-->

Senin, 26 Oktober 2020

PKM Pengrajin Limbah Alam di Desa Dajan Peken Tabanan

Oleh ; L.P.I. Harini , W.N. Septiadi , dan Irdhawati 

Tabanan, Balikini.net - Produk kerajinan yang sering dijumpai pada kehidupan masyarakat Bali dikenal unik dan memiliki prospek yang menjanjikan. Hal ini pula yang kini dilakukan oleh Kelompok UMKM Sraya Bali Craft.


Sebagai mitra, UMKM ini memiliki keunikan dalam membuat kerajinan yaitu dari bahan baku limbah alam. Namun masih banyak kendala yang dihadapi kelompok ini dalam proses produksinya diantaranya adalah cara produksi masih tradisional dan sederhana, kurang tersedianya bahan baku alternatif, kurangnya pengetahuan terkait pengawetan limbah alam, manajemen pengelolaan  usaha belum optimal dan kesulitan pemasaran produk. 

Berdasarkan permasalah yang dihadapi mitra, terdapat tiga aspek permasalahan yang harus ditangani meliputi aspek produksi, manajemen usaha dan pemasaran. Adapun solusi yang ditawarkan melalui program ini diantaranya adalah peningkatan fasilitas produksi, diversifikasi desain produk yang telah ada dengan ide product bundling melaui pelatihan keterampilan suspeso transferent dan tata cara pengawetan limbah alam.

Serta pelatihan digital marketing untuk penjualan dan promosi produk. Dengan mengikuti kegiatan PKM ini mitra dapat meningkatkan kuantitas dan kwalitas produksinya. Mitra juga dapat memperbanyak ragam produk yang dihasilkan setelah diberikan pelatihan. 

"Peningkatan omzet pada mitra masih belum tercapai, akan tetapi mitra sudah merasa terbantu, karena dengan adanya kegiatan ini mitra dapat memproduksi kerajinan lain yang laku terjual walaupun di masa pandemi," ungkapnya.

Kata kunci : craft, limbah alam, pengrajin, suspeso transferent, UMKM.

Produk kerajinan sangat sering dijumpai pada kehidupan masyarakat di Pulau Bali. Produk kerajinan dari Bali sebenarnya memiliki prospek yang menjanjikan. Pemanfaatan bahan baku lokal dan motif yang khas menambah keunikan produk kerajinan Bali. 

Sayangnya, keunggulan tersebut juga menghadapi beberapa kendala. Melonjaknya jumlah pelaku industri kerajinan dan persaingan yang datang dari luar negeri tentunya mengakibatkan persaingan pasar semakin ketat. 

Untuk mengatasi hal tersebut pengrajin harus terus berupaya untuk melakukan inovasi demi menjaga keunikan dan kualitas kerajinan yang mereka produksi. Diperlukan ide kreatif yang lain dari pada yang lain sehingga dapat dihasilkan produk kerajinan yang unik, menarik dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 

Sraya Bali Craft yang nerupakan mitra dari kegiatan PKM ini adalah salah satu kelompok pengrajin yang dapat dibilang agak unik di Bali. Kelompok pengrajin ini memanfaatkan limbah batok kelapa yang banyak disekitar mereka menjadi barang yang bernilai ekonomi. 

Kemudian dibuatlah batok kelapa tersebut menjadi produk mangkok, gelas, dan hiasan meja. Karena direspon baik di masyarakat akhirnya kelompok ini berusaha terus mencari alternatif lain dalam berkreatifitas dengan memutuskan memilih ide kreatif dengan membuat kerajinan dari bahan baku limbah alam atau sampah. 

Alasannya selain menguntungkan juga dapat ikut mendukung program pemerintah provinsi Bali yaitu mengatasi masalah lingkungan dengan memberdayakan bahan limbah dan sampah. 

Adapun bahan baku yang digunakan dalam berproduksi diantaranya limbah kayu, limbah pohon kelapa (meliputi kulit pohon, akar, tempurung, sabut kelapa, dan pelepah), bulu ayam, batuan, biji-bijian yang bisa diawetkan, bubuk sisa las dan masih banyak yang lain. Bahan-bahan ini diolah dan diproduksi menjadi lampu tidur dan lampu hias dari batok kelapa dan kayu. Karena berupa hasil kerajinan tangan, setiap produksi yang dihasilkan bersifat unik, dengan kata lain sulit membuat produk yang persis sama. Walaupun telah menghasilkan dan menjual berbagai macam produk.


Akan tetapi masih banyak kendala yang dihadapi oleh Kelompok Sraya Bali Craft diantaranya adalah: 

1. Cara produksi yang kelompok ini lakukan masih sangat tradisional dan sederhana sehingga rata-rata diperlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembuatan produk.

2. Walaupun permintaan produksi untuk patung, bonsai dan lampu hias ada akan tetapi sulit diterima mengingat keterbatasan bahan baku berupa bulu, batuan, biji-bijian dan bubuk las yang sulit di dapat. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif bahan baku baru yang bisa menggantikan fungsi bahan baku sebelumnya.

3. Kurangnya pengetahuan terkait pengawetan limbah alam agar bisa digunakan sebagai bahan baku, 4. Belum adanya manajemen pengelolaan usaha kelompok yang rapi, 5. Kesulitan pemasaran produk. Kelompok ini memasarkan produknya dari mulut ke mulut serta rutin mengikuti pameran akan tetapi hasilnya belum maksimal. 

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat tiga aspek permasalahan yang dihadapi mitra yaitu aspek produksi, manajemen usaha dan aspek pemasaran. Secara umum kegiatan PKM  ini bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM Sraya Bali Craft dalam menjalankan dan mengelola usaha mereka dengan memberikan edukasi kepada mitra. 

Adapun sasaran dari kegiatan PKM ini adalah modernisasi alat produksi, diversifikasi design produk, serta peningkatan keterampilan kelompok Sraya Bali Craft sebagai UMKM kerajinan limbah alam menggunakan teknik sosspeso transferent yang didukung dengan digital marketing. 

"Dengan kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat menjadikan Sraya Bli Craft sebagai UMKM yang lebih madiri dalam mengelola usaha kerajinannya, lebih modern dalam melakukan produksi dan lebih produktif secara ekonomi," ulasnya.

Mengenai metode pelaksanaan, secara garis besar ada tiga aspek permasalahan yang akan ditangani dalam kegiatan PKM yang diusulkan ini yaitu aspek produksi, aspek manajemen usaha dan aspek pemasaran. 

Metode pelaksanaan yang dilaksanakan dalam kegiatan program kegiatan masyarakat ini dirancang berdasarkan prioritas kebutuhan yang telah disepakati dengan mitra. 

Sebelum diulas tentang metode pelaksanaan yang telah dilakukan sampai di buatnya laporan kemajuan ini terlebih dahulu akan diberikan terlebih dahulu solusi yang ditawarkan melalui program kemitraan masyarakat ini berdasarkan prioritas kebutuhan adalah sebagai berikut: 

1. Fasilitas Produksi. Peningkatan fasilitas produksi diperlukan oleh mitra meliputi pengadaan alat produksi berupa mesin produksi dan rak kaca untuk menyimpan dan penataan hasil produksi. Selain itu dilakukan pelatihan dalam penggunaan fasilitas produksi

2. Diversifikasi Desain Produk. Penambahan jenis produk dan diversifikasi desain produk yang telah ada dengan ide product bundling akan menambah keragaman produk dan kualitas produk sehingga diharapkan menambah daya saing produk. Untuk mendukung ide ini akan diberikan keterampilan suspeso transferent dan tata cara pengawetan limbah alam kepada mitra 

3. Manajemen Usaha. Pembenahan pembukuan meliputi aspek daftar inventaris, neraca awal, buku harian, buku pembelian, buku penjualan, buku persediaan barang, menghitung laba rugi, membuat neraca akhir serta mampu menghitung harga pokok produksi per unit produk untuk tiap-tiap jenis produk yang diproduksi baik berdasarkan pesanan maupun produk lainnya.

4. Pemasaran Perluasan jaringan pemasaran baik lokal, nasional, maupun ekspor dengan penggunaan teknologi IT dalam bentuk web dan pelatihan digital marketing.

Mengacu pada solusi dan penanganan permasalahan PKM yang telah disepakati oleh tim pengabdi dan mitra maka metode pelaksanaan dan tahapan-tahapan pelaksanaan dan penerapan Iptek yang akan ditempuh dalam kegiatan PKM ini dilakukan dengan metode ceramah/penyuluhan, metode demonstrasi dan pelatihan. 

Kesepakatan awal pengabdian akan dilakukan dengan metode in house training akan tetapi dengan merebaknya pandemi Covid-19, terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaan pengabdian ini dan tentunya mengikuti aturan pemerintah terkait protokol kesehatan. 

Selain itu pada kegiatan PKM ini metode yang dilaksanakan oleh tim pelaksana adalah pemberdayaan masyarakat dengan pola pendekatan bottom up yang artinya di awal diberi contoh, dan jika dinilai sudah cukup terampil, maka mitra dapat dilepas sehingga dapat mandiri.

Mengenai hasil dan pembahasan,  

Tahapan yang telah dilaksanakan pada program pengabdian Program Kemitraan Masyarakat ini disesuaikan dengan apa yang telah disepakati bersama dengan mitra. 

Pada awal kegiatan tim pengabdi sudah sempat mengunjungi mitra dan membicarakan kembali kegiatan apa yang akan dilakukan. Akan tetapi karena Covid 19 merebak komunikasi antara pengabdi dan mitra dilanjutkan secara daring. 

Adapun kegiatan PKM yang telah dikakukan dengan mitra adalah sebagai berikut: 

1. Mendampingi mitra dalam pemilihan dan pembelian alat produksi yang lebih modern dan tepat guna yang akan dihibahkan sehingga mitra dapat membuat barang kerajinan yang lebih beragam dan lebih cepat. Pengabdi dan mitra bersama-sama merencanakan dan membeli alat produksi agar sesuai dengan kebutuhan mitra.

2. Diskusi, pendampingan dan introduksi tentang pentingnya pengembangan/inovasi desain untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas suatu produk di tengah pandemi. Beberapa langkah yang dilakukan adalah merubah strategi produksi yaitu dengan merubah jenis produksi dari karya seni antik ke kerajinan bahan alam yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang terkait dengan keperluan upacara dan kebutuhan sehari-hari. 

Hal ini dilakukan agar hasil produksi laku di pasaran di masa pandemi. Selain pendampingan terkait produk yang dihasilkan, pengabdi juga mengadakan pendampingan tentang perlunya memikirkan perluasan bahan baku dan membangun jaringan suplier bahan baku yang lebih luas. Pada kegiatan awal ini mitra benar-benar aktif dalam program PKM yang dilaksanakan walaupun terkendala pandemi. 

Dampak Ekonomi dan Sosial yang dapat dilihat dari mitra setelah mengikuti kegiatan PKM ini diantaranya berupa peningkatan pada mitra terkait peningkatan kuantitas dan kwalitas produksi yang terjadi akibat dampak penggunaan alat produksi yang dihibahkan ke mitra. 

Beberapa alat dapat mempercepat proses produksi sehingga kuantitas produksi meningkat. Selain itu dari segi kwalitas akibat dari beraneka ragam alat produksi yang dimiliki, mitra dapat membuat kerajinan dengan lebih rapi.

Peningkatan omzet pada mitra masih belum tercapai. Hal ini terjadi akibat dampak pandemi Covid 19. Akan tetapi mitra sudah merasa terbantu, karena dengan kegiatan PKM dan pendampingan yang telah dilakukan oleh pengabdi, mitra dapat memproduksi kerajinan lain yang laku terjual walaupun di masa pandemi. 

Setelah mengikuti pelatihan dapat dilihat peningkatan mitra terkait modifkasi dan pengembangan produk. Selama kegiatan pengabdian yang sudah dilaksanakan mitra sangat aktif dalam kegiatan yang sudah di jadwalkan. 

Bahkan untuk beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Denpasar mitra sangat antusias. Koordinasi selama ini berjalan dengan baik walau hanya dengan daring. Kedepannya akan terus dilaksanakan evaluasi dan akan dilakukan pendampingan terkait produksi dan pemasaran sehingga bisa dilakukan evaluasi secara berkala terhadap kondisi UMKM Sraya Bali Craft. 

Melalui program ini diharapkan akan terbentuk kelompok UMKM yang unggul dari segi sumber daya manusia, mandiri dari segi manajerial serta pemasaran dan produknya dapat bersaing dan bersanding dengan produk sejenis yang sudah ada baik di dalam dan di luar negeri.

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kuantitas dan kwalitas produksi mitra. 

Dari pelatihan yang mitra peroleh, dapat memperbanyak ragam kerajinan atau produk yang dihasilkan. Peningkatan omzet pada mitra masih belum tercapai, akan tetapi mitra sudah merasa terbantu, karena dengan adanya kegiatan ini mitra dapat memproduksi kerajinan lain yang laku terjual walaupun di masa pandemi. 

Melalui kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan kelompok UMKM Sraya Bli Craft agar menjadi UMKM yang lebih madiri dalam mengelola usaha kerajinannya, lebih modern dalam melakukan produksi dan lebih produktif secara ekonomi.[r5]

Sabtu, 17 Oktober 2020

Kemenag Gelar Lomba Film Pendek Pemuda Hindu Berhadiah Total Rp50 Juta


Jakarta ,BaliKini.Net - 
Kementerian Agama melalui Ditjen Bimbingan Masyarakat Hindu menggelar Lomba Film Pendek  dengan tema Pemuda Hindu Bersatu Bangkit dan Berkarya. Lomba yang digelar dalam rangka Hari Sumpah Pemuda ini akan merebutkan hadiah total senilai 50 juta rupiah. 

Kita ketahui bersama, saat ini Pandemi Covid-19 tengah melanda dunia dan juga Indonesia. Ini tentu membawa dampak bagi banyak sektor kehidupan. Momen Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020 ini tentunya menjadi momen untuk bangkit dari segala keterpurukan akibat pandemi, tutur Dirjen Bimas Hindu Tri Handoko, Senin (1210). 

Pemuda Hindu harus mengambil peran untuk turut bersama-sama dengan Pemerintah agar dapat membangkitkan semangat menghadapi era norma baru saat ini,imbuhnya. 

Film, lanjut Tri Handoko, menjadi media komunikasi yang dipilih Ditjen Bimas Hindu untuk menyebarkan semangat kebangkitan ini. Kami berharap dengan film yang dibuat, pemuda-pemuda Hindu dapat menyebarkan dan menyerukan semangat yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan produktif masyarakat saat ini, harap Tri Handoko.  

Ia menambahkan, untuk lomba ini, masing-masing pemenang akan memperoleh hadiah sebagai  Juara Pertama  Rp 20 Juta , Juara Kedua  Rp 12 Juta , Juara Ke Tiga  Rp 10 Juta , Harapan Satu Rp 5 juta ,Harapan Dua Rp 3 juta .

 Info penting adapun syarat dan ketentuan lomba film pendek Bimas Hindu, sebagai berikut: 

1. Lomba Terbuka Untuk Pemuda Hindu Warga Negara Indonesia

2. Film Pendek dalam rangka sumpah pemuda dengan tema Pemuda Hindu Bersatu Bangkit dan Berkarya

3. Konten Film tidak mengandung unsur kekerasan, hal-hal negatif dan tidak melanggar hukumaturan yang berlaku

4. Peserta hanya mengirimkan 1 Vidio dengan sinopsis penjelasan film

5. Film yang dikirimkan merupakan karya asli pribadikelompok dan peserta wajib bertanggungjawab penuh terhadap karya yang dikirimkan

6. Film yang dikirim tidak pernah dipublikasikan sebelumnya

7. Film pendek menggunakan Bahasa Indonesia

8. Film yang dikirimkan menjadi milik panitia dan dapat secara bebas dalam rangka kegiatan dilingkungan Kementerian Agama dengan tetap mencantumkan nama kreatorpencipta

9. Peserta wajib memfollow  akun IG @bimashinduri dan merepost flyer lomba dengan menyertakan hastag #pemudahindubersatubangkitdanberkarya

10. Unggah Video melalui google drive dan kirim linktautan ke bimashindu@kemenag.go.id cc ditjenhindu@gmail.com dengan subjek Lomba Video Sumpah Pemuda Bimas Hindu

11. Video dikirim paling lambat 21 Oktober 2020 dengan menyertakan nama lengkap, asal, No. HP yang dapat dihubungi dan jenis serta judul video

12. Pihak Penyelenggara dan Dewan Juri tidak bertanggung jawab atas hal apapun mengenai film pendek yang dikirimkan apabila terjadi penuntutan kepemilikan cipta atas sebagianseluruh bagian film yang dikirimkan dan hal-hal lainnya yang membuat kerugian dengan nilai ataupun tanpa nilai bagi peserta maupun pihak lain

13. Penyelenggara berhak mendiskualifikasi film peserta sebelum dan sesudah penjurian apabila dianggap tidak memenuhi ketentuan, serta mencabut status juara peserta apabila film yang dilombakan menjadi pemenang dilomba film pendek bimas hindu

14. Peserta dianggap telah menyetujui semua persyaratan yang ditetapkan atas karya film pendek yang dikirim

15. Kreteria Penilaian bersifat tertutup dengan metode penilaian Profesional dari pakar dan penyelenggara

16. Pemenang lomba video ditentukan oleh juri dan akan diumumkan pada saat hari sumpah pemuda 28 Oktober 2020 di medsos bimashinduri serta keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. [ men/r4]

Senin, 23 Desember 2019

Pemkab Karangasem Mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2020

Bali Kini - Seluruh masyarakat Karangasem melalui Bupati IGA Mas Sumatri didampingi Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa mengucapkan Selamat Hari Raya Natal bagi seluruh umat Nasrani baik di Karangasem dan Bali pada umumnya, sekaligus selamat merayakan Tahun Baru 2020.

Melalui momentum Natal 2019 ini, Bupati mengajak masyarakat semakin memperkokoh toleransi melalui landasan Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI. Apalagi, semangat toleransi di Kabupaten berjuluk Gumi Lahar tersebut sudah terjalin sejak zaman kerajaan.

Ia juga meminta, umat Nasrani turut berkontribusi terhadap pembangunan di Karangasem. "Kami mengharapkan peran serta seluruh umat beragama. Karena kita adalah saudara. Selamat merayakan Hari Raya Natal bagi saudara penganut Nasrani," ucap Bupati Mas Sumatri di Karangasem, Senin (23/12).

Visi Karangasem "The Spirit of Bali", menurut Mas Sumatri tidak saja diperuntukkan bagi umat Hindu, melainkan seluruh umat beragama. Sebab pada dasarnya Tuhan hanya satu yang membedakan adalah cara menyembahnya. 

Landasan Tri Hita Karana, lanjut Bupati perempuan pertama ini, juga bisa diimplementasikan oleh seluruh umat beragama karena sifatnya universal. "Tri Hita Karana yang menjadi fondasi pembangunan Karangasem sangat universal, apapun agamanya mesti menyeimbangkan hubungan yang harmonis dengan Tuhan (sesuai kepercayaan), alam dan sesama manusia," tegasnya.

Terkait tahun baru 2020, Bupati Mas Sumatri mengimbau warganya untuk introspeksi diri atas pencapaian tahun sebelumnya. Ia berharap, pergantian tahun mampu membawa perubahan positif bagi masing-masing individu, keluarga, bangsa dan negara.

Sebagai kepala daerah, Ia juga mengaku bakal melakukan evaluasi di tahun baru ini. Pihaknya mengharap kritik yang membangun dari Krama Karangasem demi mewujudkan Karangasem Bermartabat dan Sejahtera. "Sudah empat tahun lebih kami memimpin Karangasem. Tiap tahun kami lakukan evaluasi, karena tentu kami tidak sempurna," kata Mas Sumatri. (hms)

Minggu, 18 Agustus 2019

STRATEGIS PENYULUH UNTUK NDONESIA

Oleh : I K. Satria

BaliKini.Net - Visi Indonesia Maju merupakan salah satu yang menarik dalam upaya pemajuan keberadaban Bangsa Indonesia. Maju dalam hal ini adalah maju disegala bidang. Sebagai bangsa yang besar Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi yang terdepan, alam dan hasil bumi yang sangat melimpah mampu menyokong keberadaan Indonesia sebagai Negara maju. Beberapa indicator kemajuan mesti melalui pentahapan, seperti misalnya Pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan dilanjutkan terus, prioritas SDM sejak dalam kandungan sehingga lahir anak-anak yang cerdas dan kuat dalma melakukan pembangunan kedepan, selain itu dalam rangka percepatan pembnagunan  pemerintah mesti bekerjasama dengan berbagai pihak salah satunya adalah investor sehingga mempermudah Investasi untuk lapangan kerja menjadi poin selanjutnya dalam pentahapan ini, etos kerja yang lemah mesti diperbaiki dengan cara reformasi birokrasi sebagai salah satu upaya penggerak roda pembangunan nasional dan APBN harus tetap sasaran, dalam hal ini APBN diharapkan mengarah pada program-program kemajuan bangsa. Kelima pentahapan ini mampu memberikan nuansa kemajuan bangsa karena akan mampu membangun iklim yang lebih sehat dan pembangunan akan berjalan dengan lancar.
Penyuluh Agama dan Penyuluh Informasi Publik (PIP) adalah salah satu elemen penting dalam penguatan Sumber daya manusia. Penyuluh adalah mereka yang memberikan penerangan dengan bahasa agama kepada masyarakat, sebagai manusia Pancasila maka informasi dan pengembangan manusia dengan pendekatan agama menjadi penting. Penyuluh yang mampu menterjemahkan program-program pemerintah dan menyampaikannya dengan sederhana kepada masyarakat pedesaan akan mampu memberikan penguatan baru terhadap berjlannya program pemerintah di akar rumput. Hal lainnya adalah bahwa penyuluh mampu dengan pendekatan agama diharapkan program pemerintah berjalan dengan baik. Masyarakat dicerahkan, dituntun dan diarahkan dalam ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh penyuluh agama adalah menguatkan betapa pentingnya dasar negara pancasila dan NKRI dalam kehidupan global ini. Persaingan antar bangsa, kriminalisasi negara, disintegrasi dan radikalisme sebagai salah satu yang akan mengganggu keutuhan bangsa merupakan musuh yang memerlukan formulasi baru untuk mencegahnya. Penyuluh agama diharapkan mampu menterjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci dalam rangka mengajak, mencerahkan dan menuntun masyarakat agar ikut dalam rangka membangun bangsa. Masyarakat yang memiliki nilai nasionalisme goyah memang sangat memerlukan penguatan nilai-nilai persatuan demi ajegnya negara pancasila Indonesia.
Empat pilar nilai kebangsaan merupakan keharusan yang mesti dipahami dan dituangkan dalam prilaku warga Negara. Apa yang dimaksud dengan empat Pilar Kebangsaan? Pengertian 4 Pilar Kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram, dan sejahtera, serta terhindar dari berbagai macam gangguan. Jika bisa kita andaikan bahwa empat pilar itu sebagai suatu pengikat persatuan dan keutuhan bangsa. Ini merupakan sistem keyakinan (belief system) atau filosofi (philosophische grondslag) yang isinya berupa konsep, prinsip, serta nilai yang dianut oleh masyarakat suatu negara. Filosofi dan prinsip keyakinan yang dianut oleh suatu negara digunakan sebagai landasan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demi kemajuan bangsanya.
Penyuluh berperan strategis sebagai penerang dan penyampai pesan pembangunan dari pemerintah kepada masyarakat di kalangan bawah. Penyuluh sebagai elemen strategis sesungguhnya mampu menjadi kekuatan handal pemerintah untuk menerangkan program kerja itu dan disampaikan dengan pendekatan agama kepada masyarakat, hal ini diyakini mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah dengan lapisan masyarakat yang paling bawah. Penyuluh juga diharapkan mampu merubah pola pikir masyarakat dari yang biasa dan sederhana menuju pemikiran yang maju, membangun dan handal dalam menyokong pembangunan bangsa.

Indonesia maju adalah sebuah bangsa yang memiliki daya saing kuat, sumber daya manusia yang unggul disegala bidang, nilai persatuan dan cinta tanah air yang kokoh, serta masyarakat yang bangga menjadi bagian dari bangsanya yang diperjuangkan oleh para pahlawan dengan tumpahan darah dan air mata. Warga Negara yang maju adalah yang mampu memahami perbedaan yang ada sebagai penghias peradaban bangsa. Penyuluh agama dan penyuluh informasi publik sangat berperan untuk menjadi tauladan, menjadi contoh di masyarakat dan menjadi penerang dalam kehidupan beragama di akar rumput. Dengan berbagai keterampilan penyuluh untuk mengkemas muatan ceramah untuk mengajak masyarakat ikut serta dalam membangun peradaban bangsa merupakan nilai lebih dari penyuluh, dan dengan penyuluh akan mampu mewujudkan Indonesia maju, utamanya dalam penguatan keagamaan sebagai pondasi kesuksesan manusia Pancasila.

Senin, 04 Maret 2019

MENJELAJAH INDONESIA SEHARI SETELAH MERAYAKAN HARI RAYA NYEPI DI BALI

Gianayar ,Bali - Sehari  setelah  Hari  Raya  Nyepi  disebut  Ngembak  Geni.  Ngembak  sendiri  mengandung  arti  “bebas”  dan Geni  artinya  “api.”  Jadi  Ngembak  Geni  mengandung  arti  bebas  menyalakan  api,  yang  dalam  arti  luas bebas  untuk  melakukan  aktifitas  kembali.  Saat  Ngembak  Geni,  umat  Hindu  melaksanakan persembahyangan  dan  memohon  kepada  Sang  Hyang  Widi  Wasa  agar  di  tahun  yang  baru,  alam  semesta beserta  isinya  memperolah  kerahayuan.  Setelah  selesai  sembahyang  biasanya  dilanjutkan  dengan kegiatan  Dharma  Santhi  dilingkungan  keluarga,  teman  dan  selanjutnya  mengunjungi  obyek-obyek  wisata untuk  rekreasi.

Salah  satu  tempat  yang  sangat  menarik  untuk  dikunjungi  adalah  Taman  Nusa  yang terletak  di  Desa  Sidan,  Gianyar,  Bali. Taman  Nusa  yang  menampilkan  perjalanan  waktu  bangsa  Indonesia  dari  masa  ke  masa,  dari  Masa  Prasejarah,  Masa  Perunggu,  Masa  Kerajaan,  Kampung  Budaya,  Indonesia  Awal,  Indonesia  Merdeka,  sampai ke  Indonesia  Masa  Depan.  Di  Masa  Kerajaan,  pengunjung  dapat  menikmati  kemegahan  salah  satu mahakarya  dunia  yaitu  replika  Candi  Borobudur,  dimana  pengunjung  dapat  naik  ke  stupa  tingkat  atas  dan merasakan  seperti  berada  di  Candi  Borobudur  aslinya  di  Jawa  Tengah.  Didalam  Kampung  Budaya, terdapat  lebih  dari  60  bangunan  tradisional,  dimana  beberapa  rumah  tradisional  di  Kampung  Budaya  ada yang  sudah  berusia  puluhan  tahun,  bahkan  ratusan  tahun.  Terdapat  pula  beberapa  sanggar  dan  aktifitas kesenian  dimana  pengunjung  dapat  terlibat  langsung  dan  berinteraksi  dengan  kebudayaan  itu  sendiri.   

Jalan-jalan  santai  di  pagi  atau  sore  hari  dengan  keluarga  dan  teman-teman,  akan  semakin  lengkap  dengan pemandangan  alam  Bali  seperti  gunung,  sungai  dan  alam  yang  mengagumkan  serta  hutan  yang  masih  asri yang  semakin  langka  ditemui  di  pulau  dewata  Bali.  Kampung  Budaya  juga  dilengkapi  dengan  kafetariakafetaria  untuk  beristirahat,  dan  Pondokan  Kuliner  Nusantara  sambil  menikmati  pemandangan  teras sering  dan  jurang  Sungai  Melangit. Dalam  rangka  menyambut  liburan  setelah  hari  Raya  Nyepi  di  Bali,  Taman  Nusa  kembali  memberikan Promo  khusus  KTP  Bali,  Beli  1  Gratis  1  sesuai  dengan  syarat  dan  ketentuan  yang  berlaku  untuk  Paket Budaya  ,  Paket  Nusa  dan  Paket  Warna  Nusantaraku.  

Promo  ini  berlaku  dari  tanggal  8  –  10  Maret    2019. Terdapat  pula  promo  dengan  pembelian  minimum  100  ribu  di  Restoran  Dapur  Nusa  mendapatkan  free  1 soft  drink. Taman  Nusa  buka  setiap  hari  dari  pukul  09.00  -  17.00  WITA.  Segera  kunjungi  Taman  Nusa  yang  terletak  di Jalan  Taman  Bali,  Banjar  Blahpane  Kelod,  Desa  Sidan,  Gianyar.   Untuk  alamat  dan  informasi  lengkap,  dapat  menghubungi  bagian  informasi:  0361  –  952  952  atau  lihat  di website  www.taman-nusa.com ,  Facebook,  Instagram  dan  Twitter@tamannusa  atau  Google  Search ‘Taman  Nusa’  karena  lokasi  Google  Maps  sudah  akurat  dan  diverifikasi. Pastikan  keluarga  anda  terhibur  dan  mendapatkan  kenangan  yang  berbeda  pada  masa  liburan  kali ini!    Kunjungi  Taman  Nusa,  taman  wisata  budaya  Indonesia  di  Gianyar,  Bali.

Kamis, 11 Oktober 2018

Pelatihan Artikel Ilmiah di IHDN Denpasar

Denpasar,Balikini.Net  - Artikel ilmiah merupakan keharusan yang dibuat oleh dosen sebagai publikasi hasil penelitian atau kajian teori yang ditulis dosen. Untuk meningkatkan kualitas penulisan dikalangan civitas Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, Rabu (10/10/2018) di Aula Kampus, Jalan Ratna No. 51 Denpasar.

Artikel ilmiah kini tengah menjadi perhatian khusus Kemenristek Dikti. Kini para dosen dituntut produktif menghasilkan karya ilmiah. Namun sayangnya, jumlah dosen yang membuat artikel ilmiah masih belum signifikan.

Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra dari Universitas Udayana dan Dr. Janner Simarmata dari Universitas Negeri Medan.

Prof.  I Nyoman Darma Putra mengatakan bahwa hal penting dalam menulis adalah pahami data, berikan makna, opini, argumentasi, kritis dan gunakan kutipan untuk mendukung penulisan.

“Dan langsung ke topik, tulis yang penting secepatnya, jangan sampai menunda,” pintanya.

Sementara itu, Janner Simarmata menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah etika, gaya dan bahasa, struktur penulisan, komponen penulisan, proses pengiriman artikel, dan proses penerbitan.

“Sebelum menulis ilmiah, sebaiknya perlu mengetahui peraturan-peraturan dari penerbit jurnal yang dituju. Tiap penerbit memiliki peraturan yang berbeda-beda, “ Imbuh Janner

Begitu juga dengan struktur dan komponen penulisan. Untuk hal ini, perlu konsentrasi yang cukup tinggi karena merupakan faktor terpenting dalam menentukan karya ilmiah tersebut layak diterima atau tidak.

“Setiap detailnya harus diperhatikan betul, karena penulis biasanya banyak terkendala disini dan editor dengan sangat mudah menolak karya anda melalui tahap pengecekan struktur dan komponen penulisan,” tandasnya

Dr. I Ketut Sudarsana Ketua Panitia Pelaksana kegiatan ini berharap agar kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 75 dosen dilingkungan Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar (IHDN) ini, mampu mendongkrak dosen-dosen dalam memiliki kemampuan untuk menulis karya ilmiah yang berupa artikel yang nantinya dapat dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.

Acara pelatihan ini akan digelar selama dua hari, besok Kamis (11/10/2018) masih ada materi yang tidak kalah pentingnya yang akan dipaparkan oleh Heri Nurdiyanto yang juga Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jogyakarta.

“Materi yang akan dibahas adalah terkait sitasi, pencarian sumber ilmiah dan bagaimana menggunakan template dari setiap jurnal,” tutup Sudarsana. (js/r5)

Minggu, 26 Agustus 2018

Mandala Giri, Memaknai dan Menyikapi Gunung

Denpasar,Balikini.Net —Masyarakat Bali dan seluruh pemangku kepentingan diminta bersungguh-sungguh menjaga lingkungan dan mewujudnyatakan penghargaan terhadap gunung yang menjadi salah satu sumber kehidupan.


Inilah pesan yang bisa dipetik dari Dialog Budaya ‘Mandala Giri: Pemaknaan dan Penyikapan’ yang digelar Boost Sanur Village Festival, Jumat (24/8/2018) sore dengan meghadirkan empat narasumber di Griya Santrian Resort, Sanur, Denpasar.

Festival yang mengambil tema ‘Mandala Giri’ ini memang ingin mengajak khalayak memusatkan perhatian kembali untuk memaknai dan menyikapi erupsi Gunung Agung yang mengguncang berbagai segi kehidupan dan mengganggu aktivitas pariwisata. 

Budayawan Wayan Westa membedah narasi satrawi tentang muasal gunung dan berbagai filosofinya. “Sudah sewajarnya orang Bali memuliakan gunung, bukan hanya untuk memuja Siwa, tetapi juga memuja leluhur,” kata penekun sastra Bali ini.

Ia mengingatkan puncak gunung dalam diri manusia berada di kepala, oleh karena itu para tetua selalu bernasihat agar berhati-hati membawa kepala, di situlah tempat Batara Siwa. Hal ini dipahami betapa penting arti kepala tempat bersemayam pikiran, wibawa, dan nasib berkelindan.

Westa pun percaya bahwa orang yang tak menghargai isi kepala sendiri –apalagi menggunakan ‘isi’ kepala orang lain—dianggap tak memiliki kepribadian. Ia juga menjelaskan serentetan pemahaman gunung sebagai pusat dari mana datangnya kerahayuan atau ‘sangkan ingkang hayun teka.’

Budayawan asal Prancis Jean Couteau mengatakan dalam konteks tanda-tanda alam seperti halnya erupsi selayaknya dirangkai dengan berbagai peristiwa lain seperti kebakaran hutan, pencemaran, hingga ke konsumsi energi dan kebijakan industri serta pangan yang mempengaruhi sumber daya alam.

Ia lantas mengingatkan adanya ancaman ekologi yang serius di berbagai belahan bumi. Jean mengutip ‘Roga Sanghara Bhumi’ yakni teori tradisional Bali yang dikenal sebagai ‘ruug jagat’ yang meramalkan penghancuran bumi sesuai dengan yuga atau siklus makrokosmis, hampir menjadi kenyataan.

Kata dia saatnya kini membuat gerakan penyelamatan ekologis melalui kebijakan yang kemudian diterapkan secara nyata. Bahkan dia ingin Indonesia dengan ideologi Pancasila menjadi pelopor gerakan ini demi nasib bangsa, juga bangsa-bangsa di dunia. “Mudah-mudahan kepeloporan seperti itu disuarakan para petinggi saat pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia Oktober nanti,” katanya.


Narasumber lain, Risa Permanadeli dari Pusat Kajian Representasi Sosial Indonesia menjelaskan tentang muasal dimulainya kebutuhan perjalanan wisata oleh kaum pekerja di Barat, hingga Bali yang menanggung beban dan jebakan berhala pariwisata. Bali dengan kearifan lokal —yang harus mewujud dan bukan berhenti pada konsep/filofofi’— diharapkan membentengi pulau yang ikut bertanggung jawab menjadi salah satu sumber daya ekonomi bagi negara tujuan wisata. 


Ia mengajak mencari Bali dalam arus besar masyarakat dunia dnegan melihat ulang seberapa jauh bergesernya dari Mandala Giri ke berhala industri pariwisata yang menjanjikan rejeki dan ilusi. Pergeseran itu bakal ditentukan pada mentalitas masyarakat Bali sendiri yang teolah memiliki bekal; Trihita Karana .

“Mari kita lihat ulang perubahan arus dan pola pariwisata masyarakat modern dengan ancaman baru dunia. Kini saatnya merumuskan keberanian untuk menegakkan kedaulatan Bali sebagai sebuah habitat kehidupan sosio-kultural yang tidak mungkin terlepas dari arus dunia,” katanya.

Fotografer Ida Bagus Putra Adnyana atau Gustra yang menarasikan budaya masyarakat gunung di Bali secara visual mengungkapkan optimisme turis tak banyak mengganggu kawasan giri. Ia justru mengkritik warga Bali sendiri yang usai melakukan upacara tak segera membersihkan sampah plastik yang berserakan.

Ketua Umum Boost Sanur Villlage Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan dua program menarik yakni diskusi pariwisata dan dialog budaya merupakan bagian penting dari festival yang mengakomodasi berbagai kritik dan pendapat para cerdik-cendekiawan. Ia berupaya hasil perbincangan tidak sekadar menjadi wacana, melainkan bisa diwujudkan dalam upaya memajukan Sanur dan memberi sumbangsih untuk Bali, serta Indonesia, tentunya.[km/r3]


   

Senin, 09 Juli 2018

Hadiri Workshop Busana, Ayu Pastika Ingatkan Penggunaan Bahan Tekstil Tradisional

Denpasar,Balikini.Net - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan (TP PKK) Provinsi Bali menghadiri Kegiatan Workshop Busana Bali dan Modifikasi yang digelar serangkaian perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XL Tahun 2018, Minggu (8/7). Workshop kali ini secara khusus membahas tentang Busana Adat Pengantin Bali dengan pembicara desainer kenamaan Tjok. Gde Abinanda Sukawati atau yang akrab dengan panggilan Tjok Abi.

Ditemui di sela-sela kegiatan workshop, Ayu Pastika manyampaikan bahwa dewasa ini desain Busana Adat Pengantin Bali mengalami perkembangan yang begitu dinamis dan makin beragam. Tak hanya bertahan dengan desain busana yang monoton, belakangan ini bermunculan busana modifikasi yang menambah marak karya desain Busana Pengantin Bali. Sejalan dengan trend busana yang begitu dinamis, Ayu Pastika kembali mengingatkan agar para desainer tetap mengutamakan penggunaan bahan tekstil tradisional Bali dalam merancang karya-karya mereka. Karena Bali memiliki jenis tenun tradisional yang begitu beragam seperti endek, songket dan rangrang. Selain pemilihan bahan, model busana tetap harus  mengedepankan etika, kesopanan dan kaidah berbusana yang mencerminkan Budaya Bali. Ayu Pastika berharap, pelaksanaan workshop dapat meningkatkan pemahaman TP PKK Kabupaten/Kota se-Bali tentang penggunaan busana tradisional Pengantin Bali. Selanjutnya mereka diminta mengikuti kegiatan ini dengan baik dan mensosialisasikan apa yang diperoleh dalam kegiatan workshop kepada kader dan masyarakat di lingkungannya.

Sementara itu, Tjok Abi menerangkan bahwa modifikasi pada busana pengantin Bali bersifat fleksibel. Namun pria kelahiran 13 Januari 1968 ini sependapat jika modifikasi busana pengantin tetap harus memperhatikan etika dan estetika. Lebih dari itu, dia menekankan agar rancangan busana mengutamakan pemakaian bahan tenun tradisional seperti endek. Memeriahkan pelaksanaan workshop, pria yang terkenal dengan penggunaan kain poleng dalam desain busananya ini juga menampilkan sejumlah koleksi rancangannya. Busana rancangan Tjok Abi dibawakan oleh Puteri Bali 2018 AA. Ayu Mirah Cynthia Dewi, Runner Up I Puteri Bali 2018 Shelviana Tjandra dan Putri Favorit 2017 Nadya Pradnyagita. Selain itu, ditampilkan pula peragaan busana pengantin yang menjadi ciri khas kabupaten/kota se-Bali.[pr/r4]

Selasa, 12 Juni 2018

Salah Kaprah, Ini Pergantian Hari Menurut Kalender Bali

Jembrana (Balikini.Net) - Ternyata masih banyak umat Hindu khususnya di Bali yang belum paham benar, kapan sebenarnya pergantian hari menurut perhitungan Wariga. Jika hal ini belum dipahami benar maka terjadi kesalah-pahaman dan kaitannya adalah akan menjadi penyebab kesalahan pemilihan hari baik, kesalahan penentuan hari suci (rahinan) ataupun kesalahan penetapan wetonan (oton) seorang anak, dan sebagainya.

Seperti umum diketahui, anak-anak Bali yang beragama Hindu sejak lahir sampai dewasa, hingga masalah ritual pribadinya akan selalu dikaitkan dengan Wariga. Disinilah, maka hari ulang tahun boleh saja tidak dirayakan, namun wetonan adalah wajib untuk diperingati dengan ritual keagamaan.

Menurut Jro Mangku Suardana, Pemangku Pura Tirtha Lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi, yang dimaksudkan dengan Wariga itu adalah Wewaran, dari Eka Wara sampai Dasa Wara dan Wewaran ini dikaitkan dengan Wuku yang berjumlah tiga puluh serta pergantian hari menurut Wariga adalah pada pagi hari (saat matahari terbit), untuk gampangnya ditetapkan lebih kurang setiap pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang dan pukul 18.00 sore, walaupun sesungguhnya ini sering tidak tepat. Misalnya, saat dimana kedudukan matahari berada di Selatan Katulistiwa, pukul 18.00 sore matahari masih nampak di Barat, jadi sesungguhnya belum Sandhyakala. Tetapi karena dianggap rumit untuk menyesuaikan dengan tenggelamnya matahari, maka Puja Trisandya-pun tetap berkumandang di televisi pada pukul 18.00.

Maka penetuan pergantian hari disini juga akan berdampak pada pengantian Sasih (Bulan) dalam Kalender Caka, hingga pelaksanaan hari suci (rahinan) seperti misalnya raya Nyepi akan dimulai sejak pukul 06.00 pagi sampai pukul 06.00 pagi keesokan harinya disebut Ngembak Geni. Hal inilah hendaknya senantiasa diingatkan kepada seluruh umat agar jangan sampai baru pukul 00.01 warga sudah mulai meledakkan ketikusan (mercon), menyuarakan kentongan dan sebagainya dengan maksud mengisyaratkan hari telah berganti pagi dan ini yang selalu terjadi (salah kaprah), karena Nyepi baru berakhir pada saat matahari terbit (Ngembak Geni).

Demikian juga pada penetapan kelahiran anak, kalau ada anak yang lahir lewat tengah malam, misalnya pukul 03.00 sampai mendekati pukul 06.00 dini hari, anak itu weton-nya mengikuti hari kemarin, bukan mengikuti hari yang akan datang sebagaimana perhitungan Kalender Masehi dan inilah yang sering tidak diketahui.

Akibat kesalah-pahaman dalam menentukan pergantian hari menurut Wariga ini hingga banyak yang salah weton (salah hari otonan) dan ini akan berpengaruh pada “watak sang anak” karena setiap hari ada peruntungannya dan ada pantangannya. Apalagi kalau terjadi beda Wuku, misalnya, anak yang lahir hari Minggu dini hari menurut Kalender Masehi, seharusnya adalah milik hari Sabtu menurut Wariga. Karena antara Sabtu dan Minggu sudah beda Wuku. Perwatakan Wuku sangat beda maka pengaruhnya pun besar.

"Saya berikan contoh yang akan berakibat luas. Misalnya hari ini, Sabtu 8 Februari 2014, wuku Ugu. Jika ada bayi yang lahir lewat tengah malam nanti, misalnya, pukul 03.00 atau pukul 05.00, maka weton-nya tetap Sabtu (Saniscara) Pon Wuku Ugu. Bukan mengikuti hari Minggu (Redite) Wage wuku Wayang. Kalau salah menentukan pergantian hari karena terpengaruh tahun Masehi, dan anak itu ditetapkan weton Minggu Wage wuku Wayang, maka anak itu harus dibuatkan upacara Pangelukatan Wayang dengan runtutan penubahan Wayang Sapu Leger. Padahal seharusnya itu tak terjadi", jelasnya.

Kesalahan penentuan hari otonan (weton) ini sering terjadi dan umumnya kalau keluarganya menyadari kesalahan itu, pada saat weton-nya diadakan Perubahan Weton dan ini banyak dilakukan, upacaranya juga tidak jelimet, hanya menambah beberapa sesajen.

Masalah hari ulang tahun, tentu mengikuti Kalender Masehi, karena ulang tahun tidak berdasarkan Wariga (tak memakai hari dan wuku), tetapi memakai tanggal. Kalau anak itu lahir seperti contoh di atas, ulang tahunnya tetap saja 9 Februari, karena pergantian Tahun Masehi adalah pukul 00.00 tengah malam.

Pergantian hari itu berbeda-beda menurut kalender. Pergantian hari  Tahun Masehi pada saat tengah malam, pukul 00.00. Sedang Tahun Hijrah yang digunakan umat Islam (dan sekarang diikuiti pula oleh Tahun Jawa), pergantian harinya dimulai magrib pada hari tersebut. Jadi, malam hari ini setelah magrib adalah milik hari esoknya. Karena itu umat Islam, misalnya, menyebut malam Jumat itu adalah hari Kamis malam yang biasa dikenal di Bali.

Jro Mangku Suardana juga menjelaskan, dalam perhitungan Wariga Bali juga dikenal istilah Wuku dimana Wuku ini adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur 7 (tujuh) hari  atau 1 (satu) pekan. Dalam siklus Wuku ini berumur 30 pekan atau selama 210 hari yang masing-masing Wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan dalam Wuku atau Pawukon (dalam bahasa Jawa) masih digunakan di Jawa dan Bali, terutama untuk menentukan hari baik dan hari buruk serta terkait dengan Weton (Oton). Adapun ide dasar perhitungan menurut Wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem Pancawara (Pasaran) dan Saptawara (Pekan) menjadi satu. Sistem Pancawara atau Pasaran terdiri dari 5 (lima) hari diantaranya dimulai dari Umanis (Legi), Pahing, Pon, Wage dan berakhir Kliwon sedangkan sistem Saptawara terdiri dari 7 (tujuh) hari diantaranya dimulai hari Senin (Soma), Selasa (Anggara), Rabu (Budha), Kamis (Wrehaspati), Jumat (Sukra), Sabtu (saniscara) dan berakhir pada hari Minggu (Redite). Dalam satu wuku, sudah pasti akan berakhir pada hari Sabtu. Pertemuan antara hari Pasaran dan hari Pekan ini misalnya seperti Sabtu Kliwon, jika di Bali biasanya disebut Tumpek salah satunya terjadi dalam wuku Kuningan dan karena dalam siklus satu Wuku berakhir pada hari Sabtu maka keesokan harinya yakni hari Minggu tidak lagi Wuku Kuningan namun sudah berganti Wuku lain yakni Wuku Langkir, sehingga selama ini umat menjadi salah kaprah jika kesesokan hari setelah hari Tumpek Kuningan itu menyebut hari Umanis Kuningan tetapi yang benar adalah hari Minggu (Redite) Umanis Wuku Langkir.

"Demikian, semoga tidak ada lagi yang salah kaprah dan juga menentukan Weton (Oton) anaknya jika lahir menjelang dini hari", tutup Jro Mangku Suardana (!)

Jumat, 01 Juni 2018

Bekraf Bawa Indonesia Untuk Pertama Kalinya Hadir Di MIDEM Prancis

Jakarta,Balikini.Net - Pertama kalinya Indonesia hadir di Marche International du Disque et de l’Edition Musicale (MIDEM) 2018 yang akan berlangsung pada tanggal 5-8 Juni 2018 di Cannes, Prancis. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung kehadiran Indonesia dalam kegiatan ini sebagai salah satu langkah dalam membangun keberlanjutan ekosistem perekonomian kreatif di Indonesia, khususnya pada subsektor musik.

“Keikutsertaan Indonesia untuk yang pertama kalinya pada MIDEM 2018 merupakan sebuah kebanggan bagi kita,” ujar Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simanjuntak.

MIDEM merupakan sebuah pameran musik internasional dengan format business to business (B2B) yang diikuti oleh label dan publisher internasional, music distributor, musisi, produser, film-makers, perusahaan teknologi dan start-up, hingga game developers dan animators.

MIDEM memiliki misi untuk mendukung pengembangan bisnis dan inovasi yang dilandaskan pada 4 (empat) nilai dasar, yaitu kerja sama, kreatifitas, pemberian inspirasi dan edukasi serta inovasi di bidang musik. MIDEM 2018 menjadi ajang global bergengsi yang paling dinanti untuk berbagi inspirasi, menciptakan peluang kolaborasi dan membangun hubungan profesional bersama.

Keikutsertaan Indonesia ini merupakan hasil kerjasama Bekraf dengan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI). ASIRI didirikan pada Februari 1978 dengan membawa semangat membangun dan mengembangkan atmosfir bisnis di dalam industri musik dan rekaman. ASIRI memiliki 82 anggota yang terdiri dari perusahaan rekaman, dimana di antaranya terdapat 3 label asing besar dan sisanya adalah label lokal.



Untuk mensukseskan dan mengenalkan musik di Indonesia, Bekraf juga akan melakukan beberapa kegiatan, seperti: pembangunan Pavilun Indonesia, Indonesia Panel, dan Speedmeeting, serta pemasangan promosi Indonesia di mega billboard di kota Cannes.

Paviliun Indonesia akan mendisplay dan mempromosikan pelaku kreatif subsektor musik Indonesia yang sebelumnya sudah pernah mengikuti pameran-pameran internasional lainnya, seperti: Kuassa, Anymo Guitar, dan Seruni Audio. “Selain itu, kami juga membawa pelaku industri musik yang berasal dari latar belakang perusahaan rekaman, publisher, artist management, sampai dengan music event organizer,” tambah Joshua.

Indonesia panel akan diisi oleh narasumber dari berbagai bidang industri musik Indonesia. Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik juga berkesempatan untuk menjadi salah satu speaker di acara Indonesia Panel ini. Pada bagian speedmeeting, Indonesia akan diwakili oleh beberapa peserta perwakilan dari label, artist management, music promotor, asosiasi dan music license company.

Joshua menjelaskan musik adalah salah satu subsektor prioritas yang ditetapkan Bekraf. Oleh karena itu, keikutsertaan Indonesia pada MIDEM 2018 ini diharapkan mampu memberikan stimulan bagi industri musik di Indonesia. Selain itu, musik Indonesia dapat semakin dikenal pada level internasional. Sehingga semakin banyak pelaku pada industri musik dari seluruh dunia yang menanamkan investasinya di Indonesia.

Senada dengan Joshua, menurut Ketua ASIRI Gumilang Ramadhan terdapat dua kubu besar yang berpengaruh di indutri musik dunia yaitu Amerika dan Eropa, “karena satu dan hal lain, sangatlah sulit untuk menembus pasar Amerika. MIDEM merupakan kesempatan untuk industri musik Indonesia menembus pasar Eropa,” ujarnya. (Kris/r4)

Rabu, 30 Mei 2018

Kecerdasan Buatan Deteksi Kanker Kulit Lebih Baik daripada Dokter

Seorang dokter sedang memeriksa pasien untuk mendeteksi kanker kulit, di Sydney, 7 Mei 2002. (foto:dok)

Balikini.Net - Komputer bisa mendeteksi kanker kulit lebih baik dari dokter spesialis kulit, menurut para peneliti, Selasa (29/5), seperti dikutip oleh kantor berita AFP.

Sebuah tim dari Jerman, Amerika Serikat dan Perancis mengajarkan sebuah sistem kecerdasan buatan untuk membedakan lesi kulit yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya dengan menunjukkan lebih dari 100 ribu gambar.

Mesin tersebut, yang disebut dengan jaringan syaraf konvolusional atau CNN, kemudian diuji melawan 58 dokter spesialis kulit dari 17 negara. Cara pengujiannya, yaitu dengan menunjukkan berbagai gambar melanoma yang ganas dan tahi lalat yang jinak.

Lebih dari setengah dokter spesialis yang mengikuti tes dikategorikan sebagai "pakar" dengan pengalaman lebih dari lima tahun, 19 persen memiliki pengalaman antara dua dan lima lima tahun, sedangkan 29 persen adalah pemula dengan mengantongi jam praktek kurang dari dua tahun.

"Sebagian besar dokter spesialis tidak bisa mengungguli CNN," kata tim peneliti dalam tulisan yang diterbitkan di jurnal Annals of Oncology.

Dokter spesialis rata-rata mendeteksi secara akurat 86.6 persen kanker kulit dari gambar, dibandingkan dengan 95 persen oleh CNN.

"CNN hanya terlewat mendeteksi beberapa melanoma. Artinya, CNN punya sensivitas lebih tinggi daripada dokter kulit," kata penulis studi tersebut, Holger Haenssle dari Universitas Heidelberg dalam pernyataannya.

CNN juga "lebih sedikit melakukan kesalahan mendiagnosa tahi lalat jinak sebagai melanoma ganas…hasilnya, pembedahan yang tidak diperlukan juga lebih sedikit."

Kinerja para dokter kulit membaik ketika mereka diberi informasi mengenai para pasien dan lesi kulit yang mereka derita.

Tim peneliti mengatakan Kecerdasan Buatan atau AI bisa menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi kanker kulit dengan cepat dan mudah, hingga bisa mempercepat tindakan pembedahan sebelum kanker menyebar.

Ada sekitar 232 ribu kasus baru melanoma dan 55.500 kematian akibat kanker kulit setiap tahunnya, kata mereka.

Namun mesin tidak akan sepenuhnya menggantikan para dokter manusia. Alat ini lebih berperan sebagai alat bantu.

Melanoma yang muncul di beberapa bagian kulit seperti jari-jari, jari-jari kaki dan kulit kepala, sangat sulit untuk diambil gambar. Kecerdasan buatan mungkin akan kesulitan mengenali lesi ‘atipikal’ atau jenis-jenis yang para pasien sendiri belum tahu. [sub voa/ ft/dw]

Kamis, 28 Desember 2017

Indonesia dan 65 Juta Ton Sampah Tanpa Dipilah

Pelan namun pasti, sampah menjadi masalah besar bagi Indonesia. Sayangnya, belum ada kesadaran mengelola sampah, karena pedoman umum yang ada adalah sampah harus dibuang. Padahal, seharusnya tiap rumah tangga memilah sampahnya sebelum membuang.

Balikini.Net - Setiap dua hari sekali, Cucun, warga Sariharjo, Sleman, Yogyakarta, berkeliling kampung untuk mengumpulkan sampah dari rumah warga. Bersama saudaranya, Cucun membuka jasa pembuangan sampah. Ada 150 rumah yang harus didatangi. Setiap rumah membayar antara Rp 30 ribu- Rp 40 ribu per bulan, tergantung volume sampah yang harus dibuang. Segala macam barang ada di bak belakang mobil tuanya, mulai dari sisa makanan rumah tangga, plastik, kertas bekas, potongan kayu, sisa bahan bangunan sampai daun dan ranting.
Kalau selesai ini, penuh baknya. Kalau tidak bisa diangkut sehari, ya nanti beda hari, terus saya buang ke penampungan sampah. Lumayanlah hasilnya. Itu nanti saya ambil barang yang bisa dijual lagi, bisa buat menambah pendapatan,” kata Cucun, yang melayani warga Sariharjo, di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sampah rumah tangga yang diambil Cucun adalah gambaran apa yang ada di rumah-rumah di Indonesia secara umum. Biasanya, warga memiliki satu tempat sampah di bagian dapur, di mana semua sisa makanan, plastik bekas, kemasan produk rumah tangga, dibuang menjadi satu. Di halaman depan, juga hanya ada satu tempat sampah besar. Di dalam tempat sampah besar itu, sampah dapur akan dijadikan satu dengan sampah dari bagian rumah yang lain.
Memilah sampah memang belum menjadi budaya. Ini tidak terlepas dari kebiasaan di masa lalu, di mana setiap rumah khususnya di pedesaan, memiliki satu lubang besar di sudut halaman mereka. Di lubang itulah sampah dibuang, kadang kemudian dibakar atau ditimbun.


Namun, kini model penanganan sampah semacam itu tak bisa lagi dilakukan. Pemerintah sampai ke tingkat paling rendah, telah memiliki kesadaran baru bahwa sampah harus dipilah dan kemudian diolah.
Di Kabupaten Bantul, DIY misalnya, Kepala Desa Srigading, Wahyu Widodo sejak dua tahun lalu telah memulai program kesadaran pemilahan sampah. Aneka kegiatan digelar untuk meningkatkan kesadaran. Tahun depan dia akan membuat Peraturan Desa (Perdes) khusus penanganan sampah. Ini adalah pendekatan hukum sebagai langkah yang lebih tegas.
“Kita tindak lanjuti dengan mendorong warga dari masing-masing dusun membuat bank sampah. Total ada 20 bank sampah. Kita sesering mungkin turun ke lapangan, memberi kesadaran bahwa sampah harus segera ditangani. Tahun depan akan ada Perdes sampah. Perdes itu tentu kaitannya dengan aturan terkait penanganan sampah, termasuk memuat sanksi ketika aturan itu dilanggar. Larangan membuang sampah sembarangan,” kata Wahyu.
Yogyakarta sendiri menghadapi masalah sampah yang makin besar. Sampah rumah tangga, seperti yang dikumpulkan Cucun di Sleman tadi, dikumpulkan dan kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menurut pemerintah setempat, setiap tahun ada peningkatan volume sampah sebanyak 50 ton. TPA di Yogyakarta diperkirakan tidak akan lagi mampu menampung volume itu dalam beberapa tahun mendatang.
Karena itulah, sejumlah pihak menciptakan solusi dari dari rumah, tempat asal sampah itu.
Erwan Widyarto menjadi fasilitator pendirian Bank Sampah “Griya Sapu Lidi” RW 26 Gumuk Indah, di Sidoarum, Sleman. Sebagaimana bank, lembaga ini juga menerima setoran dari nasabahnya. Bedanya, yang disetor adalah sampah. Syaratnya, nasabah harus memilah sampah itu sebelum dikirimkan. Sampah yang dapat didaur ulang, digunakan kembali dalam kreasi aneka bentuk. Hasil penjualannya, adalah milik bersama para nasabah.
“Mau bagaimana lagi, kita ini produsen sampah. Jadi, harus ikut bertanggung jawab. Memang perlu kesadaran bersama, ini yang harus terus dikampanyekan. Bank Sampah ini hanya salah satu metode, masih banyak cara lain yang bisa dilakukan. Yang penting, pertama kali, tumbuhkan kesadaran untuk memilah sampah,” ujar Erwan.
Konsep dasar Bank Sampah, kata Erwan, adalah mengurangi, memilah, memanfaatkan, mendaur ulang, dan menabung sampah. Nilai ekonominya kecil, tetapi yang lebih penting adalah masyarakat paham bahwa sampah mereka akan menimbulkan masalah jika tidak diolah. Karena itulah, Erwan dan rekan pengelola bank sampah aktif melatih perkumpulan ibu-ibu hingga sekolah di Yogyakarta dalam program terkait pengelolaan sampah.

Erwan Widyarto (kaos hitam) bersama aktivis Bank Sampah Griya Sapu Lidi dalam sebuah pameran. (Courtesy Photo: Erwan Widyarto
Erwan Widyarto (kaos hitam) bersama aktivis Bank Sampah Griya Sapu Lidi dalam sebuah pameran. (Courtesy Photo: Erwan Widyarto
Dalam skala yang lebih luas, ada lembaga Yogyakarta Green and Clean (YGC) yang berkomitmen mengampanyekan pengolahan sampah secara lebih baik dan ramah lingkungan. Ini adalah lembaga swadaya masyarakat gabungan individu dan organisasi, dengan salah satu misi utama memperbaiki penanganan sampah. Dalam beberapa tahun terakhir, YGC aktif menyasar anak-anak melalui berbagai kegiatan terkait sampah.
“Bagaimana caranya, misalnya ada anak makan permen, ketika tidak ada tempat sampah, dia mau menaruh bungkus permen itu ke sakunya. Kita mau dari yang kecil-kecil itu, meskipun banyak juga kegiatan berskala besar kita lakukan,” ujar Zaenal Mutakin, salah satu ketua di YGC.
Mutakin meyakini, upaya ini tidak akan menuai hasil dalam waktu singkat. Karena itulah, mereka realistis dengan melakukan edukasi terus menerus terutama kepada anak-anak.
“Tidak ada kata terlambat, dari pada tidak ada upaya sama sekali dalam pengelolaan sampah. Karena masyarakat sudah terbiasa dininabobokkan, biasanya mereka berprinsip yang penting sampah itu tidak ada di depan dia. Pikirnya, sampah itu prinsipnya tidak ada di rumah dia, tidak di wilayah dia, lalu membuangnya. Jadi kelihatannya menyelesaikan masalah, tetapi sebenarnya menimbulkan masalah baru di tempat lain,” ujar Zaenal Mutakin.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, Indonesia memproduksi 65 juta ton sampah pada 2016, naik 1 juta ton dari tahun sebelumnya.
Di Yogyakarta sendiri, banyak prakarsa sudah dilakukan untuk turut mengurangi angka itu. Diantaranya adalah pendirian bank sampah di setiap wilayah terkecil, penerapan teknologi maju, hingga penyusunan regulasi baru. Namun tampaknya, semua harus diawali dari masing-masing rumah. Alih-alih membuangnya, warga harus dididik untuk mulai memilah sampah, sejak dini, mulai hari ini.[sub/voa/r5]

Selasa, 31 Oktober 2017

Politeknik Internasional Bali Berikan Pendidikan Gratis Bahasa Inggris

Tabanan, Balikini.Net -  Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Politeknik Internasional Bali (PIB) kembali menghelat pengabdian masyarakat dengan memberikan pendidikan bahasa inggris untuk pariwisata dan perhotelan secara gratis di Balai Banjar Desa Nyanyi. Kegiatan yang merupakan salah satu pengimplementasian dari tugas pokok Tri Dharma Perguruan Tinggi ini dihadiri oleh Dr. Frans Bambang Siswanto, M.M (Pendiri Yayasan Bali International Training and Development Center) dan Prof. Dr. Ir. Anastasia Sulistyawati, M.S., M.M., M.Mis., D.Th., Ph.D (Direktur Politeknik Internasional Bali), Kepala Desa Nyanyi serta warganya.

Kursus Bahasa Inggris akan diampu langsung oleh dosen-dosen Politeknik Internasional Bali setiap minggunya. Target yang akan dicapai adalah warga Desa Nyanyi sudah bisa berbahasa inggris dalam 6 bulan ke depan. Sebagai kampus pariwisata dan perhotelan di Bali, Politeknik Internasional Bali yang mempunyai empat program studi yaitu D3 Seni Kuliner dan Bisnis, D3 Bisnis Perhotelan, D4 Manajemen Bisnis Perhotelan, dan D4 Bisnis Pengelolaan Acara dan Pariwisata menganggap bahwa pendidikan mempunyai peran yang penting dalam memajukan pariwisata di Indonesia.

Tidak hanya itu, pembukaan pengabdian masyarakat juga sekaligus menjadi perayaan ulang tahun Pendiri Yayasan Bali International Training and Development Center yang ke 72, Dr. Frans Bambang Siswanto. Bersamaan dengan itu, acara ini sekaligus mengumumkan pemenang telajakan gemitir sebagai bentuk apresiasi kepada warga dalam usahanya memperindah lingkungan.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan terkait dengan sumbangsih ilmu yang dimiliki oleh dosen untuk memberikan pencerahan kepada warga Desa Nyanyi, khususnya muda-mudi setempat. Pemberian materi nantinya berupa English for Hospitality. Artinya warga Desa Nyanyi akan diajarkan Bahasa inggris yang berhubungan dengan perhotelan dan pariwisata baik dalam tingkat dasar (basic), menengah (intermediate) maupun tahapan lebih lanjut (advanced). 

Prof. Dr. Ir. Anastasia Sulistyawati, M.S., M.M., M.Mis., D.Th., Ph.D menganggap hal ini penting untuk dilakukan dengan mengatakan bahwa Bahasa Inggris perlu diperkenalkan sejak dini ke masyarakat Bali sembari juga mengajarkan Bahasa Indonesia, Bahasa Bali ataupun Bahasa yang lainnya. Selain itu, Direktur PIB juga menyinggung perihal Bali yang masih menjadi gerbang Pariwisata Indonesia. “Daya Tarik Bali bukan hanya alam, tapi juga wisata budaya dan spiritual. Perlu disadari juga bahwa, Bahasa inggris merupakan salah satu Bahasa Internasional. Jika anak-anak bisa berbahasa inggris dan paham Budaya Bali, maka ini akan menjadi pondasi yang kuat untuk masyarakat Bali maju bersama-sama dalam industri pariwisata secara berkelanjutan” sambungnya.

Warga Banjar Nyanyi melalui Kepala Desa, Wayan Sukariana, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh PIB. Kepala Desa berharap bahwa kegiatan ini dapat memenuhi keinginan warga yang terus ingin belajar dan memajukan wisata Desa Beraban, Tabanan. “Bahwasannya dalam memajukan pariwisata di Desa Beraban khususnya wilayah Nyanyi membutuhkan tekad yang kuat dan usaha bersama. Bersama kita bisa” tutupnya. [luh/r5/bk]


Senin, 30 Oktober 2017

Memutus Mata Rantai TKI ke Luar Negeri

[Ratih Pratiwi Anwar (paling kiri) bersama TKI purna yang didampingi (courtesy: Ratih Pratiwi Anwar]

Jutaan warga negara Indonesia bekerja sebagai tenaga kerja atau TKI di luar negeri, baik di sektor formal maupun informal. Banyak upaya dilakukan untuk mengurangi gelombang kerja ke luar negeri ini. Berikut laporan selengkapnya.


- Nurkholis pernah bekerja selama beberapa tahun di Korea Selatan. Seenak apapun kerja di luar negeri, kata dia, masih lebih enak bekerja dekat dengan keluarga. Karena itulah, pria asal Srumbung, Magelang, Jawa Tengah ini, berhenti bekerja di Korea Selatan dan pulang ke tanah air untuk membuka tempat cuci sepeda motor di rumahnya bersama sang istri yang melayani jasa cuci pakaian. “Hasilnya memang tidak seperti waktu kerja di Korea. Tetapi lumayanlah bisa untuk hidup. Mencukup kebutuhan sehari-hari dan anak-anak sekolah. Yang paling penting bisa lihat anak-istri setiap hari,” kata Nurkholis.

Nurkholis tidak sendiri. Di sekitar tempat tinggalnya saja, ada puluhan mantan TKI Korea. Mereka kini membentuk paguyuban dan sebulan sekali bertemu sambil arisan.
Para pekerja migran yang telah pulang dan memutuskan tidak kembali bekerja ke luar negeri, biasa disebut sebagai TKI purna. Mereka memanfaatkan masa kerja di luar negeri, sebagai upaya mencari modal untuk mandiri setelah pulang.

Ratih Pratiwi Anwar, peneliti dari Pusat Studi Asia Pasifik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta mengakui uang kiriman atau remittance berperan besar mengubah nasib para TKI dan keluarga mereka . Dalam penelitian di desa-desa asal TKI, Ratih menemukan fakta bahwa uang yang diperoleh para TKI berdampak langsung dalam pembangunan ekonomi.

Ratih Pratiwi Anwar (paling kiri) bersama TKI purna yang didampingi (courtesy: Ratih Pratiwi Anwar)
Ratih Pratiwi Anwar (paling kiri) bersama TKI purna yang didampingi (courtesy: Ratih Pratiwi Anwar)
 
“Dana itu dialokasikan untuk banyak hal, misalnya modal usaha, membeli ternak, membeli lahan sawah, juga memperbaiki rumah. Ada juga sebagian yang digunakan untuk membiaya pendidikan, dan ini investasi sumber daya manusia yang penting,” kata Ratih.

Ratih yang pernah melakukan penelitian di Korea Selatan menyatakan, banyak TKI sebenarnya memiliki kondisi kerja dengan resiko tinggi di sana. Mereka pulang membawa uang dan berharap tidak berangkat lagi ke luar negeri. Namun, banyak TKI tidak mampu mengelola tabungan selama bekerja dan gagal berwirausaha. Kondisi ini mendorong mereka untuk tetap kembali ke Korea Selatan meskipun menghadapi kondisi kerja yang tidak sepenuhnya aman.

0:00:00 /0:03:28
Unduh
 
“Sebagian besar buruh migran yang sudah pulang itu belum punya pengalaman berorganisasi. Jadi, membentuk sesuatu yang sama sekali baru itu menjadi tantangan tersendiri bagi kawan-kawan buruh migran, untuk mengorganisir diri mereka, kemudian mengisi kegiatan organisasi itu dengan kegiatan yang bisa meningkatkan taraf ekonomi keluarga mereka,” kata Ratih Pratiwi Anwar.

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat, selama semester pertama 2017, jumlah uang yang dikirim TKI ke Indonesia mencapai Rp 57,6 triliun. Paling besar kiriman datang dari para TKI di kawasan Australia dan Selandia Baru, menyusul kemudian dari Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa.

Di Kampung Tracap, Wonosobo, Jawa Tengah, dulu sekitar 80 persen warga usia produktif merantau ke luar negeri untuk bekerja. Kondisi ini membawa dampak sosial cukup memprihatinkan, di mana anak-anak para TKI tumbuh tanpa bimbingan orang tuanya. Seorang mantan TKI dari desa itu, Maizidah Salas, bertekad memutus mata rantai masalah sosial ini. Tahun 2011 dia mendirikan Kampung Migran, yang memberikan pendampingan usaha bagi TKI dan keluarga mereka di rumah.
Maizidah Salas perintis Kampung Migran di Wonosobo, Jawa Tengah (courtesy: Maizidah Salas)
Maizidah Salas perintis Kampung Migran di Wonosobo, Jawa Tengah (courtesy: Maizidah Salas)
 
Tantangan terbesar dalam upaya ini menurut Maizidah adalah kualitas sumber daya manusia karena rata-rata TKI tidak berpendidikan tinggi. Uang hasil bekerja biasanya habis untuk membangun rumah, membeli kendaraan atau keperluan konsumtif lain. Begitu habis dan tak ada pekerjaan, mereka bingung dan merasa bahwa kembali menjadi TKI adalah satu-satunya jalan keluar.

Menurut Maizidah, rata-rata TKI yang bekerja di Taiwan atau Hongkong bisa membawa pulang uang Rp 150 juta hingga Rp 170 juta setelah dua tahun bekerja. Pendampingan bisa dilakukan ketika TKI masih di luar negeri, dimana keluarga di rumah yang mengelola uang tersebut. Namun banyak pula yang menunggu sampai mereka pulang setelah kontrak kerja selesai.

“Kita tidak pernah mengarahkan teman-teman mau menggunakan uangnya untuk usaha apa. Semua didiskusikan terlebih dahulu, bersama keluarga mereka juga. Yang paling penting adalah memahami potensi yang ada di sekitar tempat tinggal masing-masing,” kata Salas.

Untuk memantau pendidikan anak-anak TKI, Maizidah mendirikan sekolah gratis bagi mereka. Sebagai mantan TKI, dia memahami betul bagaimana anak-anak itu kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka. Karena itulah, sekolah itu diselenggarakan dengan semangat untuk semaksimal mungkin menggantikan peran orang tua sepenuhnya. Di samping itu, organisasi yang digerakkan Maizidah Salas sudah mampu membuka usaha di bidang pertanian, peternakan, makanan kecil, jasa, toko bahan pokok dan koperasi.

“Indikator dari keberhasilan mereka, yang ada dalam pendampingan saya, adalah bahwa mereka tidak kembali lagi ke luar negeri. Artinya mereka sudah mandiri secara ekonomi. Orientasinya akan berbeda, ketika kita mendampingi teman-teman yang sudah memiliki ide bisnis sebelum mereka kerja jadi TKI, dengan yang belum punya ide. Karena mereka terbiasa kerja dengan hasil bulanan dan teman-teman biasanya ketika pulang dan mengelola usaha itu mengalami kegagalan dan berangkat lagi kalau tidak didampingi manajemen keuangannya,” kata Maizidas Salas.
Maizidah mengaku, tidak mudah mengubah pola pikir dari bekerja demi gaji menjadi wirausaha sendiri yang beresiko gagal. Meski tidak semua berhasil, dia berani memastikan mayoritas TKI purna dalam pendampingannya lancar dalam usaha. [sub/voa/ ns/ab]

Rabu, 27 September 2017

Belajar Welas Asih Dari Fenomena Gunung Agung

Balikini.Net - Ketika aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem dinyatakan meningkat, seketika itu juga ketakutan akan datangnya bahaya muncul. Ketakutan akan datangnya berbagai permasalahan juga mengemuka. Permasalahan tersebut mulai dari proses pengungsian, logistik, tempat pengungsian hingga masalah MCK dan keselamatan hewan peliharaan. Berbagai praduga menjadi bumbu, cerita, baik yang melihat dari sisi logika, ilmiah hingga spiritual.

Peningkatan status awas (level IV) pada 22 September 2017 dan diserta perluasan daerah rawan bencana berdampak pada peningkatan jumlah pengungsi. Berdasarkan data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali hingga Selasa (26/9/2017) pukul 12.00 Wita tercatat jumlah pengungsi ancaman erupsi Gunung Agung mencapai 75.673 jiwa. Jumlah tersebut melebihi perkiraan  jumlah penduduk yang harus dievakuasi yaitu 62.000 jiwa sesuai pernyataan Wakil Bupati Karangasem. Pada 27 September 2017 jumlah pengungsi dilaporkan telah mencapai 82.825 jiwa

Derasnya arus pengungsian menyebabkan desa-desa di kawasan radius bahaya lengang. Hanya terdapat warga yang secara sadar dan sukarela bertahan untuk menjaga harta benda warga lainnya dari oknum-oknum usil. Kesadaran kembali untuk menjaga wilayah desa ditengah ancaman erupsi Gunung Agung. Kesadaran untuk membaktikan diri pada pertiwi kendati nyawa terancam. Kesadaran yang muncul tanpa adanya perintah, imbalan ataupun harapan akan balas jasa.

Kesadaran akan rasa kemanusian dan welas asih juga serta merta muncul di daerah pengungsian. Apalagi lokasi pengungsian tidak hanya ada di wilayah Kabupaten di sekitar kabupaten Karangasem. Lokasi pengungsian juga tersebar hingga Denpasar, Badung dan daerah lainnya. Secara merta merta juga warga masyarakat menawarkan tempat tinggal bagi para pengungsi Gunung Agung. Tentu ini bukan sebuah kebetulan, namun sebuah kesadarann yang muncul dan telah diwarisankan sejak lama bahwa hidup di Bali adalah “menyama braya”. Menyama braya menjadi konsep yang sangat universal karena memiliki makna plural dengan menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga. Semangat menyama braya mengingatkan bahwa hidup perlu bermasyarakat dan bersosialisasi, sehingga terdapat kesadaran untuk selalu menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kesadaran yang tulus untuk menolong para pengungsi juga seakan menjadi bantahan terhadap ungkapan yang selama ini mengatakan bahwa “nyame sube nyameh” (saudara yang tak lagi bersaudara).

Bantuan yang datang bukan semata sebatas tempat pengungsian. Berbagai bentuk bantuan dari rasa welas asih terkumpul di posko-posko pengungsian. Bantuan berupa beras, pakaian hingga selimut. Bahkan seorang petani organik melalui media sosial mengaku siap untuk memberikan bantuan sayur-mayur untuk memenuhi kebutuhan lauk bagi pengungsi. Semua bantuan yang diberikan kepada pengungsi jelas terlihat tanpa harapan adanya balasan. Semangat welas asih untuk membantu mendadak begitu tinggi dan ibarat sebuah keajaiban.

Dibalik sebuah kejadian tentu ada saja pihak yang memanfaatkan situasi demi keuntungan sesaat. Para pemilik ternak terpaksa menjual ternaknya dengan harga murah karena berpikir tak memiliki tempat aman untuk menaruh ternah. Harga ternak menjadi sangat murah karena prilaku oknum yang lupa rasa kemanusiaan. Namun dibalik semua kejadian tersebut, kembali gelombang welas asih memberikan naungan. Satu-per-satu datang tangan-tangan welas asih yang bersedia memberikan tempat penampungan ternak milik pengungsi. Bukan sebatas memberikan tempat, tangan-tangan welas asih tersebut juga bersedia membantu bekerjasama menyediakan pakan ternak. Apakah ini keajaiban atau rasa welas asih tersebut mulai tumbuh setelah terbenam diantara ego pribadi. 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengakui bahwa modal sosial dan gotong royong masyarakat Bali luar biasa besar. Masyarakat secara spontan memberikan bantuan kepada pengungsi. Banyak pihak yang menyediakan rumahnya menjadi tempat pengungsi. Membantu evakuasi sapi dan menyediakan lahan untuk tempat pengungsian sapi. Bantuan permakanan dan dapur umum didirikan serta mendistribusikan ke masyarakat. Konsep "sister village" atau desa kembar langsung dipraktekkan saat ribuan masyarakat mengungsi dimana desa-desa yang aman menerima pengungsi dari desa-desa yang berbahaya.

Sutopo mengakui bahwa masyarakat Bali merupakan masyarakat  yang tangguh menghadapi bencana karena memiliki daya antisipasi. Mengingat.biasanya sulit sekali mengajak masyarakat untuk mengungsi dari gunung api. Bahkan saat gunung sudah Meletus, banyak masyarakat yang tetap tidak bersedia mengungsi. Sekarang masyarakat di sekitar Gunung Agung mengungsi secara mandiri.

Pada bagian lain, viral di media sosial terkait sambutan Bupati Klungkung yang sarat rasa welas asih saat menyapa para pengungsi. Dalam kutipan sambutan yang viral di media sosial tersebut Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengungkapkan semeton (saudara) bukan pengungsi, semeton bukan sengaja untuk meminta bantuan, semeton bukan peminta belas kasihan. Semeton adalah utusan bhatara sesuunan (dewa) untuk menguji rasa menyame braye sebagai karakter asli nyama Bali. Kata-kata Bupati Klungkung tersebut menunjukkan begitu tingginya rasa persaudaraan. Meletakkan rasa persaudaraan yang kuat sebagai sesame mahluk ciptaan tuhan.

Fenomena Gunung Agung seakan menjadi jalan untuk merekatkan rasa persaudaraan dan mengimplementasikan rasa kemanusiaan dalam kehidupan saat ini. Fenomena Gunung Agung seakan mengingatkan kembali bahwa Bali memiliki Konsep Tri Hita Karana. Konsep yang selama ini sering terucap tetapi sangat sudah diimplementasikan. Akhirnya Fenomena Gunung Agung menjadi momentum untuk kembali mengimplementasikan Tri Hita Karena dalam kehidupan keseharian. (mul/r5)

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved