberikan apresiasi atas pelaksanaan peringatan 1110 ditancapkannya Prasasti Blanjong yang berlokasi di Blanjong, Sanur," ujar Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana yang ditemui disela-sela peninjauan kegiatan. 
Lebih lanjut Sekda Alit Wiradana menyampaikan Prasasti Blanjong merupakan bukti sejarah yang otentik tentang awal keberadaan kerajaan Bali kuno. 
Keberadaan cagar budaya memiliki peran penting dalam melestarikan identitas sejarah dan budaya suatu daerah. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat. Selain itu, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.
"Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari semua pihak termasuk komunitas Sigarda yang berperan dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang," ujarnya. 
Sementara Ketua Panitia,  Wayan Sila Sayana menyampaikan dari kegiatan yang bertajuk "Jaya Stambha" Blanjong sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur. "Dipilihnya tanggal peringatan kegiatan 1110 Tahun Prasasti Blanjong tidak terlepas dari tulisan tanggal Prasasti Blanjong yang menurut kalender Saka India, pada hari ketujuh dari setengah Bulan Phalguna dari Tahun Saka 835. Menurut perhitungan Louis-Charles Damais yang bertepatan dengan 4 Februari 914 Masehi," ujarnya. 
Lebih lanjut disampaikan, sebagai sebuah catatan sejarah kuno, Prasasti Blanjong sendiri tergolong unik, karena bertuliskan dua macam huruf yakni, huruf Pra-Nagari yang menggunakan Bahasa Bali Kuno, serta huruf Kawi dengan menggunakan Bahasa Sanskerta dan Bali Kuno, yang ditulis secara silang. Dalam Prasasti Blanjong disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali, yang dikeluarkan oleh Raja Bali Adipatih Sri Kesari Warmadewa, yang berstana di Singhadwara Pura. 
Dalam peringatan 1110 Tahun dalam gelaran kegiatan yang diisi dengan beberapa acara. Antara lain, pembacaan Kekawin "Wirama Sardula Wikridita", dan pementasan Tari Topeng Koreo Tunggal oleh Rumah Topeng Sanur, pimpinan Made Kara. Selain itu, juga diisi dengan diskusi bertajuk Singha Dwara Pura, sebuah kota pelabuhan yang hilang. 
"Sebagai sebuah catatan sejarah, yang usianya lebih dari seribu tahun, melalui peringatan ini kami ingin menyampaikan terutama kepada generasi muda agar ikut melestarikannya," ujarnya. (pur)

Sabtu, 03 Februari 2024

Pemkot Denpasar Gelar Persembahyangan dan Nguduh Sarwa Tumuwuh Peringati Hari Tumpek Wariga


 Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat mengikuti rangkaian Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh serta Penanaman Pohon dalam rangka memperingati Tumpek Wariga yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar pada Sabtu (3/2). 


Denpasar , Bali Kini - Tumpek Wariga atau yang dikenal dengan sebutan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh ini diperingati oleh Umat Hindu setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga. Pemerintah Kota Denpasar secara khusus melaksanakan Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh dan Penanaman Pohon dalam rangka memperingati Tumpek Wariga yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar pada Sabtu (3/2). 


Upacara tersebut dihadiri langsung Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Bapemperda DPRD Kota Denpasar, AA Putu Gede Wibawa, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka, Perwakilan Forkopimda Kota Denpasar serta pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar. 


Diiringi dengan suara kidung dan gender wayang, rangkaian Upacara peringatan Tumpek Wariga diawali dengan ngaturang upakara, dilanjutkan dengan ngelis dan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Putu Mas Sidemen, Griya Sari Sanur. Usai persembahyangan, Walikota Jaya Negara bersama jajaran turut melaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh dan Penanaman Pohon di area Pura Agung Lokanatha. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan persembahan bubuh lima jenis warna. 


Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubuh tersebut yakni pertama Bubur/bubuh beras putih dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian. Kedua yakni Bubur/bubuh beras merah dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan. Ketiga yakni Bubur/bubuh sumsum hijau (kayu sugih) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya. 


Selanjutnya keempat yakni Bubur/bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya. Dan kelima yakni Bubur/bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.


Dimana, Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa. "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged,". Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan nanti.


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, peringatan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di Kota Denpasar memang rutin dilaksanakan sebagaimana Hari Tumpek lainya. Meski demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Persembahyangan Bersama juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh bagi tumbuh-tumbuhan serta penanaman pohon. 


Lebih lanjut dijelaskan, saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan. Dimana, Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.


Jaya Negara menambahkan, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Sehingga, perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.


"Mari kita bersama, Umat Hindu dimanapun berada menjadikan Tumpek Wariga ini sebagai momentum untuk meningkatkan sradha bhakti, wujud syukur kepada alam semesta yang telah memberikan anugrah kekayaan alam, dengan menyucikan dan memuliakan tumbuh-tumbuhan yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia," ujar Jaya Negara. (Ags/H).

Wujud Terimakasih Terhadap Alam, Festival Tumpek Wariga Dibuka

 


Jembrana , Bali Kini  - Perayaan Tumpek Wariga Kabupaten Jembrana 2024 dipusatkan di Hutan Belajar Giri Amerta, Desa Yehembang Kauh, Kec. Mendoyo, Sabtu (3/2)

Mengusung Tema "Forest In Harmoni" perayaan Festival Tumpek Wariga dibuka secara langsung oleh Bupati I Nengah Tamba.

Tutut hadir dalam acara tersebut Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bali I Made Teja, Kelompok Tani Hutan Se-Jembrana dan masyarakat setempat.

Dalam sambutanya Bupati Tamba mengatakan peringatan tumpek wariga atau juga disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. 

"Pada hari ini kita sama-sama memperingati tumpek wariga memberikan rasa terima kasih kepada alam semesta utamanya tumbuh-tumbuhan yang memberikan sumber kehidupan kepada kita semua,” ujarnya

Lanjutnya, Tumpek wariga memberi makna untuk menjaga alam juga dikaitkan dengan leluhur terdahulu maka 25 hari lagi akan menyambut hari raya Galungan.

“25 hari lagi kita akan melaksanakan Hari Raya Galungan persembahan yang kita lakukan hari ini diharapkan seluruh pepohonan yang menghasilkan buah dapat berbuah lebat sehingga pada hari raya galungan itu buahnya bisa kita petik dan digunakan untuk sesajen,” ungkap Bupati Tamba.

Disisi lain,  Bupati Trenggalek  Mochamad Nur Arifin mengapresiasi  terselenggaranya Festival Tumpek Wariga yang dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah.

“Luar biasa Pak Bupati turun langsung memimpin masyarakatnya. Ini mempunyai filosofi yang sangat tinggi dimana inilah wujud nyata dalam kepedulian terhadap alam, kita sangat tergantung dengan alam maka kalau kita tidak baik dengan alam maka alam juga akan tidak baik dengan kita,” ucapnya

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Hutan Giri Amertha Gusti Made Loka Putra menjelaskan perayaan Festival Tumpek Warige di KPH Giri Amerta akan berlanjut setiap tahunya.

“sangat antusias dan sangat senang sekali kami disini menjadi tempat untuk perayaan tumpek wariga, tentu ini akan terus berlanjut seiring sejalan dengan agenda kita sabha wana kerthi Tujuannya untuk melestarikan hutan dan masyarakatnya sejahtera, ”pungkasnya.( Gusadi/hum )

Walikota Jaya Negara Hadiri Upacara Melaspas dan Mecaru Rsi Gana di Pura Pasek Wangaya Kaja.

 


Denpasar , Bali Kini - Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Upacara Melaspas dan Mecaru Rsi Gana di Pura Pasek Wangaya Kaja, Kecamatan Denpasar Utara bertepatan dengan Tumpek Landep, Sabtu (3/2). Upacara pemelaspas dan pecaruan ini dilaksanakan setelah pembangunan rampung dikerjakan. 


Hadir dalam kesempatan tersebut,  Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara dan  Camat Denpasar Utara I Wayan Yusswara. Diiringi suara gambelan dan kidung Bali, rangkaian acara berjalan khidmat. Turut dipentaskan topeng wali dan Topeng Sidakarya. 


Manggala Karya, Gede Yudarta mengatakan, upacara ini adalah untuk menjaga kesimbangan alam semesta beserta isinya. Hal ini juga untuk menetralisir aura negatif yang mengganggu kehidupan manusia, khususnya bagi pengempon di Pura Pasek Wangaya Kaja ini. 


"Harapan kami dapat mewujudkan kehidupan yang aman damai gemah ripah loh jinawi. Karya ini juga sebagai wujud syukur kepada sang pencipta atas anugrah yang diberikan," ujarnya


Lebih lanjut Yudarta menjelaskan, Pura Paswk Wangaya Kaja diempon sebanyak 111 KK terdiri dari Warga Banjar Kali Unggu, Kayumas dan Banjar Ambengan. Dimana, pembangunan Palinggih Ibu Pasek ini merupakan bantuan dari Pemerintah Kota Denpasar sebesar Rp 200 juta. Selain itu juga ada swadaya dari pengempon Pura dengan terkumpul sebanyak Rp 150 juta.


"Dengan bantuan dan swadaya masyarakat sehingga Pelinggih Ibu Pura Pasek Wangaya Kaja bisa direnovasi  dan sekarang dilaksanakan Upacara Melaspas dan pi puput oleh Ida Pedande Gerya Mas Balun ," ungkap Yudarta


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menyambut baik pelaksanaan karya ini. Hal ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat, khususnya pengempon Pura Pasek Wangaya Kaja. Sehingga sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, utamanya krama  menjadikan ini sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. 


Dengan pelaksanaan karya ini Jaya Negara berharap dapat meningkatkan sradha bhakti  sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana. 


"Malalui upacara diharapkan masyarakat maupun pengempon diberikan  kesejahteraan dan kerahayuan sesuai dengan sepirit Vasudhaiva Kutumbakam bahwa kita semua bersaudara," ujar Jaya Negara. (hayu) 

Rabu, 31 Januari 2024

Ny Candrawati Tamba Serahkan Punia Sembako Bagi Ratusan Pemangku se Jembrana


Jembrana , Bali Kini -
Sebagai bentuk tali kasih terhadap pemuka agama khususnya para pemangku, TP PKK Jembrana menyalurkan punia berupa sembako kepada ratusan pemangku khayangan tiga lan dang kahyangan se Kabupaten Jembrana.


Penyerahan punia paket sembako tersebut diawali di Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan yang diserahkan secara langsung oleh Ketua TP PKK Jembrana, Ny. Candrawati Tamba, Rabu (31/1). Untuk di Kecamatan Mendoyo terdapat 143 penerima dan Kecamatan Pekutatan sebanyak 76 penerima.


Seusai bertatap muka dengan para pemangku, Candrawati Tamba mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini sebagai wujud kepedulian kepada para pemangku yang ngayah di khayangan tiga lan dang kahyangan se Kecematan Mendoyo dan Pekutatan.


"Bantuan ini sebagai wujud perhatian kami kepada para pemangku yang telah menjalankan swadarma ngrastitiang jagat secara niskala. Jadi bantuan ini dalam rangka kepedulian sekaligus sebagai ucapan terima kasih kami kepada para pemangku kita yang sudah melaksanakan fungsi fungsi swadharmanya. Kita semua percaya dan yakin bahwa sekala dan niskala merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan," ungkapnya.


Disamping itu, Candrawati Tamba juga berharap kepada para pemangku senantiasa mendoakan pimpinan dalam hal ini Bupati Jembrana, dalam menjalankan roda pemerintahan di Kabupaten Jembrana. "Dalam mewujudkan Jembrana Emas 2026 tentu harus mendapat dukungan semua lapisan masyarakat Jembrana termasuk halnya dari para pemangku semua. Astungkara dengan dukungan tersebut cita-cita bersama bisa segera terealisasi  demi kesejahteraan masyarakat Jembrana," ucapnya.


Untuk di Kecamatan Jembrana jumlah penerima sebanyak 93 pemangku, Negara sebanyak 67 pemangku dan di Kecamatan Melaya sebanyak 101 orang pemangku. (Ari/Hum)

 

Selasa, 30 Januari 2024

Upacara Melaspas, Mecaru dan Mupuk Pedagingan Serangkaian Karya di Banjar Abian Kapas Tengah.


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa saat menghadiri Upacara Melaspas, Mecaru dan Mupuk Pedagingan serangkaian Karya Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, Pedudusan Alit, Caru Panca Kelud dan Nyurud Ayu Ring Parahyangan Banjar Abian Kapas Tengah, Desa Adat Sumerta, bertepatan dengan Rahina Anggara Umanis Wuku Wariga, Selasa (30/1). 


Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa menghadiri Upacara Melaspas, Mecaru dan Mupuk Pedagingan serangkaian Karya Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, Pedudusan Alit, Caru Panca Kelud dan Nyurud Ayu Ring Parahyangan Banjar Abian Kapas Tengah, Desa Adat Sumerta, bertepatan dengan Rahina Anggara Umanis Wuku Wariga, Selasa (30/1). Dalam kesempatan tersebut Walikota Jaya Negara turut Ngayah Mesolah Topeng Dalem Arsa Wijaya, sementara Wawali Arya Wibawa turut mendem pedagingan serta melaksanakan penandatanganan pasasti. 


Diiringi suara gambelan dan kidung, rangkaian upacara diawali dengan pementasan Rejang Sutri Witala, Rejang Napak Siti, dan Topeng Wali. Tampak hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Walikota Denpasar Periode Tahun 2008-2021, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Kadisbud Kota Denpasar, Raka Purwantara, Camat Denpasar Timur, Ketut Sri Karyawati, tokoh masyarakat serta undangan lainya. Seluruh rangkaian upacara diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dipuput oleh Ida Pedanda Gria Taman Paang, Penatih. 


Manggala Karya, I Made Tirana menjelaskan, pelaksanaan karya ini  bertujuan untuk menjaga kesimbangan alam semesta beserta isinya. Hal ini juga untuk menetralisir aura negatif yang mengganggu kehidupan manusia, khususnya krama Banjar Abian Kapas Tengah. Sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang aman damai gemah ripah loh jinawi. Karya ini juga sebagai wujud syukur kepada sang pencipta atas anugrah yang diberikan. 


“Tujuanya tentu tidak lain adalah untuk menjaga kesimbangan alam semesta beserta isinya serta menghindari seluruh umat manusia dari marabahaya, serta sebagai wujud syukur untuk senantiasa diberikan tuntunan dalam melaksanakan tugas kewjiban,” ujarnya 


Adapun rangkaian karya telah dimulai sejak tanggal 6 Januari lalu dengan mapekeling karya dan nyukat genah karya. Dilanjutkan dengan Upacara Ngingsah pada 26 Januari lalu. Dan pada hari ini dilaksanakan Upacara Melaspas, Mecaru dan Mupuk Pedagingan. Untuk Puncak Karya akan berlangsung bertepatan dengan Tumpek Landep, 3 Februari mendatang. Selanjutnya dilaksanakan Nyurud Ayu atau Metatah pada keesokan harinya pada 4 Februari. Sedangkan nyegara gunung akan dilaksanakan pada 9 Februari mendatang. 


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara didampingi Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa menyambut baik pelaksanaan karya ini. Hal ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat, khususnya krama Banjar Abian Kapas Tengah untuk selalu eling. Sehingga sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat, utamanya krama banjar menjadikan ini sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. 


"Dengan pelaksanaan karya ini mari kita tingkatkan sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana, dengan harapan dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, segilik, saguluk, salunglung subayantaka sesuai dengan sepirit Vasudhaiva Kutumbakam bahwa kita semua bersaudara," ujar Jaya Negara. (AGs/Hum) 

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved